Share

5. Teh Vitamin Adalah Maut

Ariana duduk di sebuah kafe ditemani dua rekan dosennya, Diana dan Sarah. Mereka sedang berdiskusi serius tentang proposal pengabdian masyarakat yang mereka rencanakan. Sementara Diana, dosen ekonomi, dan Sarah, dosen hukum, berfokus pada rincian proyek mereka, Ariana tampak jauh dalam pikirannya. Kakinya sudah sembuh dari kecelakaan sebulan lalu, tetapi luka emosional akibat perselingkuhan suaminya, Nicholas, masih membekas.

“Aku pikir kita bisa memfokuskan pengabdian ini pada pemberdayaan ekonomi perempuan di desa terpencil,” kata Diana, membuka laptopnya yang menampilkan dokumen proposal.

Ariana hanya mengangguk, tetapi pikirannya melayang jauh. Perasaan kecewa dan pengkhianatan masih menyelimuti hatinya. Suara Diana terdengar jauh dan teredam.

Sarah, dengan pengetahuan hukumnya, tiba-tiba mengangkat topik yang menarik perhatian Ariana. “Aku membaca beberapa kasus tentang wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga tetapi tidak bisa bercerai karena kontrak pranikah yang tidak adil. Bagaimana jika kita menambahkan aspek sosial dengan memberikan perlindungan hukum untuk mereka?” tanyanya.

Ariana terjaga dari lamunannya. “Apa yang kau maksud dengan tidak bisa bercerai? Bagaimana kontrak pranikah bisa menghalangi perceraian?” tanyanya dengan penuh minat.

Sarah menjelaskan, “Ada beberapa kasus di mana kontrak pranikah disusun dengan sangat bias, membuat pihak yang lebih lemah terikat dan tidak memiliki jalan keluar yang mudah. Namun, ada perlindungan hukum yang bisa diperjuangkan, meskipun prosesnya tidak mudah.”

Ariana merasakan secercah harapan. “Jadi, ada cara untuk melawan kontrak semacam itu?” tanyanya, matanya berbinar dengan keingintahuan.

Sarah mengangguk. “Tentu saja. Hukum memiliki cara untuk melindungi orang-orang yang terjebak dalam situasi tidak adil. Jika kontrak itu dibuat di bawah paksaan atau tanpa pengetahuan yang cukup, bisa dinyatakan batal demi hukum. Ada juga undang-undang yang melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.”

Mendengar penjelasan Sarah, Ariana merasa ada harapan baru. “Itu bagus, kita bisa menambahkannya dalam proposal kita,” katanya sambil tersenyum penuh harapan.

Diskusi mereka selesai di kafe yang nyaman, dan Ariana pulang ke rumah dengan langkah berat. Dulu, dia selalu menantikan pertemuan dengan Nicholas di rumah dengan penuh harap, tetapi kini dia merasa tertekan setiap kali harus bertemu dengan suaminya.

Saat malam tiba, Ariana duduk di meja makan, masih terfokus pada proposal yang harus diselesaikannya. Matanya mulai mengantuk setelah terlalu lama menatap layar laptop. Dia merasa perlu segelas kopi, tetapi bubuk kopi sudah habis. Pandangannya beralih ke teh herbal yang diberikan Rachel bulan lalu.

“Dia tidak akan minum ini, sayang kalau dibuang,” gumam Ariana sambil mengambil teh herbal itu dan menyeduhnya. Aroma teh mengisi dapur.

Ariana mencicipi teh yang berbau aneh itu. “Hmm, rasanya tidak buruk,” ucapnya sambil membawa gelas teh ke meja makan dan melanjutkan pekerjaannya.

Suara Nicholas tiba-tiba mengejutkannya. “Apa yang sedang kau lakukan?” tanyanya dari ambang pintu ruang makan.

Ariana mengangkat kepalanya, melihat Nicholas berdiri di sana. “Bukan urusanmu,” jawabnya ketus, kembali fokus pada laptopnya.

Nicholas tampak tidak peduli dengan sikap Ariana. “Masih mencari cara agar bisa bercerai denganku?” sindirnya. “Kita akan berangkat besok sore untuk konferensi di luar kota.”

Ariana menatap Nicholas dengan sinis. “Aku ingin bercerai, apakah kau pikir aku masih mau tampil sebagai istrimu?”

Nicholas mengabaikan komentar Ariana dan mengambil gelas teh yang diminum Ariana, meneguknya hingga habis tanpa tahu apa isinya.

Ariana terbengong. Nicholas, yang biasanya menghindari makanan yang disiapkannya, baru saja meminum teh yang dia buat?

Nicholas tampak tidak peduli. “Bersiaplah untuk pergi besok!” katanya sebelum meninggalkan ruang makan.

Setelah Nicholas pergi, Ariana kembali duduk, perasaannya campur aduk. Dia masih terfokus pada proposal pengabdian yang harus diselesaikan. Namun, dia tidak tahu bahwa Nicholas, setelah mandi dan kembali ke ruang kerjanya, mengalami gejala aneh yang membuatnya merasa terjaga dan gelisah.

Nicholas merasakan gelombang panas dan gairah yang intens setelah meminum teh tersebut. Pikirannya dipenuhi hasrat yang tidak dapat dijelaskan. Dalam kebingungannya, dia mengingat tentang teh yang diminumnya dari gelas Ariana.

“Apa yang terjadi?” gumamnya bingung, mencoba memahami perubahan aneh yang terjadi pada tubuhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status