Share

4. Kau Tidur Dengannya?

Ariana terbaring di kamar rumah sakit dengan pandangan kosong. Ketika pertama kali mengeluhkan asam lambung, dia tidak pernah menyangka bahwa akhirnya akan dirawat inap. Keadaannya semakin buruk setelah insiden kecelakaan yang membuat kakinya terkilir parah. Seorang perawat datang memeriksa pergelangan kakinya yang terbalut perban sebelum pergi.

"Aku menyuruhmu untuk tidur di kamar suamimu! Mengapa kau malah tidur di rumah sakit?" tiba-tiba suara nyaring Rachel, ibu mertuanya, menggema di ruangan itu. Ariana yang hampir terpejam terpaksa membuka matanya.

"Maafkan aku, Bu," jawab Ariana dengan suara lemah. Dia tahu bahwa Rachel tidak pernah puas dengan apapun yang dia lakukan atau katakan.

Rachel mendengus kesal, lalu berbalik dan keluar dari kamar. Ariana hanya bisa menatap punggung wanita itu yang semakin menjauh.

Sementara di karidor rumah sakit, langkah kaki Rachel berhenti di depan kamar rawat inap VVIP. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum masuk. Walaupun menantunya membuatnya marah, putranya lebih membuat darahnya mendidih.

Begitu dia masuk ke dalam kamar di depannya, Rachel terkejut melihat Nicholas sedang duduk bersama Katrina. Suasana di ruangan itu seakan membeku sejenak.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" suara Rachel penuh penekanan. Pandangannya tertuju tajam pada Nicholas.

"Tante?" Katrina mencoba mencairkan suasana dengan senyumnya yang lembut. Dia selalu tahu bagaimana caranya menempatkan diri di hadapan Rachel.

"Mengapa kau tidak menemani istrimu?" Rachel bertanya dengan nada yang lebih tajam kepada putranya. Dahulu, dia mendukung hubungan Nicholas dengan Katrina. Keluarga Katrina terpandang dan terhormat. Namun, setelah Katrina terlibat dalam skandal kecelakaan akibat pesta narkoba, Rachel menarik dukungannya. Walaupun Katrina berjanji bertaubat, Rachel tidak bisa menerima menantu yang dianggapnya akan menghancurkan masa depan putranya.

"Nico, ibumu benar. Ariana lebih membutuhkanmu," kata Katrina dengan memasang wajah sendu.

"Istirahatlah," ucap Nicholas kepada Katrina sembari pergi meninggalkannya.

"Tunggu, aku ikut." Katrina menjalankan kursi rodanya mengikuti Nicholas. Dia tahu pria itu pasti akan pergi menemui istrinya. Tentu saja, dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk memperlihatkan betapa Nicholas masih peduli padanya.

Begitu tiba di kamar Ariana, Katrina langsung mendekati tempat tidur Ariana. "Halo, Ariana. Bagaimana kondisimu? Maafkan aku karena sejak tadi Nico bersamaku," katanya dengan senyum yang lembut, namun Ariana tahu ada maksud lain di baliknya.

Ariana mengepalkan tangan di balik selimut. "Kau salah paham, Katrina," katanya dengan tegas. "Aku sudah bosan dengannya, aku tidak peduli dia bersama wanita mana saja."

Nicholas menatap tajam Ariana yang tengah memasang senyum di wajahnya.

"Kau sudah melihatnya, kan? Ayo kembali ke kamarmu," katanya kepada Katrina tanpa sedikitpun melirik ke arah Ariana.

Nicholas mengiringi Katrina keluar dari kamar. Ariana hanya bisa memandang mereka pergi dengan hati yang semakin hancur. Dia merasa diabaikan dan tidak berharga, terjebak dalam pernikahan yang tidak memiliki cinta.

Setelah beberapa saat, seorang perawat masuk ke kamar membawa obat-obatan. "Bu Ariana, ini obatnya. Pastikan diminum setelah makan malam, ya," katanya sambil tersenyum ramah.

Ariana mengangguk pelan dan mencoba membalas senyum. "Terima kasih," ucapnya singkat.

Setelah perawat itu keluar, Ariana memandang keluar jendela. Kota sudah mulai gelap. Pikiran tentang perceraian semakin kuat, tetapi ancaman Rachel dan perjanjian kontrak yang mengikatnya membuatnya terperangkap.

Tak lama kemudian, Nicholas tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan wajah marah. Dia melemparkan sebuah amplop ke atas tubuh Ariana yang sedang berbaring.

Ariana yang terkejut segera duduk dan mengambil amplop tersebut.

"Kau benar-benar membuat surat seperti ini?" sindir Nicholas dengan nada dingin.

Ariana menggenggam amplop itu dengan tangan yang gemetar. "Jadi Pak August sudah memberitahumu," gumamnya pelan.

Nicholas menatap sekeliling kamar dengan ekspresi meremehkan. "Kau tidak lelah berpura-pura menjadi wanita polos?" tanyanya tajam.

Ariana menatap Nicholas dengan kebingungan. "Apa maksudmu?" tanyanya.

Nicholas mendekat, menatapnya dengan tajam. "Jika kau ingin bercerai, lakukan saja. Jangan buat drama seperti ini."

Ariana merasa luka di hatinya semakin dalam. "Aku akan melakukannya, jika bisa," jawabnya dengan suara tegas. Lalu dia memasang wajah lelahnya. "Tolong, ajukan gugatan cerai, dan aku tidak akan muncul lagi dalam hidupmu."

Nicholas terdiam sejenak, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Kemudian, dia mendekat, mencengkeram dagu Ariana dengan keras, membuat wanita itu terpaksa menatap langsung ke matanya. "Aku tidak akan pernah menceraikanmu. Apa yang akan kau lakukan?"

Ariana merasakan ketakutan merayapi tubuhnya, tetapi dia berusaha tetap tegar. "Kenapa? Bukankah kau membenciku?"

Nicholas melepaskan cengkeramannya dan tertawa kecil. "Kau memainkan peran sebagai istri Nicholas Nathan dengan baik. Mengapa aku harus melepaskanmu?"

Ariana menahan air mata yang hampir jatuh. "Tidakkah kau menyukai wanita itu? Kau bisa bebas bersamanya."

Nicholas tersenyum miring. "Menurutmu, aku tidak bisa bebas bersama dengan wanita yang kusuka?"

Ariana terdiam dengan pertanyaan retoris Nicholas. Jawabannya jelas, Nicholas jelas bebas bersama Katrina, bahkan menunjukkan perhatiannya di depan mata Ariana.

"Kau pria berengsek!" jerit Ariana begitu menyadari jawabannya dari pertanyaan Nicholas.

Nicholas hanya mengangkat alis. "Kemarahanmu tidak ada gunanya, Ariana."

"Apa kau tidur dengan Katrina?" tanya Ariana.

Nicholas tertawa sinis. "Kenapa? Apakah kau masih memimpikan tidur denganku?" balasnya dengan dingin.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
atiana njing. bodoh kau. apa isi otak penulis ketika menulis tokoh tolol kayak ariana ini. minimal jgn dideskripsikan sebagai wanita cerdas dan bergelar s2, njing. g nyambung banget. menye2,tolol,dungu dan banyak drama.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status