Share

Suamiku, Mari Kita Bercerai
Suamiku, Mari Kita Bercerai
Penulis: SayaNi

1. Aku Ingin Bercerai!

Ariana Claire tak bisa mempercayai matanya saat melihat Nicholas, suaminya yang tampan, tengah memeluk Katrina, wanita yang dikenal Ariana sebagai mantan kekasih suaminya. Nicholas, dengan kemeja biru yang digulung lengannya, terlihat begitu perhatian dan lembut kepada Katrina. Pemandangan itu menghancurkan hatinya.

Ariana yang berada di rumah sakit untuk memeriksakan sakit maag yang kambuh, merasa hancur melihat suaminya tersenyum bahagia—sesuatu yang tidak pernah diberikan padanya selama dua tahun pernikahan mereka. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan. Tanpa menunggu obatnya, Ariana memutuskan untuk segera pergi.

Pulang ke rumah, Ariana mencoba tetap tenang. Hingga malam, dia duduk di ruang makan menunggu Nicholas seperti biasa. Ketika Nicholas akhirnya pulang, dia hanya melirik Ariana dan makanan yang telah disajikan.

"Nick, kau tidak makan malam?" tanya Ariana dengan suara gemetar, berusaha menahan emosinya.

"Aku sudah makan," jawab Nicholas singkat, tanpa menatapnya, sebelum melangkah ke lantai dua.

Ariana menggigit bibirnya, menahan air mata yang kembali mengalir. dIa hanya bisa duduk di sana, di ruang makan yang semakin dingin dan sunyi.

Sementara Nicholas membersihkan diri di kamarnya, Ariana mondar-mandir di depan pintu, menggigit kukunya dengan cemas. Hatinya dipenuhi rasa bimbang antara ingin berbicara atau tetap diam. Ketika Nicholas keluar dari kamarnya, Ariana akhirnya mengumpulkan keberanian dan berkata, “Tadi pagi aku melihatmu bersama Katrina, di rumah sakit.”

"Oh," respon Nicholas singkat sembari berlalu melewati Ariana menuju ruang kerja pribadinya.

Lagi, Ariana menelan pil pahit, sepahit empedu. Pria dingin yang melebihi kutub selatan bagi Ariana, tetap saja tak acuh kepadanya.

Dia mencoba memantapkan hatinya untuk berbicara kepada Nicholas. Statusnya sebagai istri Nicholas benar-benar tidak dihargai, dia pergi dengan Wanita lain yang sangat Ariana kenal.

Ariana mengetuk pintu ruangan Nicholas, dan langsung masuk. Dia melihat Nicholas duduk dengan ekspresi serius di depan layar komputernya.

"Aku ingin berbicara,” kata Ariana setelah mengumpulkan keberaniannya.

"....." Nicholas tetap larut dengan pekerjaannya, seolah Kehidaran Ariana tidak ada di sana.

"Nick … mari kita bercerai, saja," kata Ariana dengan nada meninggi karena merasa diabaikan.

Sementara Nicholas yang tengah duduk di kursi meja kerjanya masih tidak bereaksi, seolah pernyataan Ariana hanya masalah sepele.

"Nicholas Nathan, apakah kau mendengarkanku?"

Terdengar helaan napas kesal dari Nicholas. “Lakukan sesukamu.” Hanya itu tanggapan singkat Nicholas sebelum dia kembali ke layar komputernya.

Pria itu tampak tidak terganggu sedikitpun dengan Ariana yang tiba-tiba ingin bercerai. Karena selama ini, Ariana seperti tidak bisa hidup tanpa dirinya.

“Baik,” desis Ariana yang mengira Nicholas juga menginginkan hal yang sama agar bisa kembali dengan Katrina.

“Pergilah, jika kau sudah selesai bicara," ucap Nicholas dingin.

Ariana masih berdiri di sana meski Nicholas sudah memintanya untuk pergi. Dia meyakinkan dirinya bahwa memang sudah tidak ada lagi harapan pria itu akan berubah peduli dan mencintainya.

Ketika dia hendak pergi meninggalkan ruangan kerja pribadi Nicholas, tiba-tiba dia teringat dengan Ibu mertuanya yang siang tadi memintanya untuk datang ke rumahnya.

Langkah kaki Ariana terhenti saat dirinya berada di ambang pintu keluar. "Ibu memintaku untuk menemuinya besok siang. Aku akan memberitahu ibu tentang rencana perceraian kita," tegas Ariana penuh percaya diri.

"Terserah kau saja," balas Nicholas singkat. Matanya terlihat fokus menatap layar komputernya.

Mendengar respon Nicholas yang masih saja datar, Ariana memutar balik kepalanya untuk melihat Nicholas yang tengah serius dengan pekerjaannya. Bulir air mata mulai menyembul keluar dari sudut matanya. Dia seperti makhluk tak kasat mata yang hidup menjadi parasit di rumah Nicholas.

**

Keesokan harinya, Ariana melajukan mobilnya menuju ke kediaman mewah ibu mertuanya di kawasan elite kota. Begitu dia memasuki pintu utama, Rachel langsung menyambut kedatangannya.

"Ariana, anak manis! Ayo masuk, aku sudah menyiapkan teh dan kue-kue kesukaanmu," sambut Rachel ramah sembari merangkul Ariana. Menantunya yang selalu patuh kepadanya.

Keduanya lalu duduk di sofa empuk ruang tamu yang mewah itu. Seorang pelayan dengan telaten menyiapkan teh dan menghidangkan kue-kue lezat di hadapan Ariana.

"Kau tampak pucat sekali hari ini," ujar Rachel dengan nada khawatir yang terdengar tulus.

Ariana menarik napas panjang sebelum berkata, "I-ibu... maaf, pernikahan kami tidak bisa lagi dilanjutkan..."

Raut wajah ramah Rachel seketika langsung berubah mengeras begitu mendengar pernyataan Ariana. "Jadi ini rencanamu? Beraninya kau melanggar kontrak yang sudah kau setujui, Ariana!" bentaknya. Suara lembutnya seketika sirna.

Ariana terdiam, tak mampu berkata apa-apa menghadapi amukan ibu mertuanya yang tiba-tiba. Dia langsung berlutut dan memohon, "Ibu, Nicholas tidak pernah bahagia bersamaku."

Plak!

Sebuah tamparan Rachel mendarat di wajah Ariana hingga membuat sudut bibirnya sedikit memar.

"Omong kosong! Kau belum menjalankan tugasmu dengan baik sesuai kontrak! Dasar perempuan tidak tahu diuntung!" sembur Rachel penuh amarah sambil menatap Ariana yang berlutut di hadapannya. Wanita yang dipilihnya untuk menjadi menantunya itu sangat sehat dan memiliki bobot bagus. Rachel tidak akan membiarkan wanita itu meninggalkan kewajibannya untuk melahirkan cucunya begitu saja

"Ibu...kumohon...aku tidak bisa melanjutkannya lagi, aku sudah melakukan semuanya, Nicholas tidak pernah sedikitpun melihatku," rintih Ariana di sela isak tangisnya.

"Jangan bodoh! Kau pikir aku peduli pada kebahagiaanmu? Yang kuinginkan hanyalah masa depan putraku." Rachel mendecih, meremehkan. "Dengar baik-baik, Ariana! Kau tidak bisa begitu saja lari dari kontrak yang telah kau setujui."

"Tidak, Bu," jawab Ariana terbata-bata.

Dua tahun lalu, keluarganya terlilit utang akibat paman yang meminjam atas nama ayahnya untuk judi online. Rachel, bos ayahnya, menawarkan bantuan dengan syarat Ariana harus menikah dan memiliki anak dengan Nicholas.

Awalnya, Rachel tidak menyukai Ariana karena berasal dari keluarga melarat. Namun, saat mengetahui Ariana adalah lulusan magister terbaik, Rachel berubah pikiran.

"Ambil ini, dan pastikan Nicholas meminumnya," kata Rachel, memberikan sebuah bungkusan kepada Ariana.

"Apa ini, Bu?" tanya Ariana ragu-ragu, menerima bungkusan itu.

"Ini akan membantu kalian.” jawab Rachel dengan senyum penuh arti.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
fuuh, wanita tolol lagi yg jadi tokoh ceritanya. padahal sdh bergelar master tapi cara berpikir dan mengambil keputusan seperti wanita idiot. sadar diri aja kenapa pernikahan itu terjadi. punya otak koq g guna banget nih. alur cerita kayak gini udah nyampah dan terlihat sangat bodoh
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
obat perangsang kayaknya yaa
goodnovel comment avatar
VHIEH Z
apaa itu yang ada di dalam bungkusannya ya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status