Shit,” berulang kali Raska memukul stir dan saat ingin menyusul Bagas, tiba tiba mobil di belakang membunyikan klaksonnya yang ternyata lampu merah telah berubah menjadi hijau, dan terpaksa Raska harus melajukan mobilnya, dia mencari arah jalan putar balik untuk menyusul Bagas yang mengejar gadis itu.
Di jalan Bagas mulai berlari pelan saat melihat ke arah mobil Raska yang kini berjalan menjauh, tapi itu bukan akhir pasti sebentar lagi ponselnya berdering dan benar saja. Kring kring “Ya halo Ras,” jawab Bagas dengan ngos ngosan yang di buat buat . “Bagaimana, dimana gadis itu,” cerocos Raska yang Bagas jamin pasti dia lagi kesal banget karena gadis itu bisa kabur dari mobilnya dan itu berkat bantuan Bagas. “Sorry Ras hilang jejak gue,” alasan Bagas padahal dia melihat gadis itu masuk ke salah satu mobil entah mobil siapa itu tapi hanya Bagas pantau dari jauh yang masih terlihat olehnya buat jaga jaga kalau di dalam mobil itu ngapa ngapain itu cewek Bagas bakal nyelamatinnya. “Sial,” umpat Raska kembali dari balik ponselnya. Bagas yang mendengar umpatan Raska hanya tersenyum kecut yang tidak mungkin Raska lihat. “Dimana sekarang lo,” tanya Raska kembali. “Entah ini Ras, gue ada di sebuah gang yang tidak jauh dari lampu merah tadi,” jelas. “Oke gue jemput Lo kesana, jangan kemana mana Lo,” kata Raska yang diangguki Bagas dan ditutup sepihak oleh Raska. Di lain tempat sebuah mobil parkir di dekat warung kopi dekat gang, seorang laki laki yang memberhentikan mobilnya untuk menerima telpon dari seseorang, dia menoleh ke arah pintu mobil belakang yang tiba tiba ada seseorang tanpa permisi membukanya. “Hei, kamu siapa?” tanya laki laki itu menghampiri gadis yang tiba tiba sudah masuk ke dalam mobilnya dan gadis itu seperti menunduk dan menatap laki laki itu dengan wajah memelas seperti meminta tolong. “Om please tolong aku, aku lagi di kejar orang,” kata gadis itu dengan memohon dengan tangan gemetar. Laki laki itu melihatnya antara percaya dan tidak, tapi melihat pergelangan tangannya ada tali yang masih menggantung dan dikaki gadis itu seperti ada bekas ikatan tali membuat laki laki itu percaya dan pergi menuju pintu mobil depan dan duduk di belakang kemudi dan membiarkan gadis itu berada di bangku penumpang belakang. Saat laki laki itu melihat spion dan menatap ke arah gadis itu yang gemetar dan melihat ke arah jendela belakang netra laki laki itu mengikuti pandangan gadis itu ke belakang dan menduga bahwa 2 pria yang dibelakangnya adalah orang yang menculik gadis itu. “Mbak ,” panggil Rafi nama laki laki itu. “Mbak,” panggil lagi sampai gadis itu menoleh ke arahnya. “Iya om, tolong bantu saya ya, bawa pergi saya dari sini, sepertinya orang itu berjalan ke arah sini deh please,” mohon gadis itu dengan pandangan menuju ke arah belakang kembali dengan badan masih bergetar. “Please tolong om,” mohon gadis itu kembali dengan menundukkan tubuhnya kebawah agar tidak terlihat oleh 2 laki laki yang kini telah dekat menuju mobil Rafi. Rafi yang tidak tega melihat keadaan gadis itu, dia pun melajukan mobilnya dan melewati 2 laki laki itu dengan tenang. Sementara di jalan dekat warung tadi yang tadi buat parkir mobil Rafi Raska dan Bagas berdiri dengan menoleh kanan kiri untuk mencari gadis yang tadi kabur dari mobilnya. “Sial, cepat sekali itu cewek, lari kemana dia, dan Lo Gas kenapa tidak bisa mengejar itu cewek!” Marah Raska menuding sahabatnya Bagas yang tidak becus mengejar gadis malang itu. “Gue sudah berusaha cepat Ras, tapi tadi orang bawa gerobak yang halangin gue Ras,” kilah Bagas. “Udah ah, ayo!” ajak Raska kesal. “Kemana!” tanya Bagas terhadap Raska yang kini berjalan cepat menuju tempat dimana mobilnya di parkir. “Nyari gadis itu lagi, pakai mobil gue, siapa tahu belum jauh dari sini,” Kata Raska kesal saat sudah dekat dengan mobilnya dan membuka pintu mobilnya, diikuti dengan Bagas yang masih ngos-ngosan karena mengejar Raska tadi, dan mobil mereka pun mulai jalan menyusuri jalan itu kembali untuk mencari gadis itu. Di dalam mobil kini Rafi masih melirik gadis itu lewat spionnya, dengan posisi gadis itu Masi menundukkan badannya. "Hei, mbak sudah aman, kamu bisa duduk, kedua orang itu sudah tidak kelihatan," kata Rafi pada gadis itu. "Apakah benar om," kata gadis itu dan bertemu tatap saat mendongakkan wajahnya. Dan seketika Rafi sedikit terpesona dengan wajah cantik gadis itu saat bertemu tatap dengannya, seperti tidak asing wajah itu, tapi Rafi tidak yakin apa pernah bertemu atau tidak, begitupun gadis itu terdiam sesaat saat melihat wajah tampan pria itu seperti tidak asing, apakah dia pernah bertemu lelaki itu atau tidak. "Heem," Rafi mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung. "Mbak, mau turun dimana?" kata Rafi pada gadis itu. "Em," jawab gadis itu dengan gugup. "Om, bolehkah saya ikut om sebentar, saya takut pulang ke rumah takut 2 orang itu datang ke rumah saya, lagian saya di rumah sendirian," mohon gadis itu tiba tiba. "Emangnya kamu tidak takut dengan saya," heran Rafi pada gadis itu. Gadis itu hanya menggeleng kan kepalanya. "Memangnya kamu percaya sama saya, kalau saya orang jahat bagaimana," tanya Rafi lagi Yanga ditanggapi gelengan kepala gadis itu lagi. "Kamu yakin mau ikut saya, kalau saya berbuat sesuatu ke kamu bagaimana, kita kan baru ketemu," "Tidak Om, saya yakin Om orang baik, buktinya om mau menyelamatkan saya tanpa mengusir saya dari mobil om," yakin gadis itu entah apa yang di rasa gadis itu, dia merasa aman dengan pria yang baru dia temui yang sudah menyelamatkannya dan tidak merasa takut sedikit pun. "Tapi saya harus pulang ada acara keluarga, masa kamu mau ikut saya ke rumah saya, nanti apa kata keluarga saya nanti," kata Rafi yang kini melihat notif dari mamanya yang sudah tidak sabar untuk Rafi sampai Rumah. "Tidak apa apa om, nanti Om masuk saja ke rumah, saya tunggu di mobil om saja, please om saya hanya ingin menenangkan diri dulu, nanti saya telpon seseorang buat jemput saya om," mohon gadis itu. "Nanti kamu bawa kabur mobil saya bagaimana," kata Rafi yang membuat gadis itu menatap kembali pria itu. "Kalau om tidak percaya sama saya, ini pegang KTP saya om," kata Rania menyodorkan ktp yang dia ambil dari dalam dompetnya di tas kecilnya.“Sore pak,” sapa Rafi kepada satpam yang kini telah membukakan gerbang sebuah Rumah kediaman orang tua Rafi.“Sore mas Rafi,” jawab Pak Diman nama satpam yang kini tersenyum hangat pada Rafi anak dari majikannya.“Ehm mas, ibu sudah menunggu mas dari tadi di dalam, dan maaf itu siapa ya yang di belakang,” kata pak Diman memandang ke arah Rania yang kini duduk di kursi penumpang.“Oh, ini teman saya pak, dia hanya menumpang sebentar,” alasan Rafi kepada pak Diman.“Oh, kirain pacarnya mas,” kata pak Diman dengan senyum khasnya.“Tidak pak, mana ada saya punya pacar pak,” kilah Rafi yang membuat pak Diman menganggukkan kepalanya pelan.“Oh ya mas, mbak Putri dan keluarga sudah ada didalam juga,” lapor pak Diman.Rafi yang mendengar itu menghela nafas pelan serasa malas untuk masuk kedalam, untuk menerima keputusan mamanya untuk menjodohkan Rafi dengan Putri.“Mas, kalau saran bapak, kalau mas Rafi tidak mau dijodohkan dengan mbak Putri, mending jangan terima mas,” saran pak Diman yang t
“Bagaimana tante, Tante tidak mungkin kan membatalkan perjodohan ini begitu saja,” rengek Putri pada Sintia “Ada apa ini, kenapa kalian masih di luar,” kata seorang lelaki paruh baya yang bernama Romi yang tidak lain adalah Ayah dari seorang Rafi Rasendrya, dan disebelah lelaki itupun ada seorang lelaki yang sebaya dengan ayah Rafi, Dedi nama lelaki itu. “Pa, mas Rafi ternyata sudah punya pacar,” kata Putri yang tiba tiba berjalan menghampiri ayahnya Dedi. Dedi dan Romi pun terkejut mendengar penuturan Putri. “Benarkah itu Raf?” tanya Romi pada anak sulungnya. Rafi yang sudah terlanjur berbohong pun terpaksa mengiyakan pertanyaan papanya. “Kamu tidak berbohong kan Raf,” tanya Romi kembali. “Kalau begitu kita bicarakan didalam dulu, bagaimana baiknya ini tidak baik bicara di teras begini,” ajak Romi kepada semua yang disetujui semuanya. “Bentar pah, mama ingin gadis itu juga ikut biar jelas kalau Rafi tidak berbohong pada kita,” pinta Sintia yang melirik anaknya
"Kenapa balik lagi om," tanya Rania yang melihat Rafi kembali memasuki mobilnya dan mulai melajukan mobilnya tanpa menjawab pertanyaan dari Rania. "Saya antar kamu pulang, dimana alamat rumah kamu," kata Rafi yang tidak menjawab pertanyaan dari Rania. "Om mau antar saya pulang?" kata Rania yang tidak menyangka. "Iya," jawab Rafi singkat. "Terus bagaimana dengan acara keluarga om?" tanya Rania penasaran yang tiba-tiba ingin mengantar Rania pulang. "Saya tidak jadi ikut, saya pikir kalau saya menolong kamu tidak boleh tanggung- tanggung," kata Rafi kembali. "Tanggung bagaimana om?" bingung Rania. "Loh mas, kok tidak jadi ikut acara dirumah, emangnya tidak dimarahin ibu sama bapak?" kata Pak Diman saat mobil Rafi melewati depan pos satpam. "Iya pak, saya tidak jadi ikut, terimakasih sarannya ya," kata Rafi yang membuat Satpam itu berfikir sejenak dan tidak lama tersenyum dan mengacungkan jempolnya pada Rafi. "Ayo pak, saya pamit duluan ya," kata Rafi yang tersenyum pada
"Terimakasih om, makanannya," kata Rania setelah dia menyelesaikan makannya. "Semuanya tidak gratis," celetuk Rafi menatap Rania. "Baik om, semuanya berapa, biar saya transfer karena saya tidak punya uang cash," kata Rania yang langsung mengambil ponselnya. "Bukan pakai uang," kata Rafi yang membuat Rania bingung. "Maksudnya om?" bingung Rania menatap Rafi yang kini duduk dihadapannya dengan bersedekap. "Bukannya om, meminta saya membayar makanan ini kan?" lanjut Rania yang masih belum mengerti. "Ah, saya tahu, saya juga akan membayar jasa om yang sudah membantu saya lolos dari penculik itu." Rania melanjutkan mengetik tombol di ponselnya. "Sudahlah, kita bicarakan didalam mobil nanti, sekarang sebaiknya simpan ponselmu, saya akan ke kasir untuk membayar dulu," kata Rafi yang akhirnya berdiri dari duduknya dan meninggalkan Rania sendiri dalam keadaan bingung. "Maksudnya apaan sih itu om-om, kalau tidak mau aku bayar ya sudah tidak usah bilang, semuanya tidak gratis, saya juga
Kini Rania telah sampai di depan gedung apartemennya dan dia hendak turun dari mobil tapi tangan Rafi menahannya. "Tunggu," tahan Rafi yang berhasil membuat Rania menoleh padanya. "Iya om," jawab Rania. "Berikan ponselmu," perintah Rafi. "Buat apa om," tanya Rania. "Aku tidak mau kamu akan kabur dan membatalkan perjanjian kita," jelas Rafi. Rania mengambil ponselnya dan memberikannya pada Rafi, Rafi langsung memencet nomernya dan menelpon ke ponselnya. "Baik, jadi mulai hari ini perjanjian kita mulai dan besok siap-siap jika sewaktu-waktu saya menghubungimu," kata Rafi mengembalikan kembali ponsel Rania. "Iya om," balas Rania yang langsung turun dari mobil Rafi. Rania berjalan ke arah lobby utama gedung itu, Rafi tak kunjung pergi dia memperhatikan Rania sampai gadis itu masuk ke lobby itu, Rafi melajukan mobilnya untuk meninggalkan apartemen Rania. "Loh mobil itu seperti tidak asing," lirih Rafi saat melihat mobil yang pernah menculik Rania. Seketika Rafi memuta
"Maaf kalian cari siapa ya?" tanya Rafi kepada kedua pemuda didepannya kini. "Kami petugas kebersihan apartemen disini," jawab Raska yang bertemu tatap dengan Rafi. "Maaf mas, saya penghuni baru disini dan kebetulan apartemen saya lagi berantakan, karena masih banyak barang yang belum saya susun jadi untuk saat ini biar saya sendiri saja yang membersihkan tempat saya," jelas Rafi. "Maaf pak, bukannya penghuni apartemen ini seorang wanita muda ya pak," tanya Raska heran, apakah dia salah masuk gedung apartemen atau ini hanya akalan lelaki ini saja untuk mengusirnya, tapi Raska cek kembali alamat yang ada di ponselnya benar ini apartemen Rania yang dikasih tahu oleh seseorang padanya, atau jangan-jangan orang itu membohongi Raska. 'Sial apa gue sudah dibohongi,' batin Raska yang meremas ponselnya karena kesal. "Kenapa mas?" tanya Rafi yang melihat gerak gerik Raska didepannya. "Ehh, maaf Pak apa memang benar ini apartemen bapak bukan punya seorang wanita muda?" tanya Raska kembali
Saat Rafi menunggu Rania packing, dia melihat sekitar ruangan tamu apartemen Rania dan dia menemukan bingkai foto yang cukup besar terpampang di atas layar tv, Rafi berjalan mendekat ke arah bingkai foto itu untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya tidak salah. "Apa aku tidak salah lihat," lirih Rafi penasaran. "Apa hubungan Rania dengan mereka," lanjut Rafi kembali, dia memandang lurus bingkai foto itu, saat tiba-tiba Rania memanggil Rafi tapi tidak dia hiraukan. "Om, saya sudah selesai," kata Rania saat keluar kamarnya dan menggeret koper yang tidak besar, Rania heran melihat Rafi yang diam dan memandang serius bingkai foto keluarganya. "Ada yang salah dengan fotonya om," kata Rania yang kini sudah berada di belakang Rafi yang membuat Rafi terperanjat kaget. "Ehh, Rania sudah selesai packingnya," kata Rafi tergagap seperti seorang yang ketahuan mencuri sesuatu. "Kenapa Om, ada yang salah dengan fotonya, sepertinya Om kenal dengan orang yang ada di foto itu," penasaran
"Ras, Lo ada dendam apa sih Ama ini cewek," tanya seorang laki laki yang mencoba menyeret seorang gadis yang pingsan karena ulahnya."Diem lo, jangan banyak bacot Lo Gas, jalani saja perintah gue Lo mau dapat bagian nggak entar," kata Raska dengan senyum smirknya."Maksud bagian gimana Ras?" tanya Bagas yang penasaran perkataan Raska.Setahu Bagas dia disuruh Raska untuk buat ini cewek pingsan dan membawanya ke dalam mobil Raska."Sudah ikut gue aja Gas, Lo bakal tahu bagian apa yang bakal lo dapat. ," tawa Raska yang menurut Bagas terdengar seperti seorang psikopat ditelinganya.Tiba tiba Bagas ingat sesuatu yang seketika membuat Bagas menoleh ke bangku penumpang di belakang dimana adanya gadis itu berada."Jangan Lo bilang, Lo mau jual itu gadis Ras," kata Bagas yang seketika menoleh ke arah Raska yang mulai mengemudikan mobilnya."Menurut Lo Gas," jawab Ras dengan ekspresi dingin yang seketika membuat Bagas merinding, seumur umur Bagas baru merasakan Raska begitu marah bahka