Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Musuh Baru

Share

Musuh Baru

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-24 10:20:20

Aku selalu takut dengan barang haram, apalagi kini berada di tangsn kami. Bagaimana kalau tiba-tiba polisi datang?

Kami lalu lanjut perjalanan, kata Bang Parlin bertemu sungai dulu baru dibuang. Karena jika dibuang sembarangan takut ditemukan orang dan dipergunakan orang lain. Akan tetapi sungai tidak bertemu juga, sungai terdekat adalah jembatan kira-kira dua kilo meter di depan.

"Sama saja, Bang bagaimana kalau hanyut, ditemukan orang di hilir," kataku pada Bang Parlin.

"Tidak akan, kita taburkan di sungai," kata Bang Parlin.

"Kasihan ikan jadi mabuk pula," kataku lagi.

"Dari mana adek tahu, ikan mabuk jika sungai ditaburi sabu-sabu?" tanya Bang Parlin.

"Logikanya orang aja mabuk, apalagi ikan?"

"Entahlah, jadi kita apakan biar gak disalah gunakan orang?" tanya Bang Parlin lagi.

"Buang saja selesai, kok malah mikirin orang?" aku kesal juga. Kami pasti sudah diintai ini, mereka hanya menunggu saat yang tepat, kulihat ke belakang, yang ada mobil truk mengikuti. Kulihat di depan tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Sri Sepiari
author yg baik... kenapa waktu salsabila di culik yg harus antar uang tebusan bu nia... sekarang jadi terlibat kan
goodnovel comment avatar
Ansyahri Romadhon
Salut sama keluarga pak parlin dan buk nia, keluarga ini punya kelebihan masing masing,, salut juga sama pak parlin,, pemikiran nya jauh kedepan, sampai polisi pun dibuat bingung...
goodnovel comment avatar
Loeka Koe Karnamoe
hahahaha ilan makai narkoba yg makan nanti juga mabok narkoba pastinya ya ?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Ucok Dan Salsabila

    Bang Parlin melihat ikan tersebut, ikannya kecil-kecil khas ikan sungai. Suamiku itu lalu melihatku, tatapan matanya aneh. Dia lalu menarikku masuk rumah."Dek, apa iya ikan mabuk ditaburi narkoba?" tanya Bang Parlin."Gak tau, Bang, bisa saja, sungainya kan kecil," kataku kemudian."Terus, yang makan ikan itu apa ikut menikmati narkoba?" tanya Bang Parlin lagi."Gak tau, Bang, macam ahli narkoba saja Abang bikin aku," sahutku seraya kembali keluar rumah.Bang Parlin mengikuti, lalu dia ikut gabung sama ibu-ibu memilih sayur."Bang, ikan sungainya bungkus, samaku semua," kata Bang Parlin."Siap, Bang," tukang sayur itu tampak semangat."Benar-benar rezeki ini, sudah ikannya mudah ditangkap, menjualnya pun cepat, Alhamdulillah," kata tukang sayur tersebut.Bang Parlin benar-benar memborong ikan tersebut. Lalu dia bawa ke rumah. Terus gali tanah di belakang, ikan itu dia kuburkan semuanya. Padahal dipikir-pikir, yang tercemar kan air, tidak mungkin secepat itu ikannya ikut tercemar. "N

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Suamiku Jadul   Tertangkap Tangan

    Hidup rasanya tidak tenang, selalu ada rasa khawatir mereka akan membalas lagi. Hampir setiap hari kuingatkan pada dua anakku untuk berhati-hati. Aku sangat takut mereka melukai atau menjebak dua anakku tersebut.Pagi itu aku berangkat mengantar Ucok buru-buru, waktu sudah terjepitKuraih HP yang di atas meja, langsung ke motor dan tancap gas menuju sekolah Ucok. Ketika Ucok sudah kuantar, ada getaran di tasku, ternyata HP yang bergetar. Kulihat ada panggilan dari Mamak dan itu fotoku. Ternyata aku salah ambil HP, yang kubawa ternyata HP Bang Parlin."Iya, Bang, aku salah bawa HP," kataku kemudian setelah hubungan telepon tersambung."Oh, iya, Abang sudah di kebun ini," jawab Bang Parlin."Ya, udah, HP Abang ini dulu kupakai," kataku kemudian.Dari sekolah aku langsung ke kantor desa. Tidak ada kerjaan, para perangkat desa juga belum ada yang datang. Iseng kubuka HP Bang Parlin. Ke WA dan melihat-lihat pesan.(Masih ditungguin uluran belalai, aku masih terjebak' di lumpur) pesan dar

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Suamiku Jadul   OTT

    Pov ParlinSalah bawa HP ternyata bisa jadi masalah. Bermula dari kepo pada isi HP Nia, apa saja pesan bupati padanya. Kubuka blokir nomor bupati. Kucoba kirim pesan singkat.(P) Entah kenapa saat datang pesan WA aneh dari bupati, kubalas saja dengan "siap, Pak!" Padahal isi pesannya tidak kumerngerti sama sekali. Tiba-tiba ingin salat Jum'at di masjid terbesar di kabupaten itu. Mesjid yang baru dua tahun diresmikan. Nia-istriku hilang saat aku salat Jumat. Padahal dia menungguku di warung depan mesjid."Ibu tadi yang duduk di sini mana, Bu?" tanyaku pada pemilik warung."Oh, sudah pulang sama temannya, Pak, jawaban wanita paruh baya tersebut."Pulang? sama siapa?""Itu tadi temannya tiga orang, satu laki-laki, dua perempuan," jawab ibu tersebut.Siapa pula itu, kuambil HP dan coba menghubungi Nia, ada nada dering, berarti HP-nya aktif, akan tetapi tidak diangkat. Aku coba terus hubungi, akan tetapi bunyinya justru datang dari mobil. Nia tidak bawa HP, alat komunikasi itu tertingga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Suamiku Jadul   Jebak Sana Jebak Sini

    "Orang berpengalaman bagaimana?" tanyaku lagi suaraku meninggi."Maaf, Bang Parlin, kamu jadi terlibat sejauh ini, ada seorang perwira polisi yang tidak bisa terima, entahlah, aku juga sudah tidak tahu ini masalah apa," kata Bu Dewan lagi.Bu Dewan saja tidak mengerti, apalagi aku. Ah, ini tak bisa dibiarkan. Aku merasa terpaksa melakukan apa yang aku bisa. Akan kulawan dengan caraku.HP Nia berbunyi lagi, ada panggilan dari nomor tak dikenal, segera kuterima dan..."Hallo," "Jika ingin bicara tentang istri Anda, datang ke mari," katanya seraya menyebutkan tempat, tempatnya justru loby hotel. Kenapa bukan kantor polisi, setahuku tidak ada kantor KPK di kabupaten ini."Baik, aku datang," kataku langsung saja. Tak ada yang bisa diajak, Raja lagi di Medan, akhirnya aku dan Butet saja yang pergi. Saat tiba di tempat yang ditentukan. "Ayah, boleh aku bicara nanti," kata Butet."Silakan, Tet," "Ayah, jangan mau orang itu yang tentukan tempat, cari tempat yang diawasi cctv," katar Butet

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Suamiku Jadul   Sakit Berjamaah

    Di dalam mesjid, aku ambil tempat duduk di sudut, sedangkan Butet duduk di shaf perempuan. Mulai melakukan ritual, salat sunnah dua rakaat, terus duduk bersila sambil berzikir. Membersihkan pikiran, fokus ke zikir dan doa.Makin larut dalam zikir, keringat mulai membanjiri tubuh. Aku sudah tak ingat waktu, tak ingat dunia, fokus ke zikir dan doa. Sampai kemudian bahuku ditepuk seseorang, aku menoleh."Khusuk sekali zikirnya, Pak, sampai lima kali kutepuk bahu bapak baru nyadar, kata seorang pria tua bersorban."Oh, maaf, Pak," jawabku kemudian."Maaf mengganggu, tapi ini sudah jam dua belas, waktunya mesjid ditutup, saya pengurus mesjid ini," kata bapak itu lagi.Kulihat ke belakang, Butet duduk sendirian di situ. Aku justru merasakan tidak aman jika harus keluar dari mesjid, Butet benar, mesjid ini tempat teraman."Maaf, Pak, bolehkah saya di sini sampai subuh?" kataku kemudian."Boleh saja sebenarnya, Pak, tapi dari jam dua belas malam sampai menjelang subuh, mesjid harus dikunci.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Suamiku Jadul   Marah Yang Membuat Senang

    Butet naik ke mobil, kami pun keluar dari tempat itu. Butet memang kadang keterlaluan, sebelum kami pergi, dia masih sempat mengancam."Jangan ada yang macam-macam ganggu kami ya, atau kalian semua ikut sakit perut," kata Butet.Aku mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, dalam perjalanan Raja menelepon, katanya dia sudah kembali dari Medan. "Udah, Raja, kami tidak mau terlibat lagi, tolong jangan ganggu Butet," kataku saat dia meminta kami menunda pulang. Semuanya ini memang berasal dari pikiran Butet, Raja yang meminta pendapat Butet tentang penculikan, sehingga tertuduh seorang perwira muda, yang ternyata selingkuhan ibu dewan, yang juga punya koneksi ke pusat. Mulai dari percobaan jebakan narkoba, sampai KPK gadungan,."Iya, Pak, maaf, aku telah membuat kalian terlibat," kata Raja."Maaf juga, Raja, tapi tolong selesaikan semua, aku sudah memudahkan pekerjaanmu," kataku lagi."Memudahkan bagaimana, Pak?""Lihat siapa yang sakit perut, yang sakit perut berarti terlihat, soal

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Suamiku Jadul   Melompat Lebih Tinggi

    Pov NiaAku dibawah entah ke mana, sampai akhirnya tiba di salah satu gedung. Terus dibawa ke sebuah ruangan. Seorang wanita datang menemuiku."Singkat saja ya, kami berikan tawaran untuk Anda, temui bupati, terus serahkan uang ini, kamu dapat keringanan hukuman," kata Wanita tersebut."Kalian mau jebak bupati? kenapa aku yang dijebak?" tanyaku kemudian."Terserah Anda mau bilang bagaimana, ada kemungkinan Anda bebas jika bupati dapat di OTT,' katanya lagi."Kenapa orang yang serahkan uang itu padaku tidak ditangkap?" tanyaku kemudian."Pertanyaan yang cerdas, jawabannya akan Anda ketahui jika Anda bersedia antar uang ini," katanya lagi."Oh, yang antar uang sengaja tidak ditangkap ya? Permainan kalian licik," "Bagaimana? Saya tidak akan tawarkan ini dua kali, kami sudah cukup bukti Anda suruhan bupati," kata wanita itu lagi."Jawaban saya, tidak, sebaiknya cepat bebaskan saya, atau kalian dapat karmanya," kataku kemudian. Aku yakin, jika aku hilang, Bang Parlin akan membuat mereka s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Suamiku Jadul   Saya Bermimpi?

    Bang Parlin, Butet dan Ucok ikut keluar rumah. Belum ada yang turun dari mobil-mobil tersebut. Entah apa yang mereka tunggu. Apakah akan ada masalah lagi. Aku perhatikan mobil yang di depan. Platnya coklat khas polisi. Kemudian turun beberapa pria yang mobil di belakang, lalu mobil di depan dibuka pintunya. Ya, Ampun untuk buka pintu mobil pun harus menunggu, siapakah ini kira-kira?Seorang pria turun dari mobil dinas tersebut, pria tinggi besar pakaiannya pakaian biasa."Selamat siang, Pak Parlin, Bu Nia," katanya seraya menyalami kami satu persatu."Selamat siang juga," jawab Bang Parlin.Baru kemudian satu persatu mobil yang banyak itu terbuka pintunya. Beberapa pria dan wanita turun dari mobil tersebut. "Bang Parlin tak kenal saya, Kah?" tanya pria itu."Tentu saja kamu kenal, Pak Kapolres," Butet yang menjawab.Oh, ternyata Pak Kapolres, mau apa Kapolres ke rumah kami, apakah mau nangkap lagi."Ini Pak Rama, ketua DPRD, ini Pak Bima, Anggota dewan, dan ini Pak Abdullah, pejabat

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status