Share

Bab 29

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-12 17:48:01

"Bagaimana, Arno?" tanya Adi saat Arno terlihat memasuki ruangannya.

Tubuhnya gemetar hebat, entah apa yang terjadi padanya saat itu.

"Tu-tuan, tebakan Anda tidak meleset sama sekali," ucap Arno.

Adi masih tidak paham dengan apa yang dikatakan Arno, tebakan yang mana atau ada hal yang membuatnya terkejut hingga gemetaran seperti ini.

"Tuan, Antasena Gaharu memang milik menantu Anda," tutur Arno.

"Apa?" tanya Adi dengan penuh tanya.

Selama ini, pria yang terlihat menjadi penjual bakso itu ternyata seorang pengusaha? Mengapa Adi tidak menyadari kejanggalan itu, padahal Sena sempat tinggal di rumahnya beberapa hari.

"Bagaimana kamu bisa tahu? apa kamu bertemu dengannya langsung. Bisa saja dia mengaku-ngaku menjadi bos," elak Adi, masih dengan ketidakpercayaannya pada ucapan Arno.

"Saya tidak memiliki banyak bukti, hanya satu foto dan rekaman suara," ucapnya, sembari meletakkan ponselnya di meja Adi.

Perlahan, Adi mulai mendengarkan rekaman suara itu. Dengan teg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 30

    Satu jam berlalu, akhirnya dokter keluar dengan senyuman di wajahnya. "Pak Adi baik-baik saja, setelah ini bisa dipindahkan di ruang rawat. Beliau hanya shock, jadi membuat jantungnya sedikit bermasalah," jelas dokter dengan tenang. "Syukurlah," ucapan kompak dari Ann dan Ratih. Kini Adi dipindahkan di ruangan rawat, meski belum siuman Ann dengan sigap masuk ke dalam. Menatap sosok ayah yang selalu membelanya saat ibunya masih hidup. Meski kini semuanya berubah, rasa sayangnya pada ayahnya tetap sama. "Ann ...," suara lirih nan purau itu terdengar nyaring ditelinga Ann. Manik matanya mendapati ayahnya yang terkapar kembali sadar. Senyumnya perlahan merekah, tidak ada bahagia yang bisa ia pancarkan saat ini. "Ayah, aku panggilkan dokter dulu!" ucap Ann bergegas beranjak. "Tidak, Ann." Adi menahan lengan Ann dengan kuatnya, "Tolong cerailah dengan Sena ya!" Deg! Ann terpaku pada sebuah ucapan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Jika pernikahannya deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 31

    Ego siapa yang diberi makan? Di sini, Sena hanya diam duduk di sofa tunggu rumah sakit. Matanya yang hendak terpejam nyaris gagal. "Kenapa semua ini terjadi!" pekik Sena. [Mas, aku pengen ketemu sama kamu.] Aisha. Nama yang enggan Sena ingat dalam benaknya, malas dan kesal jika mengingat Ann terus saja menjodohkannya. "Lihat, wanita ganjen yang sengaja mengirimiku pesan. Pasti kamu kan yang nyuruh dia seperti ini!" gerutu Sena. "Tidak, dia menyukaimu, Sena. Ceraikan aku dan menikahlah dengannya," ucap Ann dengan mudahnya. "Aku mencintaimu, bukan wanita lain!" seru Sena semakin keras. "Kita tidak mendapatkan restu sekarang," ucap Ann dengan menatap wajah Sena tegas. "CK" Sena berdecak kesal. Ann menatap sosok suaminya dengan senyuman tipis, setelah malam itu perasaannya kian menguat. Namun, ada hal yang tidak bisa ia paksakan pada Sena. "Sena ...," panggil Ann. "Aku tidak ingin mendengar permintaan ceraimu berkali-kali, aku tidak mau, Ann!" tegas Sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 32

    "Rafael, apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?" todong Adi saat menantu laki-lakinya itu memasuki ruangan. "Aku? ada apa, Ayah?" Rafael menunjuk dirinya sendiri dengan penuh tanya. Sesaat kemudian, ia menatap Ann yang sibuk berbicara ditelepon. Hanya beberapa hari ia tidak menampakkan diri dihadapan ayah mertuanya. "Aku hanya sibuk ada proyek, memangnya apa yang dikatakan Dewi pada ayah?" Rafael membalikkan tanya. "Sena yang mengatakan kamu menyembunyikan sesuatu," jawab Adi. Matanya sontak membelalak lebar, apa pun yang terjadi saat ini. Mau tidak mau ia harus melenyapkan Sena. "Ayah, aku serius hanya ada pekerjaan di luar kota. Apa iya ayah tidak percaya denganku?" Rafael masih berusaha membolak-balik perasaan Adi. Meski Ann menatapnya dengan tajam, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. "Aku tidak paham apa yang dikatakan Sena tadi, sebenarnya aku ragu akan apa yang diucapkannya. Tapi, kenapa dia sangat yakin?" Adi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, semb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 33

    "Jangan sampai Rafael tahu identitas Sena, itu akan membahayakan Ann dan Dewi, Mas," bisik Ratih. "Tapi, Rafael juga bagian dari keluarga kita," elak Adi dengan tatapan tajam. Tidak paham dengan jalan pikir Ratih, Adi malah terus-menerus meyakinkannya untuk mengungkap sosok Sena sebenarnya. "Mas, tolong kali ini saja. Aku melakukan ini untuk anak-anak kita," ucap Ratih dengan tatapan mata yang haru. Adi hanya mengangguk. "Terima kasih, Mas." *** Setelah dirasa sudah cukup pulih, Adi boleh pulang dan dilanjutkan rawat jalan di rumah. "Ann, kamu akan tinggal di rumah ayah, kan?" tanya Adi menatap anak sulungnya. "Maaf, Ayah. Aku harus pulang ke rumah suamiku, mungkin lain kali aku akan menginap," jawab Ann dengan ulasan senyum. "Oh gitu, oke." Dengan bantuan Ratih, kursi roda Adi melewati koridor-koridor rumah sakit yang kini ramai. Bisa bernafas lega rasanya, Adi kembali melihat dunianya. "Ayah, kalau sudah sampai rumah kabari ya. Aku harus ke kantor

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 34

    'Anak bodoh!' gumam Ratih dalam batinnya. Dua pasang mata melirik ke sumber suara, menatap dengan lekat suara yang sangat dikenal. Diam dalam sejenak dan berisik di kepala. Ratih tersenyum. "Jelas-jelas dia mencintaimu, Rafael. Iya 'kan Dewi?" ujar Ratih dengan menatap anaknya. "Iya, Bu. Aku sangat mencintai Mas Rafael suamiku," dengan senyuman di bibirnya. Sontak, Dewi berlari menghambur pada pelukan Rafael. Meski tidak mendapatkan balasan dari yang memiliki tubuh. "Ya sudah, ibu pamit ya. Kalian bisa lanjutkan dulu," pamit Ratih. "Iya, Bu." Ratih beranjak meninggalkan Dewi dan Rafael, mengelus dadanya dan memaki dalam batinnya. "Untung saja semuanya berjalan dengan lancar. Apa yang harus aku lakukan lagi?" gumam Ratih. *** Ann berjalan dengan cepat memasuki ruangan yang selalu tertutup. "Reni, Sena di sini, kan?" tanya Ann dengan tatapan tajam. "Tuan tidak di rumah, Nona. Bukannya pergi bersama Nona ya," ucap Reni dengan menundukkan kepalanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 35

    "Sena...," panggil Ann lirih. Matanya menatap sekeliling, sudah terang dengan cahaya matahari yang hangat. Suara Reni berhasil membangunkan dirinya, sedangkan Sena masih lelap dengan dekapannya. "Reni, 1 jam lagi bawa sarapannya ke kamar ya. Kami tidak ingin ke meja makan!" seru Ann. "Baik, Nona." Kembali Ann berusaha membangunkan Sena, namun nihil pria di sampingnya justru mengeratkan dekapannya. "Sena, kita harus mandi lalu sarapan. Reni sudah menyiapkan sarapan," elak Ann dengan menarik tubuhnya menjauh. "Aku tidak peduli, Ann, aku sangat mengantuk. Jadi temani aku," pinta Sena dengan mengeratkan dekapannya. Huft! Ann tidak bisa berkutik atas perlakuan Sena, membiarkannya begitu saja. Memangnya apa yang bisa ia lakukan? "Aku mau ke kantor hari ini, Sena. Apa kamu mengijinkannya?" tanya Ann dengan menatap suaminya yang masih dalam dekapannya. "Tidak, apa perlu aku beli saja itu kantormu? agar kamu bisa bekerja dengan santai tanpa harus pergi ke kantor!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 36

    "Terima kasih ya, Sena," ucap Ann seraya beranjak keluar mobil. "Kamu mau ke mana?" tanya Sena dengan menahan lengan Ann. "Kerja," ucap Ann dengan kikuk. Cup! Sena mengecup kening Ann hingga pipinya bersemu merah. "Semangat kerja, Sayang. Panggil aku dengan panggilan sayang juga!" peringatnya. "Ya," singkat. "Ya? Sayangnya mana, Ann!" rengek Sena. Ann beranjak begitu saja meninggalkan Sena, wajahnya sangat lucu hingga membuat Ann ingin memakan Sena hidup-hidup. "Hati-hati, Sayang," dengan senyuman manis yang terpatri dibibir Ann. Lambaian tangan pada Sena yang terlihat tersipu malu. "Ekhem, yang punya suami!" ledek Lena dengan berdeham. "Nikah gih, jangan hts-an mulu. Kapan tobatnya?" tanya Ann dengan mengernyitkan alisnya. Lena menggelengkan kepala, senyum lebarnya terlihat lebih jelas. "Aku belum ingin dikekang, Ann. Oh ya, Pak Dewa sempat mencarimu tadi. Ke mana saja?" tanya Lena. "E...," Ann menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pag

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 37

    Semua mata memandang dengan penuh kebahagiaan. "Mereka sangat serasi ya." "Yang kayanya hanya seorang tukang bakso, ternyata orang kaya. Untung aku tidak pernah menghina Ann." Desas-desus terdengar ditelinga Lena, manik matanya berbinar. "Akhirnya dia menemukan cinta yang baik untuk hidupnya," gumam Lena. Ia menjadi saksi betapa kisah percintaan Ann penuh dengan plot twist. Bahkan beberapa kali ia memergoki Rafael berselingkuh. "Lena, kamu gak tahu juga ya kalau suami bestimu itu orang kaya?" tanya teman lain. "Aku tidak tahu tentang itu, yang aku tahu bestiku sudah bahagia sekarang!" ucap Lena dengan merekahkan senyumnya. "Kau kapan nyusul Ann, Lena? Apa kabar htsmu ke 5?" ledek teman lainnya. "Diam kalian!" seru Lena dengan beranjak meninggalkan teman-temannya itu. "Lena!" Seruan teman-teman yang suka julid padanya. *** "Aku sehat loh, Sena. Kamu ini kenapa deh!" gerutu Ann sepanjang jalan. "Kamu gak pengen jenguk ayah, Ann?" tanya Sena menata

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 85

    "Lena?" tanya Sena dengan tatapan penuh tanya. "Kan kamu janjiin dia cowok, Sayang. Kamu lupa?" tanya Ann dengan kekesalan. "Tidak, aku masih ingat kok. Hm, beberapa temanku memang sedang mencari pacar, nanti aku akan mengenalkan salah satunya pada Lena," terang Sena. Mata yang teduh kini menatap lekat ke arah Ann, perjalanan menuju apartment selalu menyenangkan baginya. "Malam ini biarkan aku memasak untukmu, Sayang. Kamu istirahat saja ya," bisik Sena. "Ta-tapi? Kenapa tidak pesan di luar saja?" Ann melempar tanya. Ia hanya cemas jika Sena memasak asal dan tidak bisa dimakan. Akan sangat mubazir jika itu terjadi. "Tenang saja!" ucap Sena. Tibalah mereka berdua di apartment, Sena yang langsung membawa Ann ke kamar. "Kamu istirahat ya, mandi dulu," titah Sena. "Tapi, Sayang," Ann memeluk erat tubuh Sena. Membuat lelaki itu terdiam sejenak, Ia membalas pelukan Ann dengan hangat. "Kamu mau apa sekarang? Mandi dulu ya, nanti aku yang memasak," terang Se

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 84

    "Siang, Tuan Muda," sapa Arka dan Aisha kompak. Kini mereka duduk di sebuah restoran cukup ternama, Ann yang duduk di samping Sena membuat Aisha canggung. Bukan karena apa, hanya saja suaminya mengajaknya makan siang bersama. "Aisha, aku dengar dari Lena kamu lagi cari rumah?" tanya Ann dengan menatap wajah Aisha sekilas. "Iya, Mbak. Dasar Lena suka bahas hal-hal yang gak perlu!" Aisha menanggapi dengan kekehan ringan. Merasa malu, ia meremas ujung bajunya sampai kusut. "Aku berniat memberikan apartment padamu, Aisha," ucap Sena. Satu kalimat yang berhasil membuat mulut Aisha ternganga, bukan ini yang ia inginkan. Tapi ... kenapa Sena ingin memberikan apartment padanya? "Tuan, saya punya tabungan untuk menyewa rumah kecil saja. Saya ...," Aisha menghentikan ucapannya. "Aisha, semua ini tidak kuberikan cuma-cuma, karena kamu teman baik istriku. Dia yang meminta padaku tentang ini, jangan ditolak ya!" peringat Sena. Manik mata yang kini basah menatap Arka secara berulang, ia m

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 83

    "Aku dengar Aisha lagi cari kontrakan ya," celetuk Lena saat tiba di tempat duduknya. "Aku malah gak dengar apa-apa, Len." Ann kembali fokus pada pekerjaan yang ada di hadapannya. "Aku masih bertanya-tanya, apa bapaknya belum berubah dari dulu?" Lena masih dengan tanya yang ada di kepalanya. Mendengar itu, Ann mendongak pada sahabatnya yang kini bersandar di kubikel. sorot mata penuh tanya dengan tatapan tajam. "Bapaknya belum berubah? Maksudmu apa?" tanya Ann. "Orangnya kasar banget, Ann. Dulu waktu masih SMA, Aisha sering dateng babak belur ke sekolah," terang Lena dengan mengingat beberapa tahun ke belakang. "Gila, kenapa kamu diam aja sih!" seru Ann. Lena menatap Ann dengan penuh tanya, bingung! Padahal awalnya Lena hanya membahas tentang Aisha yang mencari rumah. "Aisha itu kelihatannya mau kabur dari rumah, Ann. Makanya dia berniat beli rumah baru," terang Lena sebagai tambahan. "Iya, aku telpon suamiku dulu." Ann meraih ponselnya yang tergeletak di

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 82

    "Mas, kan kita mau pulang. Kenapa lewat sini?" tanya Aisha saat mengamati arah laju mobil Arka. "Kita makan," singkat. Akhirnya, Aisha memilih diam tanpa bertanya lagi. Ia hanya bersandar dengan posisi nyaman. Menatap jalanan yang ramai di malam hari. "Ai, kenapa diam?" tanya Arka dengan lembut. "Gak apa-apa, Mas. Aku tidak lapar," jawabnya. Meski perutnya terasa kosong dan membuat tubuhnya lemas. Aisha tidak lagi ingin merepotkan Arka, sudah terlalu banyak bantuan yang ia terima. Hingga Aisha bingung harus membalas dengan apa. "Mas, aku jadi bebanmu ya sekarang?" Kalimat itu keluar begitu saja, membuat Arka sempat tergelak. "Maksudmu, Ai?" tanya Arka dengan menatap penuh tanya. "Karena Mas Arka melamarku, aku sekarang jadi merepotkanmu, Mas!" kata Aisha dengan ragu. Ia tidak lagi mampu menopang dirinya sendiri, dan ia malah merepotkan orang lain yang notabene pria yang melamarnya. "Mas, harusnya aku gak memperlakukanmu seperti ini," ucap Aisha lagi.

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 81

    "Aisha, ada apa?" tanya Arka dengan penuh kecemasan. Di sambungan telepon, di ruangan yang gelap. Aisha memberanikan diri menghubungi Arka, malam itu. "Aku gak apa-apa, Mas. Tapi temani aku sebentar ya," kata Aisha dengan gemetar. "Iya, aku temani. Apa kamu mau aku ke sana? Aku temani ya," Arka kian mencemaskan Aisha kali ini. Logikanya tidak lagi bisa diajak kompromi, satu hal yang ia inginkan. "Jangan ya, Mas. Aku gak mau Mas Arka ikutan keseret. Temenin aku aja via telepon," elak Aisha. "Baiklah, Aisha. Katakan saja kalau ada apa-apa," timpal Arka. Kecemasan yang tidak ada habisnya, ia hanya bisa menahan diri. Menemani Aisha dalam kekalutan yang tidak dia pahami. "Arghhh!" pekik Arka dengan keras. Tanpa sadar ia berteriak saat telepon masih tersambung. "Mas, ada apa?" tanya Aisha terburu-buru. "Tidak apa-apa, Aisha. Mas ke sana aja ya, di sini gak bisa tenang," tegas Arka. "Ta-tapi, ... Aku gak bisa jamin loh, Mas," Aisha terbata dengan suara gem

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 80

    "Kamu senang?" tanya Arka saat diperjalanan mengantar Aisha. "Ya, Mas Sena dan Mbak Ann sangat baik, Mas," tutur Aisha. "Hehehe, Tuan muda memang selalu baik, Ais. Tanpa dia sepertinya aku gak akan seperti sekarang," Arka menyetir dengan mengulas senyuman. "Aku hanya berharap mereka selalu bahagia bersama," ucap Aisha dengan tulus. Arka tersenyum, "Aku juga berharap kita bahagia, Aisha!" ungkapnya lembut. Ke duanya hanya tersipu dengan ucapan masing-masing. Setibanya di depan gang rumah Aisha, Arka hanya membukakan pintu. "Mas, ikut ya?" tanya Arka. "Mas, jangan dulu ya!" Aisha mengelak. Entah kenapa Aisha masih enggan membawa Arka pada keluarganya. "Ya, oke." Meski sudah melamar Aisha, Arka masih suka bertanya-tanya tentang keadaan keluarganya. Tapi, Aisha selalu menghindari itu. "Aku pulang dulu, Sayang," ucap Arka dengan senyuman. "Ya, hati-hati, Sayang," balas Aisha. *** "Suami kamu royal banget, Ann!" seru Lena tatkala tiba di kantor. "Ya, makanya

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 79

    "Hehehe," Hari berlalu dengan sibuk, Ann menatap layar komputer sampai matanya pedas. Pekerjaan yang cukup menumpuk akibat ia mengambil cuti. Lena dengan emosionalnya akibat tumpukan pekerjaan. "Kau benar-benar gila, lihatlah semua ini aku yang kerjakan!" seru Lena. "Iya, maaf, Lena. Aku juga tidak tahu kenapa Pak Dewa melimpahkan itu padamu," Ann menatap nanar ke Lena. "Hahaha, canda besti. Nanti bilang ke suamimu ya, suruh dia mengenalkan teman tampannya untukku," bisik Lena dengan mengedipkan sebelah mata. "Punya teman serakah itu seperti ini ternyata," ujar Ann tanpa ragu. *** "Bagaimana kerjaan kamu?" tanya Sena dengan lembut. "Lancar, kamu gimana, sayang?" Ann membalikkan tanya. Sedangkan wanita yang duduk di samping kemudi seperti obat nyamuk. Hanya bermain ponsel dengan tatapan kosong. "Minimal sadar ya!" sindirnya. "Hahaha, Lena ... benarkah kamu sedang mencari calon suami?" tanya Sena dengan kekehan ringan. "Wah, benar, Tuan muda. Kalau

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 78

    "Siap, Sayang? Kita kembali ke kota yang ramai dengan hiruk pikuk dunia," celetuk Sena seraya menatap istrinya yang terlihat diam. "Siap gak siap, Sena. Di sini sangat nyaman, jadi aku cukup jatuh cinta dengan kota ini," balas Ann dengan nanar. Sena hanya tersenyum simpul, tidak ada yang salah dari ucapan Ann. Ia begitu mencintai pantai dan laut, akan sangat senang jika ia bisa tinggal di dekat dua tempat itu. "Nanti kita ambil cuti lagi ya, yang lebih lama lagi. Sekarang sudah saatnya kita pulang, Sayang," ucap Sena dengan lembut. "Ya." *** "Permisi, Tuan muda. Sarapannya sudah siap!" Suara Reni yang menggelegar terdengar nyaring dan memekakkan telinga Ann dan Sena. Dua sejoli yang baru terlelap beberapa jam itu harus segara membuka matanya. "Huahh, aku masih mengantuk sekali, Ann!" gumam Sena lembut. "Sama, tapi tidak mungkin kita terus terbaring di sini, Sayang!" Sena meraih tangan Ann, menariknya masuk ke kamar mandi. "Ya, Reni. 30 menit kami akan

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 77

    "Saudara perempuan?" Ann melemparkan tanya dengan tatapan bingung. "Iya, Ann. Entah ini benar atau salah, tapi ini sangat membebani pikiranku," keluh Sena. Pelan Ann menelaah setiap kalimat yang keluar dari bibir Sena. Aneh, dan penuh tanda tanya besar. "Kamu yakin itu adik kamu?" tanya Ann lirih. "Tidak, aku percaya dengan ucapan ibuku sebelum meninggal. Aku adalah satu-satunya anak dari pasangan keluarga Gaharu," terang Sena. Ann bingung harus menanggapi apa, raut wajah Sena yang terlihat tertekan dengan keadaan yang diluar kendalinya. "Sayang, peluk aku!" ucap Ann. Ia merentangkan tangan dengan penuh keyakinan, jika mulutnya tidak mampu berkata dengan benar. Setidaknya, dekapannya mampu memberikan ketenangan pada Sena. "Sayang, terima kasih ya," bisik Sena. Ke duanya saling mendekap satu sama lain, mengeratkan pelukannya. "Besok sore kita pulang, ayo nikmati bulan madu kali ini, Sayang," bisik Sena. "Badanku rasanya remuk sekali, Sena. Bahkan untuk

DMCA.com Protection Status