Share

Bab 37

Author: YL Wanodya
last update Last Updated: 2024-09-21 17:19:20

Semua mata memandang dengan penuh kebahagiaan.

"Mereka sangat serasi ya."

"Yang kayanya hanya seorang tukang bakso, ternyata orang kaya. Untung aku tidak pernah menghina Ann."

Desas-desus terdengar ditelinga Lena, manik matanya berbinar.

"Akhirnya dia menemukan cinta yang baik untuk hidupnya," gumam Lena.

Ia menjadi saksi betapa kisah percintaan Ann penuh dengan plot twist. Bahkan beberapa kali ia memergoki Rafael berselingkuh.

"Lena, kamu gak tahu juga ya kalau suami bestimu itu orang kaya?" tanya teman lain.

"Aku tidak tahu tentang itu, yang aku tahu bestiku sudah bahagia sekarang!" ucap Lena dengan merekahkan senyumnya.

"Kau kapan nyusul Ann, Lena? Apa kabar htsmu ke 5?" ledek teman lainnya.

"Diam kalian!" seru Lena dengan beranjak meninggalkan teman-temannya itu.

"Lena!"

Seruan teman-teman yang suka julid padanya.

***

"Aku sehat loh, Sena. Kamu ini kenapa deh!" gerutu Ann sepanjang jalan.

"Kamu gak pengen jenguk ayah, Ann?" tanya Sena menata
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 38

    "Maksud ayah?" tanya Ann. Tidak terima dengan pertanyaan Adi yang menusuk hatinya. Kenapa kalimat itu yang keluar dari bibirnya? "Kamu sama Sena sudah bercerai?" tanya Adi mengulang. Ann membelalak menatap wajah Adi, alih-alih memberikan jawaban. "Aku tidak suka ayah bertanya tentang itu padaku, seperti yang dikatakan Sena. Aku tidak mudah bercerai dengannya," terang Ann. "Oh, kamu sudah mencintainya?" tanya Adi dengan enteng. Perempuan itu menggeleng, entah apa ini yang disebut jatuh cinta. Tapi, jujur ia tidak ingin berpisah dengan Sena. "Biar ayah yang mengurus perceraiannya!" tegas Adi. "Ya, sudah. Ann pulang saja," Ann dengan sigap meninggalkan kamar Adi. Teriakan keras memanggil namanya tidak membuatnya membalikkan badan. "Aku tidak peduli apa yang terjadi saat ini, aku tidak ingin berpisah!" geram Ann. Ia mencari ponselnya dan menelepon Sena, sebelum itu manik matanya bertemu dengan Dewi. "Wah, kakak pulang. Suaminya udah gak miskin lagi ya," ujarnya den

    Last Updated : 2024-09-22
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 39

    "Mas, maaf. Bukan begitu," ucap Dewi dengan memohon ampun. "Sudahlah!" pekik Rafael. Rafael menghempaskan tangan Dewi yang menyentuhnya. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tentang suami Ann," ucap Dewi dengan menatap Rafael penuh keyakinan. "Suami, Ann?" tanya Rafael dengan penuh penasaran. Ia menarik Dewi untuk duduk di tepian ranjang, sungguh rasa penasarannya memuncak. Mengingat ucapan Ratih tempo hari. "Mas belum tahu ya, kalau suami kakak Ann itu seorang pemilik Antasena Gaharu group?" tanya Dewi dengan ragu. Tatapan Rafael sangat mengintimidasi dan sangat tajam, siapa pun akan merasa ketakutan dengan tatapan itu. "Memangnya dia orang kaya? Bukannya dia hanya seorang penjual bakso keliling?" tanya Rafael memberondong. "Salah, Mas. Dia pemilik utama Antasena Gaharu group. Perusahaan terbesar di sini, awalnya aku juga tidak percaya. Maka dari itu, Ayah meminta kakak bercerai," terang Dewi. Mata Rafael membelalak, jika Sena memang pria yang memiliki p

    Last Updated : 2024-09-23
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 40

    "Kamu yakin, Sena?" tanya Ann saat menatap suaminya. "Iya, memangnya kenapa? Kamu takut sekali aku bertengkar dengan ayahmu," ucap Sena dengan kekehan. "Ya ... bagaimana lagi, aku khawatir." Ann memilih duduk di tepian ranjang. Matanya tidak beralih dari suaminya, entah apa yang ada dipikiran Sena saat itu. "Aku berangkat dulu ya, Sayang. Aku berjanji akan kembali membawa kabar baik," ucap Sena dengan mengecup kening istrinya. "Aku tunggu ... Sayang," ucap Ann mengulas senyum. Sena sontak mengulas senyum lebih lebar, sebuah keajaiban baginya. "Kamu berangkat ke kantor sendiri ya, maaf belum bisa mengantarmu, Cintaku," bisik Sena. *** Sena sigap menuju rumah Adi, ayah mertuanya. Setibanya di sana, ia ditatap aneh oleh Ratih. "Kenapa kau datang kemari?" tanyanya dengan ketus. Sena tersenyum. "Di sini saya juga menantu ibu, apa kabar, Bu?" tanya Sena dengan sopan. "Baik, tapi Ann tidak ada di sini," tegas Ratih. Manik matanya seolah akan lepas dar

    Last Updated : 2024-09-24
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 41

    "Bisa-bisanya aku keceplosan, perduli setan dengan Ann. Yang aku tahu sekarang, Dewi harus mendapatkan Sena!" gumam Ratih seraya berjalan menemui anaknya. Matanya membelalak lebar saat membuka pintu, tanpa basa-basi ia ingin memaki anaknya. "Kalian ini-" ucapannya terhenti. Sontak ia menutup pintu kembali, sadar jika itu ranah privasi Dewi dan Rafael. "Goblok!" umpatnya keras. Alih-alih mencari rencana mendekati Sena, Dewi malah bermesraan bersama Rafael. "Bagaimana jika Adi benar-benar bangkrut?" tanya Ratih pada dirinya sendiri. Bayang-bayang akan menjadi melarat seolah membuat Ratih pusing tujuh keliling. Tidak siap jika ia harus kembali menjadi wanita miskin. Sudah cukup 25 tahun itu baginya, setelah menikah dengan Adi. Hidupnya benar-benar mujur! "Aku bisa gila!" ucapnya memaki. *** "Mas, apa hanya aku yang merasa ada orang membuka pintu?" tanya Dewi. "Abaikan saja," bisik Rafael. Keduanya masih bergumul dengan kenyamanan, pagi ini Rafael ti

    Last Updated : 2024-09-25
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 42

    "Tuan, Nona Ann menunggu di ruangan Anda," ucap Arka dengan membungkukkan tubuhnya. "Bukannya dia ke kantor?" tanya Sena. "Saya tidak paham, Tuan. Hanya saja ... tadi beliau datang," terang Arka. Sena bergegas memasuki ruangannya, menatap istrinya sibuk dengan ponsel. "Sayang, maaf ya!" ucap Ann. Ia tidak datang ke kantor hari ini, ia terlalu penasaran dengan apa kabar baik yang dibawa Sena. "Kamu gak ke kantor?" tanya Sena. Ann menggeleng, "Aku tadi resah saat mau ke kantor, jadi aku langsung ke sini. Hehe," ucap Ann dengan cengengesan. "Kenapa begitu, Sayang? Kamu gak usah kerja ya, bantu aku di kantor aja," pinta Sena. Ia menyelipkan anak rambut di belakang telinga Ann, lalu perlahan ia mengecup bibir Ann dengan lembut. "Aku tetap ingin bekerja, apa kamu kurang puas?" Ann mendongak pada Sena. "Puas?" tanya Sena dengan raut bingungnya. "Hehehe, kamu kan udah investasi di perusahaan aku," terang Ann. Sedangkan Sena hanya terkekeh, otaknya benar-

    Last Updated : 2024-09-25
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 43

    "Saya yakin pasti akan lebih tampan dari ini, karena Mbak juga cantik," ucap ibu itu. "Ibu bisa aja," kekeh Ann. Setelahnya, ia menatap Sena yang masih menatapnya tajam. Ada apa dengan pria itu? "Kenapa, Sena?" tanya Ann. "E-enggak," jawab Sena. "Mas Sena, ini pesanannya, Saya yakin anak kalian akan sangat cantik dan tampan," ucap Pak Sugi mengikuti pembicaraan mereka. "Iya kan, Pak Sugi. Mas Sena ini juga sangat tampan, apalagi Mbaknya," timpal ibu. Sena dan Ann hanya mengulas senyum, entah ke mana arah pembicaraan ini akan berhenti. "Kami makan dulu, Bu," ucap Sena lembut. "Ya, Mas." Sena dan Ann menikmati setiap bakso yang keduanya makan. Ann terkesima, rasa bakso itu unik berbeda dari bakso pada umumnya. "Kamu kapan kenal Pak Sugi?" tanya Ann. "Sudah lama, memangnya kenapa, Sayang?" Sena membalikkan tanya pada istrinya. "Enak baksonya," dengan senyuman cerah Ann menatap Sena. "Iya, tapi ini cemong cintaku!" Jari Sena mengusap sisa kecap

    Last Updated : 2024-09-27
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 44

    "Tuan muda, maaf saya telah membuat keributan di kantor," ucap Arka setelah berhasil mengusir Arno. "Ya, jadwalku hari ini cancel semua. Aku tidak ingin bertemu banyak orang!" tegas Sena. Setelahnya, ia beranjak begitu saja. Meninggalkan Arka yang masih mematung, ia seolah akan berbicara tapi entah apa karena belum sempat. "Tuan, ke mana?" tanya Arka. "Cari angin!" singkat. Benar, Sena mengendarai mobilnya dengan santai. Mengingat beberapa kalimat yang ia utarakan pada Ann. Tidak ada kalimat yang salah menurutnya. "Kenapa?" tanya Sena dengan memukul stang mobilnya. Helaan nafas gusar. Berkali-kali, Sena melewati jalan-jalan yang sama. Tapi, ia hanya berpikir di mana letak kesalahannya tadi. "Aku harus menjemput, Ann!" tegasnya. Ia langsung mengemudikan mobilnya ke arah kantor Ann. Meski setibanya di kantor ia harus menunggu cukup lama. "Ini Ann gak pulang apa gimana sih?" tanya Sena. Sudah setengah jam dari jam pulang kantor, tapi Sena tidak melihat

    Last Updated : 2024-09-27
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 45

    "Terima kasih ya, Lena. Sampai jumpa besok, kamu gak mau mampir dulu?" Ann menoleh pada Lena. "Gak deh, aku mau kabarin hts-an aku dengan segera!" ujarnya. "Gila!" hardik Ann keras. "Udah dulu ya, aku duluan!" seru Lena dengan buru-buru. "Hati-hati!" Ann berjalan memasuki kawasan rumah megah Sena, beberapa mata menatapnya dengan tajam. "Sena, ada apa dengan orang-orang di sini?" tanya Ann dengan raut kebingungannya. Bahkan Sena menatapnya tajam, seolah siap melahap Ann hidup-hidup. "Pantas kamu bertanya seperti itu?" tanya Sena dengan nada yang cukup tinggi. "Aku bertanya, kalau kamu gak mau jawab ya udah. Gak usah marah-marah begitu! Aku tidak tuli," pekik Ann dengan nada lebih keras. Ia berjalan masuk tanpa memedulikan suaminya, kesal bukan main! Tubuhnya sudah lelah setelah bekerja, baru saja me-time malah dibuat kesal. "Ann, kamu dari mana saja sih?" tanya Sena sesaat setelah ia masuk ke kamar. "Kalau kamu mau marah aku lagi malas nanggapi!" peki

    Last Updated : 2024-09-28

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 85

    "Lena?" tanya Sena dengan tatapan penuh tanya. "Kan kamu janjiin dia cowok, Sayang. Kamu lupa?" tanya Ann dengan kekesalan. "Tidak, aku masih ingat kok. Hm, beberapa temanku memang sedang mencari pacar, nanti aku akan mengenalkan salah satunya pada Lena," terang Sena. Mata yang teduh kini menatap lekat ke arah Ann, perjalanan menuju apartment selalu menyenangkan baginya. "Malam ini biarkan aku memasak untukmu, Sayang. Kamu istirahat saja ya," bisik Sena. "Ta-tapi? Kenapa tidak pesan di luar saja?" Ann melempar tanya. Ia hanya cemas jika Sena memasak asal dan tidak bisa dimakan. Akan sangat mubazir jika itu terjadi. "Tenang saja!" ucap Sena. Tibalah mereka berdua di apartment, Sena yang langsung membawa Ann ke kamar. "Kamu istirahat ya, mandi dulu," titah Sena. "Tapi, Sayang," Ann memeluk erat tubuh Sena. Membuat lelaki itu terdiam sejenak, Ia membalas pelukan Ann dengan hangat. "Kamu mau apa sekarang? Mandi dulu ya, nanti aku yang memasak," terang Se

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 84

    "Siang, Tuan Muda," sapa Arka dan Aisha kompak. Kini mereka duduk di sebuah restoran cukup ternama, Ann yang duduk di samping Sena membuat Aisha canggung. Bukan karena apa, hanya saja suaminya mengajaknya makan siang bersama. "Aisha, aku dengar dari Lena kamu lagi cari rumah?" tanya Ann dengan menatap wajah Aisha sekilas. "Iya, Mbak. Dasar Lena suka bahas hal-hal yang gak perlu!" Aisha menanggapi dengan kekehan ringan. Merasa malu, ia meremas ujung bajunya sampai kusut. "Aku berniat memberikan apartment padamu, Aisha," ucap Sena. Satu kalimat yang berhasil membuat mulut Aisha ternganga, bukan ini yang ia inginkan. Tapi ... kenapa Sena ingin memberikan apartment padanya? "Tuan, saya punya tabungan untuk menyewa rumah kecil saja. Saya ...," Aisha menghentikan ucapannya. "Aisha, semua ini tidak kuberikan cuma-cuma, karena kamu teman baik istriku. Dia yang meminta padaku tentang ini, jangan ditolak ya!" peringat Sena. Manik mata yang kini basah menatap Arka secara berulang, ia m

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 83

    "Aku dengar Aisha lagi cari kontrakan ya," celetuk Lena saat tiba di tempat duduknya. "Aku malah gak dengar apa-apa, Len." Ann kembali fokus pada pekerjaan yang ada di hadapannya. "Aku masih bertanya-tanya, apa bapaknya belum berubah dari dulu?" Lena masih dengan tanya yang ada di kepalanya. Mendengar itu, Ann mendongak pada sahabatnya yang kini bersandar di kubikel. sorot mata penuh tanya dengan tatapan tajam. "Bapaknya belum berubah? Maksudmu apa?" tanya Ann. "Orangnya kasar banget, Ann. Dulu waktu masih SMA, Aisha sering dateng babak belur ke sekolah," terang Lena dengan mengingat beberapa tahun ke belakang. "Gila, kenapa kamu diam aja sih!" seru Ann. Lena menatap Ann dengan penuh tanya, bingung! Padahal awalnya Lena hanya membahas tentang Aisha yang mencari rumah. "Aisha itu kelihatannya mau kabur dari rumah, Ann. Makanya dia berniat beli rumah baru," terang Lena sebagai tambahan. "Iya, aku telpon suamiku dulu." Ann meraih ponselnya yang tergeletak di

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 82

    "Mas, kan kita mau pulang. Kenapa lewat sini?" tanya Aisha saat mengamati arah laju mobil Arka. "Kita makan," singkat. Akhirnya, Aisha memilih diam tanpa bertanya lagi. Ia hanya bersandar dengan posisi nyaman. Menatap jalanan yang ramai di malam hari. "Ai, kenapa diam?" tanya Arka dengan lembut. "Gak apa-apa, Mas. Aku tidak lapar," jawabnya. Meski perutnya terasa kosong dan membuat tubuhnya lemas. Aisha tidak lagi ingin merepotkan Arka, sudah terlalu banyak bantuan yang ia terima. Hingga Aisha bingung harus membalas dengan apa. "Mas, aku jadi bebanmu ya sekarang?" Kalimat itu keluar begitu saja, membuat Arka sempat tergelak. "Maksudmu, Ai?" tanya Arka dengan menatap penuh tanya. "Karena Mas Arka melamarku, aku sekarang jadi merepotkanmu, Mas!" kata Aisha dengan ragu. Ia tidak lagi mampu menopang dirinya sendiri, dan ia malah merepotkan orang lain yang notabene pria yang melamarnya. "Mas, harusnya aku gak memperlakukanmu seperti ini," ucap Aisha lagi.

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 81

    "Aisha, ada apa?" tanya Arka dengan penuh kecemasan. Di sambungan telepon, di ruangan yang gelap. Aisha memberanikan diri menghubungi Arka, malam itu. "Aku gak apa-apa, Mas. Tapi temani aku sebentar ya," kata Aisha dengan gemetar. "Iya, aku temani. Apa kamu mau aku ke sana? Aku temani ya," Arka kian mencemaskan Aisha kali ini. Logikanya tidak lagi bisa diajak kompromi, satu hal yang ia inginkan. "Jangan ya, Mas. Aku gak mau Mas Arka ikutan keseret. Temenin aku aja via telepon," elak Aisha. "Baiklah, Aisha. Katakan saja kalau ada apa-apa," timpal Arka. Kecemasan yang tidak ada habisnya, ia hanya bisa menahan diri. Menemani Aisha dalam kekalutan yang tidak dia pahami. "Arghhh!" pekik Arka dengan keras. Tanpa sadar ia berteriak saat telepon masih tersambung. "Mas, ada apa?" tanya Aisha terburu-buru. "Tidak apa-apa, Aisha. Mas ke sana aja ya, di sini gak bisa tenang," tegas Arka. "Ta-tapi, ... Aku gak bisa jamin loh, Mas," Aisha terbata dengan suara gem

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 80

    "Kamu senang?" tanya Arka saat diperjalanan mengantar Aisha. "Ya, Mas Sena dan Mbak Ann sangat baik, Mas," tutur Aisha. "Hehehe, Tuan muda memang selalu baik, Ais. Tanpa dia sepertinya aku gak akan seperti sekarang," Arka menyetir dengan mengulas senyuman. "Aku hanya berharap mereka selalu bahagia bersama," ucap Aisha dengan tulus. Arka tersenyum, "Aku juga berharap kita bahagia, Aisha!" ungkapnya lembut. Ke duanya hanya tersipu dengan ucapan masing-masing. Setibanya di depan gang rumah Aisha, Arka hanya membukakan pintu. "Mas, ikut ya?" tanya Arka. "Mas, jangan dulu ya!" Aisha mengelak. Entah kenapa Aisha masih enggan membawa Arka pada keluarganya. "Ya, oke." Meski sudah melamar Aisha, Arka masih suka bertanya-tanya tentang keadaan keluarganya. Tapi, Aisha selalu menghindari itu. "Aku pulang dulu, Sayang," ucap Arka dengan senyuman. "Ya, hati-hati, Sayang," balas Aisha. *** "Suami kamu royal banget, Ann!" seru Lena tatkala tiba di kantor. "Ya, makanya

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 79

    "Hehehe," Hari berlalu dengan sibuk, Ann menatap layar komputer sampai matanya pedas. Pekerjaan yang cukup menumpuk akibat ia mengambil cuti. Lena dengan emosionalnya akibat tumpukan pekerjaan. "Kau benar-benar gila, lihatlah semua ini aku yang kerjakan!" seru Lena. "Iya, maaf, Lena. Aku juga tidak tahu kenapa Pak Dewa melimpahkan itu padamu," Ann menatap nanar ke Lena. "Hahaha, canda besti. Nanti bilang ke suamimu ya, suruh dia mengenalkan teman tampannya untukku," bisik Lena dengan mengedipkan sebelah mata. "Punya teman serakah itu seperti ini ternyata," ujar Ann tanpa ragu. *** "Bagaimana kerjaan kamu?" tanya Sena dengan lembut. "Lancar, kamu gimana, sayang?" Ann membalikkan tanya. Sedangkan wanita yang duduk di samping kemudi seperti obat nyamuk. Hanya bermain ponsel dengan tatapan kosong. "Minimal sadar ya!" sindirnya. "Hahaha, Lena ... benarkah kamu sedang mencari calon suami?" tanya Sena dengan kekehan ringan. "Wah, benar, Tuan muda. Kalau

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 78

    "Siap, Sayang? Kita kembali ke kota yang ramai dengan hiruk pikuk dunia," celetuk Sena seraya menatap istrinya yang terlihat diam. "Siap gak siap, Sena. Di sini sangat nyaman, jadi aku cukup jatuh cinta dengan kota ini," balas Ann dengan nanar. Sena hanya tersenyum simpul, tidak ada yang salah dari ucapan Ann. Ia begitu mencintai pantai dan laut, akan sangat senang jika ia bisa tinggal di dekat dua tempat itu. "Nanti kita ambil cuti lagi ya, yang lebih lama lagi. Sekarang sudah saatnya kita pulang, Sayang," ucap Sena dengan lembut. "Ya." *** "Permisi, Tuan muda. Sarapannya sudah siap!" Suara Reni yang menggelegar terdengar nyaring dan memekakkan telinga Ann dan Sena. Dua sejoli yang baru terlelap beberapa jam itu harus segara membuka matanya. "Huahh, aku masih mengantuk sekali, Ann!" gumam Sena lembut. "Sama, tapi tidak mungkin kita terus terbaring di sini, Sayang!" Sena meraih tangan Ann, menariknya masuk ke kamar mandi. "Ya, Reni. 30 menit kami akan

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 77

    "Saudara perempuan?" Ann melemparkan tanya dengan tatapan bingung. "Iya, Ann. Entah ini benar atau salah, tapi ini sangat membebani pikiranku," keluh Sena. Pelan Ann menelaah setiap kalimat yang keluar dari bibir Sena. Aneh, dan penuh tanda tanya besar. "Kamu yakin itu adik kamu?" tanya Ann lirih. "Tidak, aku percaya dengan ucapan ibuku sebelum meninggal. Aku adalah satu-satunya anak dari pasangan keluarga Gaharu," terang Sena. Ann bingung harus menanggapi apa, raut wajah Sena yang terlihat tertekan dengan keadaan yang diluar kendalinya. "Sayang, peluk aku!" ucap Ann. Ia merentangkan tangan dengan penuh keyakinan, jika mulutnya tidak mampu berkata dengan benar. Setidaknya, dekapannya mampu memberikan ketenangan pada Sena. "Sayang, terima kasih ya," bisik Sena. Ke duanya saling mendekap satu sama lain, mengeratkan pelukannya. "Besok sore kita pulang, ayo nikmati bulan madu kali ini, Sayang," bisik Sena. "Badanku rasanya remuk sekali, Sena. Bahkan untuk

DMCA.com Protection Status