Share

Bab 25

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-10 16:46:06

"Maaf atas kekacauan yang terjadi, Pak Adi. Saya dan Ann pamit, terima kasih," ucap Sena.

Langkah terburu-buru Ann diikuti Sena dari belakang. Ann terlalu muak dengan Sena yang selalu menerima hinaan yang disampaikan padanya. Padahal, apa susahnya membalas ucapan nenek sihir itu?

"Ann, pelankan langkahmu!" seru Sena.

"Aku tidak peduli ya! Kamu itu terlalu pengecut atau terlalu baik jadi pria sih," pekik Ann.

Tangannya menghentikan sebuah taxi yang lewat, "Sudah, aku mau ke kantor. Kamu bisa pulang sendiri 'kan?" tanya Ann dengan wajah masih penuh kekesalan.

"Ya."

Sena hanya menganggukkan kepalanya, ia mengulas senyum pada istrinya. Taxi itu melaju dengan cepat meninggalkan area perumahan Adi.

[Kirim sopir ke dekat gang rumah Adi Sucipto!] Sena.

Setelah pesan itu terkirim, Sena menyempatkan berjalan kaki ke tempat biasa menunggu.

"Huh, kalau begini terus Ann semakin muak denganku," gumamnya.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Sena, seorang pria keluar de
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 26

    "Aku percaya Aisha bisa menjalankan tugasnya dengan baik," gumam Ann seraya mengulas senyum tipis. Tapi, saat sebuah pesan muncul dari notifikasinya, matanya membelalak lebar. "Bagaimana ini nasibku? Pasti Sena akan marah besar dan menceraikanku? Hahaha, hanya itu yang aku perlukan," gumam Ann dengan perasaan bahagia. [Ann, ayo kita makan di luar.] Sena. "Hah?" Ann menatap layar ponselnya dengan kaget tiada tanding. [Aku sudah pesan taxi online, sebentar lagi datang. Kamu siap-siap ya.] Sena. Belum sempat Ann terkejut, ia sudah dikejutkan pesan Sena lagi. "Nona Ann, maaf. Taxinya sudah datang," teriak Reni dari luar ruangan. "Ya, sebentar!" seru Ann. Dengan terburu-buru ia meraih cardigannya, memang ia sudah berpakaian rapi. Ia merasa siap jika Sena akan menceraikannya hari ini. "Kenapa harus seperti ini akhirnya!" gumam Ann dengan menggerutu. Sepanjang jalan, Ann hanya bertanya-tanya. Terlebih ajakan Sena makan malam dan taxi online? "Nona, kita su

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 27

    Satu jam berlalu, akhirnya Sena membuka pintu. Meski dengan wajah yang masam, tapi perlahan ia tersenyum. "Maaf," ucap Sena lirih. Ann memasuki kamar, membersihkan dirinya dengan penuh kemalasan. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya, membelakangi Sena. "Selamat tidur, Ann," bisik Sena. *** [Proyek besar Adi Sucipto sudah ditangan kita, Tuan muda.] Arka. Satu pesan yang membuat Sena tersenyum tipis, pagi ini dengan kesadaran penuh. Ia merasa sangat bahagia. "Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri, abis baca pesan siapa?" tanya Ann. "Kenapa? Kamu cemburu, Ann?" tanya Sena membalikkan tanya. Ann akhirnya diam, ia menatap Sena dengan malas. Meski bukan cemburu, tapi ada perasaan penasaran dalam dirinya. "Aku kira kamu sudah berkenalan akrab dengan wanita kemarin," gerutu Ann. "Iya, aku lagi baca pesan dari wanita kemarin!" ucap Sena dengan menekan kata wanita kemarin. Perlahan Ann mengerutkan dahinya, matanya menatap Sena dengan ragu. "Kenapa memangnya?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 28

    "Bagaimana, Arka?" tanya Sena. "Dia sudah datang, Tuan. Saya atau Anda yang menemuinya?" tanya Arka dengan gugup. Untuk pertama kalinya, tuan mudanya itu akan menemui seseorang. Ada perasaan campur aduk hingga ragu. "Aku yang akan bertemu dengannya, bayangkan Adi tahu kalau aku yang mengalahkannya diproyek besar ini," ucap Sena dengan ulasan senyum tipis. Tidak ada niat balas dendam dan semacamnya, akan tetapi untuk apa menutupi semua ini terlalu lama. Sena tidak membutuhkan perlakuan istimewa, hanya saja Sena ingin Ann mendapatkan haknya. "Baik, saya akan mengikuti dibelakang," ucap Arka. Tidak berselang lama, Sena dan Arka menuju ruang pertemuan. Sosok sekretaris Adi terlihat mengulas senyum tipis. "Selamat datang di kantor saya, senang bertemu dengan Anda," sapa Sena dengan ulasan senyum manis. Manik mata yang membelalak lebar dengan wajah yang tidak percaya. "Sena, suaminya Nona Ann?" tanya Arno dengan mata yang tidak beralih. "Silakan duduk dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 29

    "Bagaimana, Arno?" tanya Adi saat Arno terlihat memasuki ruangannya. Tubuhnya gemetar hebat, entah apa yang terjadi padanya saat itu. "Tu-tuan, tebakan Anda tidak meleset sama sekali," ucap Arno. Adi masih tidak paham dengan apa yang dikatakan Arno, tebakan yang mana atau ada hal yang membuatnya terkejut hingga gemetaran seperti ini. "Tuan, Antasena Gaharu memang milik menantu Anda," tutur Arno. "Apa?" tanya Adi dengan penuh tanya. Selama ini, pria yang terlihat menjadi penjual bakso itu ternyata seorang pengusaha? Mengapa Adi tidak menyadari kejanggalan itu, padahal Sena sempat tinggal di rumahnya beberapa hari. "Bagaimana kamu bisa tahu? apa kamu bertemu dengannya langsung. Bisa saja dia mengaku-ngaku menjadi bos," elak Adi, masih dengan ketidakpercayaannya pada ucapan Arno. "Saya tidak memiliki banyak bukti, hanya satu foto dan rekaman suara," ucapnya, sembari meletakkan ponselnya di meja Adi. Perlahan, Adi mulai mendengarkan rekaman suara itu. Dengan teg

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 30

    Satu jam berlalu, akhirnya dokter keluar dengan senyuman di wajahnya. "Pak Adi baik-baik saja, setelah ini bisa dipindahkan di ruang rawat. Beliau hanya shock, jadi membuat jantungnya sedikit bermasalah," jelas dokter dengan tenang. "Syukurlah," ucapan kompak dari Ann dan Ratih. Kini Adi dipindahkan di ruangan rawat, meski belum siuman Ann dengan sigap masuk ke dalam. Menatap sosok ayah yang selalu membelanya saat ibunya masih hidup. Meski kini semuanya berubah, rasa sayangnya pada ayahnya tetap sama. "Ann ...," suara lirih nan purau itu terdengar nyaring ditelinga Ann. Manik matanya mendapati ayahnya yang terkapar kembali sadar. Senyumnya perlahan merekah, tidak ada bahagia yang bisa ia pancarkan saat ini. "Ayah, aku panggilkan dokter dulu!" ucap Ann bergegas beranjak. "Tidak, Ann." Adi menahan lengan Ann dengan kuatnya, "Tolong cerailah dengan Sena ya!" Deg! Ann terpaku pada sebuah ucapan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Jika pernikahannya deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-12
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 31

    Ego siapa yang diberi makan? Di sini, Sena hanya diam duduk di sofa tunggu rumah sakit. Matanya yang hendak terpejam nyaris gagal. "Kenapa semua ini terjadi!" pekik Sena. [Mas, aku pengen ketemu sama kamu.] Aisha. Nama yang enggan Sena ingat dalam benaknya, malas dan kesal jika mengingat Ann terus saja menjodohkannya. "Lihat, wanita ganjen yang sengaja mengirimiku pesan. Pasti kamu kan yang nyuruh dia seperti ini!" gerutu Sena. "Tidak, dia menyukaimu, Sena. Ceraikan aku dan menikahlah dengannya," ucap Ann dengan mudahnya. "Aku mencintaimu, bukan wanita lain!" seru Sena semakin keras. "Kita tidak mendapatkan restu sekarang," ucap Ann dengan menatap wajah Sena tegas. "CK" Sena berdecak kesal. Ann menatap sosok suaminya dengan senyuman tipis, setelah malam itu perasaannya kian menguat. Namun, ada hal yang tidak bisa ia paksakan pada Sena. "Sena ...," panggil Ann. "Aku tidak ingin mendengar permintaan ceraimu berkali-kali, aku tidak mau, Ann!" tegas Sen

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 32

    "Rafael, apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?" todong Adi saat menantu laki-lakinya itu memasuki ruangan. "Aku? ada apa, Ayah?" Rafael menunjuk dirinya sendiri dengan penuh tanya. Sesaat kemudian, ia menatap Ann yang sibuk berbicara ditelepon. Hanya beberapa hari ia tidak menampakkan diri dihadapan ayah mertuanya. "Aku hanya sibuk ada proyek, memangnya apa yang dikatakan Dewi pada ayah?" Rafael membalikkan tanya. "Sena yang mengatakan kamu menyembunyikan sesuatu," jawab Adi. Matanya sontak membelalak lebar, apa pun yang terjadi saat ini. Mau tidak mau ia harus melenyapkan Sena. "Ayah, aku serius hanya ada pekerjaan di luar kota. Apa iya ayah tidak percaya denganku?" Rafael masih berusaha membolak-balik perasaan Adi. Meski Ann menatapnya dengan tajam, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. "Aku tidak paham apa yang dikatakan Sena tadi, sebenarnya aku ragu akan apa yang diucapkannya. Tapi, kenapa dia sangat yakin?" Adi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, semb

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 33

    "Jangan sampai Rafael tahu identitas Sena, itu akan membahayakan Ann dan Dewi, Mas," bisik Ratih. "Tapi, Rafael juga bagian dari keluarga kita," elak Adi dengan tatapan tajam. Tidak paham dengan jalan pikir Ratih, Adi malah terus-menerus meyakinkannya untuk mengungkap sosok Sena sebenarnya. "Mas, tolong kali ini saja. Aku melakukan ini untuk anak-anak kita," ucap Ratih dengan tatapan mata yang haru. Adi hanya mengangguk. "Terima kasih, Mas." *** Setelah dirasa sudah cukup pulih, Adi boleh pulang dan dilanjutkan rawat jalan di rumah. "Ann, kamu akan tinggal di rumah ayah, kan?" tanya Adi menatap anak sulungnya. "Maaf, Ayah. Aku harus pulang ke rumah suamiku, mungkin lain kali aku akan menginap," jawab Ann dengan ulasan senyum. "Oh gitu, oke." Dengan bantuan Ratih, kursi roda Adi melewati koridor-koridor rumah sakit yang kini ramai. Bisa bernafas lega rasanya, Adi kembali melihat dunianya. "Ayah, kalau sudah sampai rumah kabari ya. Aku harus ke kantor

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 92

    Sesuai dengan perkataan ibu Ratna, Sena dan Arka bergegas menuju rumah di ujung desa itu. "Kau yakin Ann akan menemuiku?" tanya Sena dengan raut penuh tanya. "Ya, saya menjaminnya, Tuan muda!" tegas Arka. "Oke." Ketukan pintu Sena layangkan pada pintu kayu yang terlihat tidak layak. Helaan nafas panjang saat menunggu respon dari pemilik rumah. "Lihatlah, tidak ada jawaban apa pun!" ujar Sena. "Bersabarlah sedikit, Tuan muda." Kini, Arka berjalan mendekati pintu, tangannya mengetuk dengan perlahan. "Permisi, Bu Ratmi," Arka sedikit meninggikan suaranya. Tidak lama dari itu, suara kaki yang melangkah mendekati pintu. "Oh kamu lagi, duduklah di teras!" titahnya. Sena mengernyitkan sebelah alisnya, "Benar-benar ya, aku bukan siapa-siapa di sini," ungkapnya lirih. "Silakan duduk, Tuan muda," ucap Arka. Beberapa kali ia menatap jam tangan yang melingkar, sudah 10 menit dari kepergian Ratmi. Tapi, Ann tidak kunjung keluar. Alih-alih Ann, sekarang mal

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 91

    "Mbak Ann, ada beberapa pria nyari kamu," bisik Ratna. Ann mendongak pada gadis kecil di hadapannya, "Siapa, Ratna?" tanya Ann. Ratna menggeleng, ia hanya menarik lengan Ann untuk ikut dengannya. "Itu, Mbak. Om-om tampan itu yang mencari mbak," jemari kecilnya menunjuk seorang pria di halaman. Detak jantung tidak beraturan, nafas yang tersengal-sengal. Tahu dari mana dia jika Ann ada di sini? "Mbak, aduh!" seru Ratna tatkala Ann mulai limbung. "Ann!" seru Sena. Tidak sabar untuk segera melihat istrinya, Sena berlari menuju suara gadis kecil yang ia temui di jalan. Tapi, alih-alih dengan gampang ia mendekati Ann, Ratna yang awalnya antusias perlahan memberi jarak.. "Jangan mendekati Mbak Ann! Gara-gara Om, mbak Ann hampir pingsan!" pekiknya keras. "Ratna, Annindita adalah istriku. Kamu belum tahu urusan orang dewasa," elak Sena. "Aku tidak peduli, Om. Silakan pergi!" pekik Ratna kian keras. Sopan santun memang diajarkan oleh Ratmi padanya, tapi kali in

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 90

    Dua bulan berlalu. Ann yang berhasil melewati trimester pertamanya dengan tenang. Bantuan Ratmi sangat penting baginya. "Ann, hari ini kita ke dokter ya," ajak Ratmi dengan mengulas senyum ramah. "Iya, Bu." Sudah selayaknya ibu sendiri, Ann begitu di sayangi oleh Ratmi. Dan sebaliknya, Ratmi sudah menganggap Ann seperti anaknya sendiri. "Bu, aku sudah memasak nasi goreng, ayo sarapan!" ajak Ann. Ratna yang baru saja keluar kamar sontak mendongak, "Mbak masak lagi?" tanya Ratna. "Ya, Ratna. Ayo cuci muka dulu terus sarapan!" ajak Ann. Gadis dengan riang berlari menuju kamar mandi, bergegas mencuci muka dan menyusul ke ruang makan. "Bagaimana keadaanmu, Ann? Tidak ada masalah selama tidur 'kan?" tanya Ratmi. "Sudah baik-baik saja, Bu. Anak ini bisa diajak kerja sama dengan baik," jawab Ann dengan kekehan ringan. "Syukurlah, semalam aku mendengar kamu menangis. Apa yang membuatmu bersedih, Ann?" Ratmi menatap Ann dengan penuh tanya. Meski bukan anak ka

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 89

    "Mbak, bangun!" suara lirih Ratna berhasil membangunkan Ann yang terlelap. Tanpa sadar, ia telah tidur cukup lama. di luar sudah gelap, dan Ratmi terlihat sudah sibuk. "Mbak, ayo makan!" ajaknya. Ann masih terdiam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah ini. "Ya, ayo!" seru Ann setelah menyadari Ratna tidak beranjak. Setibanya di meja makan, Ratmi sudah menyiapkan beberapa makanan dan buah. "Saya tidak tahu mbak bisa makan apa tidak, karena trimester pertama itu sangat sensitif. Kalau gak bisa makan berat, ini ada beberapa buah yang sudah saya potong," papar Ratmi dengan tenang dan ramah. "Bu Ratmi, saya sangat berterima kasih," ucap Ann. Ratmi mengangguk dengan ulasan senyum, "Ya, makanlah, Mbak." Ann hanya bisa memakan beberapa suap, hingga ia harus memaksa makanan itu masuk ke perutnya. Hamil memang bukan perkara mudah, tapi kini Ann harus kuat dengan apa pun yang terjadi. "Bu Ratmi, saya boleh ngobrol sebentar?" tanya Ann. Ur

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 88

    Ann terdiam sejenak setelah membuka mata, ruangan yang begitu asing baginya. Kosong! Tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. "Buk, Mbaknya sudah sadar!" seruan anak kecil yang nyaring membuat Ann menoleh. Setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendominasi, hingga seorang wanita masuk ke dalam ruangan. "Mbak, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu. "Masih sedikit pusing, terima kasih sudah membantuku, Bu. Maaf kalau merepotkan," tutur Ann lembut. Wanita setengah baya itu tersenyum simpul, entah apa yang ada di benaknya. "Maaf jika pertanyaan ini sedikit sensitif, apa mbak sudah menikah?" tanyanya lagi. Ann tertegun, ada apa? Apakah ada seseorang yang mencarinya? "E ... iya, saya sudah menikah. Ada apa ya, Bu?" tanya Ann dengan gugup. Kembali senyum itu tersimpul, "Selamat ya, Mbak. Kamu sudah mengandung 6 Minggu," ucapnya. Seperti tersambar petir, Ann terdiam dalam lamunannya sendiri. "Mengandung? ja-jadi aku hamil?" tanya Ann terbata. "Iy

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 87

    [Hai, Mbak. Aku Ailyn, maaf baru mengirim pesan padamu. Aku istri Mas Sena, jadi maaf jika tadi kamu melihat kami saling bermesraan. Jujur, aku cukup takut jika ada salah paham antara kita. Kalau Mbak berkenan bertemu, tolong hubungi nomor ini ya!] Sebuah pesan dari nomor yang asing bagi Ann, satu persatu kata yang ia baca terasa menyesakkan. Perlahan tangisnya pecah. [Lena, tolong katakan pada Pak Dewa aku akan cuti cukup lama!] Ann. Ann tidak lagi mampu berpikir jernih, ia merasa dirinya hancur berkeping-keping. Sakit dan kalut menyergap dirinya hingga terengah. "Pak, kita pindah tujuan ke bandara saja," tegas Ann. Meski matanya basah, tanpa bekal banyak yang ia bawa. 'Kemana aku harus pergi?' gumam Ann dalam batinnya. Dering telepon yang semakin sering, membuatnya risih. Akhirnya ia membuang kartunya, membiarkan ponselnya kosong. "Capek!" keluh Ann dengan lirih. Batin dan hatinya seolah dipermainkan, badannya cukup lemas. Baru saja merasa bahagia, sekaran

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 86

    "Pagi ini Aisha harus memberikan jawaban 'kan?" tanya Ann dengan menatap Sena. "Seharusnya, iya. Tapi kita tunggu saja kabar dari Arka, aku antar ke kantor ya!" celetuk Sena. Setelah beres sarapan pagi, Ann dan Sena bergegas menuju kantor. Meski pagi ini sedikit gerimis, tidak menyusutkan semangat ke duanya. "Kalau di kantor lagi gak kondusif bilang ya, Sayang. Sepertinya aku bakalan kasih kantor cabang ke kamu aja," ujar Sena dengan penuh pertimbangan. "Kontrak aku di kantor masih setahun lagi, Sena. Jangan seperti itu deh," elak Ann. [Tuan muda, saya ingin bertemu dengan segera.] Arka. Sena mengulas senyum sejenak, matanya tidak beralih dari jalan kali ini. Satu pesan yang Sena baca, ia menebak-nebak apa jawabannya. "Kamu yakin Aisha menerima tawaranku?" Sena melemparkan tanya pada istrinya. "Yakin gak yakin sih, tapi kata Lena. Aisha termasuk orang yang punya keteguhan tinggi," balas Ann dengan menatap tajam Sena. "Kali ini aku yakin dia menerima tawaranku,

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 85

    "Lena?" tanya Sena dengan tatapan penuh tanya. "Kan kamu janjiin dia cowok, Sayang. Kamu lupa?" tanya Ann dengan kekesalan. "Tidak, aku masih ingat kok. Hm, beberapa temanku memang sedang mencari pacar, nanti aku akan mengenalkan salah satunya pada Lena," terang Sena. Mata yang teduh kini menatap lekat ke arah Ann, perjalanan menuju apartment selalu menyenangkan baginya. "Malam ini biarkan aku memasak untukmu, Sayang. Kamu istirahat saja ya," bisik Sena. "Ta-tapi? Kenapa tidak pesan di luar saja?" Ann melempar tanya. Ia hanya cemas jika Sena memasak asal dan tidak bisa dimakan. Akan sangat mubazir jika itu terjadi. "Tenang saja!" ucap Sena. Tibalah mereka berdua di apartment, Sena yang langsung membawa Ann ke kamar. "Kamu istirahat ya, mandi dulu," titah Sena. "Tapi, Sayang," Ann memeluk erat tubuh Sena. Membuat lelaki itu terdiam sejenak, Ia membalas pelukan Ann dengan hangat. "Kamu mau apa sekarang? Mandi dulu ya, nanti aku yang memasak," terang Se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status