Share

Bab 20

Penulis: YL Wanodya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 17:11:59

Hari-hari berlalu, Ann masih mengurung dirinya tanpa ingin keluar.

"Sena, ceraikan aku ya!" ucap Ann tanpa ragu.

Sena yang mulanya duduk dengan membaca koran pagi hanya mendongak. Tatapannya tajam menusuk.

"Kamu kenapa sih, Ann?" tanya Sena.

"Aku ingin cerai dari kamu, Sena. Tubuhku ini sudah terlalu kotor untuk kamu yang sangat baik itu," papar Ann.

Helaan nafas panjang Sena hembus dengan berat hati. Lelah mendengar ucapan Ann yang selalu membahas perceraian, meminta kembali pada Adi.

"Aku gak bisa, Ann. Perjanjian kita 4 tahun, kita saja belum ada 1 tahun. Jangan ngaco kamu!" hardik Sena dengan tegas.

Langkahnya pergi dengan membawa penat di kepalanya. Meski Ann tidak melihat raut wajahnya yang penuh dengan kekesalan.

"Sena, aku mohon kali ini. Batalkan saja perjanjian itu, kita bercerai. Kamu berhak mendapatkan wanita yang baik, dan aku ...," ucapannya terhenti seketika.

"Lalu kamu bagaimana? hidup bersama ayah dan ibu tirimu yang berlaku seenaknya itu?"
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 21

    Sena masih terlelap dalam tidurnya, Ann hanya bisa menyandarkan dirinya. Suaminya hanya diam setelah mendengar permintaan cerai. Ia tidak lagi ada ide yang cemerlang. Hanya satu harapannya, teman wanita Lena. "Sena, kamu tidak ingin bangun?" tanya Ann. Sudah satu jam mungkin suaminya terlelap, kakinya cukup pegal. Ia juga tidak mungkin memindahkan Sena dari posisinya. "Sena ...," panggil Ann sekali lagi. Dering telepon terdengar, tapi bukan dari ponsel Ann. Sekilas ia menatap benda pipih di sebelah tubuh Sena. Matanya berusaha melirik sejenak, tapi ia tidak sampai hati untuk membuka ponsel itu. "Sena, ada telepon sepertinya," ucap Ann. Tangannya mengoyak tubuh Sena perlahan, tapi pria itu tidak kunjung bangun. Ia malah mengeratkan pelukannya pada tubuh Ann. "Huft, aku angkat aja ya. Takutnya penting," ucap Ann sekali lagi. Ann bergegas meraih ponsel Sena, tapi seperdetik sebelum Ann mengangkat ponsel. Sena membuka matanya lebar, ia langsung mengambil pons

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 22

    Sena mendekap tubuh Ann yang gemetar hebat, isak tangisnya seperti tidak akan berhenti saat itu juga. Dalam dekapan hangat Sena, ia tidak mampu banyak bicara. "Saat aku melihat pintu terbuka, sosok Rafael masuk tanpa ragu. Ia hanya menggunakan celana pendek, dia menyentuhku tanpa ada rasa malu. Tubuhku ini ... tubuh ini tidak lagi layak untukmu, Sena!" pekiknya diakhir kalimatnya. Meski air matanya tidak kunjung berhenti mengalir, Ann masih saja berusaha melanjutkan ceritanya. Matanya tidak berbohong, Sena merasa terpukul! "Maaf, maaf karena aku gagal menjagamu, Ann. Setelah ini, tidak ada lagi kejadian yang sama akan menimpamu. Aku janji akan itu," ucap Sena dengan menatap istrinya lekat. "Ta-tapi, tidak, Sena. Kita harus bercerai, karena aku sadar bahwa wanita sepertiku tidak layak ada di sampingmu," ungkap Ann dengan penuh ketegasan. "Stop, jangan lagi mengatakan itu, Ann. Kamu pantas bahagia bersamaku, tidak ada wanita yang layak di sampingku kecuali kamu."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 23

    "Ke mana lagi aku harus mencari wanita baik-baik untuk Sena?" gumamnya. Seharian ini, Ann hanya melihat Sena sibuk dengan ponselnya. Sesekali menelepon seseorang yang entah siapa. "Reni, Sena memang jarang berjualan ya akhir-akhir ini?" tanya Ann pada pembantunya itu. "Selama Nona Ann menghilang, Tuan jarang berjualan karena fokus mencari keberadaan nona," terang Reni. "Oh gitu ya." Ann melenggang meninggalkan Reni, matanya sempat menatap sebuah ruangan yang sering tertutup. "Ruangan apa ya ini, tapi aku tidak mungkin membuat Sena kecewa. Bagaimana kalau ruangan ini ternyata rahasia, milik tuannya Sena? Sudahlah!" gerutu Ann. Jiwanya sangat ingin tahu apa yang dilakukan Sena, uang yang beberapa hari ini ia berikan sangat banyak. Terlebih ia tidak ingin uangnya diganti. Kecurigaan Ann semakin kuat, ia takut jika Sena meminjam pada seseorang. Ting! [Ann, aku sudah mengirimkan beberapa nomor teman wanitaku. Emangnya buat apa sih?] Lena. Ann mengulas senyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 24

    Sinar mentari mulai memasuki ruangan yang awalnya gelap itu. Semalam, Sena mendekap Ann sangat erat. Perhelatan diri ke duanya tidak dapat diragukan, sekali pun Ann berusaha menolak. Tapi, Sena meminta haknya sebagai suami. "Sena, kamu gak pengen bangun?" tanya Ann dengan mendesak dada Sena agar menjauh. "Aku masih pengen memelukmu!" ucap Sena, matanya masih terpejam yang nyaris enggan membuka. "Huft!" Ann hanya bisa diam, mau memaksa seperti apa pun. Suaminya itu memang bebal dan keras kepala. "Aku kerja ya, Sena. Bosan jika harus diam di rumah," ucap Ann lirih. "Kenapa harus bekerja sih, Ann. Apa kamu gak yakin aku bisa mencukupi kebutuhanmu?" tanya Sena dengan berusaha membuka matanya. "Tapi, Sena. Kebutuhanku banyak, skincare dan aku suka belanja," jawab Ann. Sena hanya mengerucutkan bibirnya, seperti bayi yang tidak terima dengan ucapan orang tuanya. "Kali ini saja, ijinkan aku bekerja. Terserah kamu mau antar jemput atau gimana," ucap Ann pasrah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 25

    "Maaf atas kekacauan yang terjadi, Pak Adi. Saya dan Ann pamit, terima kasih," ucap Sena. Langkah terburu-buru Ann diikuti Sena dari belakang. Ann terlalu muak dengan Sena yang selalu menerima hinaan yang disampaikan padanya. Padahal, apa susahnya membalas ucapan nenek sihir itu? "Ann, pelankan langkahmu!" seru Sena. "Aku tidak peduli ya! Kamu itu terlalu pengecut atau terlalu baik jadi pria sih," pekik Ann. Tangannya menghentikan sebuah taxi yang lewat, "Sudah, aku mau ke kantor. Kamu bisa pulang sendiri 'kan?" tanya Ann dengan wajah masih penuh kekesalan. "Ya." Sena hanya menganggukkan kepalanya, ia mengulas senyum pada istrinya. Taxi itu melaju dengan cepat meninggalkan area perumahan Adi. [Kirim sopir ke dekat gang rumah Adi Sucipto!] Sena. Setelah pesan itu terkirim, Sena menyempatkan berjalan kaki ke tempat biasa menunggu. "Huh, kalau begini terus Ann semakin muak denganku," gumamnya. Sebuah mobil berhenti tepat di depan Sena, seorang pria keluar de

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 26

    "Aku percaya Aisha bisa menjalankan tugasnya dengan baik," gumam Ann seraya mengulas senyum tipis. Tapi, saat sebuah pesan muncul dari notifikasinya, matanya membelalak lebar. "Bagaimana ini nasibku? Pasti Sena akan marah besar dan menceraikanku? Hahaha, hanya itu yang aku perlukan," gumam Ann dengan perasaan bahagia. [Ann, ayo kita makan di luar.] Sena. "Hah?" Ann menatap layar ponselnya dengan kaget tiada tanding. [Aku sudah pesan taxi online, sebentar lagi datang. Kamu siap-siap ya.] Sena. Belum sempat Ann terkejut, ia sudah dikejutkan pesan Sena lagi. "Nona Ann, maaf. Taxinya sudah datang," teriak Reni dari luar ruangan. "Ya, sebentar!" seru Ann. Dengan terburu-buru ia meraih cardigannya, memang ia sudah berpakaian rapi. Ia merasa siap jika Sena akan menceraikannya hari ini. "Kenapa harus seperti ini akhirnya!" gumam Ann dengan menggerutu. Sepanjang jalan, Ann hanya bertanya-tanya. Terlebih ajakan Sena makan malam dan taxi online? "Nona, kita su

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 27

    Satu jam berlalu, akhirnya Sena membuka pintu. Meski dengan wajah yang masam, tapi perlahan ia tersenyum. "Maaf," ucap Sena lirih. Ann memasuki kamar, membersihkan dirinya dengan penuh kemalasan. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya, membelakangi Sena. "Selamat tidur, Ann," bisik Sena. *** [Proyek besar Adi Sucipto sudah ditangan kita, Tuan muda.] Arka. Satu pesan yang membuat Sena tersenyum tipis, pagi ini dengan kesadaran penuh. Ia merasa sangat bahagia. "Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri, abis baca pesan siapa?" tanya Ann. "Kenapa? Kamu cemburu, Ann?" tanya Sena membalikkan tanya. Ann akhirnya diam, ia menatap Sena dengan malas. Meski bukan cemburu, tapi ada perasaan penasaran dalam dirinya. "Aku kira kamu sudah berkenalan akrab dengan wanita kemarin," gerutu Ann. "Iya, aku lagi baca pesan dari wanita kemarin!" ucap Sena dengan menekan kata wanita kemarin. Perlahan Ann mengerutkan dahinya, matanya menatap Sena dengan ragu. "Kenapa memangnya?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 28

    "Bagaimana, Arka?" tanya Sena. "Dia sudah datang, Tuan. Saya atau Anda yang menemuinya?" tanya Arka dengan gugup. Untuk pertama kalinya, tuan mudanya itu akan menemui seseorang. Ada perasaan campur aduk hingga ragu. "Aku yang akan bertemu dengannya, bayangkan Adi tahu kalau aku yang mengalahkannya diproyek besar ini," ucap Sena dengan ulasan senyum tipis. Tidak ada niat balas dendam dan semacamnya, akan tetapi untuk apa menutupi semua ini terlalu lama. Sena tidak membutuhkan perlakuan istimewa, hanya saja Sena ingin Ann mendapatkan haknya. "Baik, saya akan mengikuti dibelakang," ucap Arka. Tidak berselang lama, Sena dan Arka menuju ruang pertemuan. Sosok sekretaris Adi terlihat mengulas senyum tipis. "Selamat datang di kantor saya, senang bertemu dengan Anda," sapa Sena dengan ulasan senyum manis. Manik mata yang membelalak lebar dengan wajah yang tidak percaya. "Sena, suaminya Nona Ann?" tanya Arno dengan mata yang tidak beralih. "Silakan duduk dulu,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-11

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 96

    "Kerja bagus, Arka. Belikan tiket pulang pergi," tegas Sena. "Anda dalam waktu dekat tidak ada perjalanan bisnis, Tuan," Arka sempat termangu sejenak. "Menjemput istri dan anakku, memang bukan perjalanan bisnis," terang Sena. Arka tergelak sejenak, menatap Sena dengan penuh tanya. sebenarnya apa yang terjadi pada pertemuan Tuan dan Nonanya itu? "Anak yang mana, Tuan? Memangnya Nona Ann sudah lahiran?" berondong tanya Arka. Sena mengangguk. "Tuan, kenapa Anda diam saja? kenapa tidak mengumumkan kalau Nona Ann sudah melahirkan anak. Parah sih, bagaimana bisa Anda diam seperti itu!" gerutu Arka dengan penuh kekesalan. Ini hal yang tidak Sena sukai, Arka selalu ingin tahu banyak hal. Bahkan dia sangat oversharing terkadang. "Jangan katakan pada siapa pun, sebelum Ann benar-benar kembali ke rumah. Atau kau akan mendapatkan masalah!" tegas Sena. "Ba-baik!" *** "Kangen banget sama Ann," gumam Lena. Dia gadis yang kini duduk di sudut cafe, menikmati sore har

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 95

    Pada detik-detik yang menegangkan, kontraksi yang kian terlihat jelas. Mau tidak mau bidan mengambil tindakan. Sena yang kini memasuki ruangan, melihat Ann merintih kesakitan. "Nona Ann, kita berjuang bersama ya, saya akan memberi aba-aba," ucap bidan dengan lembut. Di samping Ann, Sena mengusap pelan kening istrinya. Sesekali ia mengusap keringat yang keluar, dan membantu bidan menyampaikan aba-aba. Suara tangisan bayi yang memecah ramai suara rintihan Ann. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang sangat lucu. "Syukurlah, bayinya lahir dengan kelamin laki-laki. Selamat Nona Ann dan Tuan Sena," ucap Bidan dengan membawa bayi itu untuk dibersihkan. Ann masih menggenggam erat tangan Sena, membiarkan pria di sampingnya itu luruh dalam perasaan campur aduknya. "Sayang, terima kasih banyak. Maafkan kesalahanku," bisik Sena lembut di telinga Ann. Sejenak mengingat keterangan Sena, ia merasa salah besar. Apakah ia berdosa sudah marah pada suaminya? Yah, Ann merasa gaga

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 94

    Pulang tanpa membawa apa-apa, untuk urusan pekerjaan Sena dan Arka kembali ke kota. Membawa duka dan kesal yang mendalam. "Kita akan meninggalkan Nona Ann di sini, Tuan?" tanya Arka seraya memasukkan kopernya ke mobil. "Ya, kita tunggu saja. Selesaikan dulu yang di kota, lalu biarkan aku kembali di sini," terang Sena. "Tuan? Benarkah Anda akan datang ke sini sendiri?" tanya Arka kembali melempar tanya. "Kau!" pekik Sena. Arka tergelak, tidak biasanya ia mendengar amarah tuannya. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Sena hanya diam. "Arka, berikan nomor Bu Ratmi," tegas Sena. "Untuk apa, Tuan?" tanya Arka dengan mendongak. "Berikan padaku!" seru Sena. Arka langsung memberikan nomor Bu Ratmi. Tidak lama, Sena menjauh meninggalkan Arka. "Halo," sapa Sena. "Siapa?" tanya Ratmi di seberang. "Saya Sena, Bu. Boleh mengobrol dengan Ann sebentar?" tanya Sena dengan lembut. Helaan nafas panjang terdengar samar di sambungan telepon. "Ada apalagi, Sena? B

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 93

    Ratmi berjalan dengan gusar, setelah kepergian Sena dan Arka. Ia semakin tidak tega dengan Ann. "Ann," panggilnya. "Iya, Bu. Ada apa ya? Apa Sena sudah pulang?" tanya Ann memberondong. "Sudah, dia pria yang baik kelihatannya. Apa mualmu sudah mendingan, Nak?" tanya Ratmi. Ann hanya mengangguk pelan, dengan senyuman yang masih mengembang pada bibirnya. "Bu, apa yang aku lakukan ini salah?" tanya Ann. "Tidak, Ann. Laki-laki memang harus diberi pemahaman lebih agar dia mau berjuang. Jika kamu dengan mudah kembali dengannya, ia akan melakukan kesalahan yang sama," jelas Ratmi. Ratmi menggenggam tangan Ann dengan lembut. Mengusapnya secara perlahan, memberikan kekuatan pada gadis rapuh di hadapannya. "Baiklah, Bu. Aku akan beristirahat lebih cepat malam ini," ucap Ann. Raut wajahnya berubah, rona yang biasa Ratmi lihat kini telah berubah menjadi rona bahagia. Jiwa Ann seolah menemukan ketenangannya. "Ann, tunggu, apa kamu merindukan Sena?" tanya Ratmi. "Hehe

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 92

    Sesuai dengan perkataan ibu Ratna, Sena dan Arka bergegas menuju rumah di ujung desa itu. "Kau yakin Ann akan menemuiku?" tanya Sena dengan raut penuh tanya. "Ya, saya menjaminnya, Tuan muda!" tegas Arka. "Oke." Ketukan pintu Sena layangkan pada pintu kayu yang terlihat tidak layak. Helaan nafas panjang saat menunggu respon dari pemilik rumah. "Lihatlah, tidak ada jawaban apa pun!" ujar Sena. "Bersabarlah sedikit, Tuan muda." Kini, Arka berjalan mendekati pintu, tangannya mengetuk dengan perlahan. "Permisi, Bu Ratmi," Arka sedikit meninggikan suaranya. Tidak lama dari itu, suara kaki yang melangkah mendekati pintu. "Oh kamu lagi, duduklah di teras!" titahnya. Sena mengernyitkan sebelah alisnya, "Benar-benar ya, aku bukan siapa-siapa di sini," ungkapnya lirih. "Silakan duduk, Tuan muda," ucap Arka. Beberapa kali ia menatap jam tangan yang melingkar, sudah 10 menit dari kepergian Ratmi. Tapi, Ann tidak kunjung keluar. Alih-alih Ann, sekarang mal

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 91

    "Mbak Ann, ada beberapa pria nyari kamu," bisik Ratna. Ann mendongak pada gadis kecil di hadapannya, "Siapa, Ratna?" tanya Ann. Ratna menggeleng, ia hanya menarik lengan Ann untuk ikut dengannya. "Itu, Mbak. Om-om tampan itu yang mencari mbak," jemari kecilnya menunjuk seorang pria di halaman. Detak jantung tidak beraturan, nafas yang tersengal-sengal. Tahu dari mana dia jika Ann ada di sini? "Mbak, aduh!" seru Ratna tatkala Ann mulai limbung. "Ann!" seru Sena. Tidak sabar untuk segera melihat istrinya, Sena berlari menuju suara gadis kecil yang ia temui di jalan. Tapi, alih-alih dengan gampang ia mendekati Ann, Ratna yang awalnya antusias perlahan memberi jarak.. "Jangan mendekati Mbak Ann! Gara-gara Om, mbak Ann hampir pingsan!" pekiknya keras. "Ratna, Annindita adalah istriku. Kamu belum tahu urusan orang dewasa," elak Sena. "Aku tidak peduli, Om. Silakan pergi!" pekik Ratna kian keras. Sopan santun memang diajarkan oleh Ratmi padanya, tapi kali in

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 90

    Dua bulan berlalu. Ann yang berhasil melewati trimester pertamanya dengan tenang. Bantuan Ratmi sangat penting baginya. "Ann, hari ini kita ke dokter ya," ajak Ratmi dengan mengulas senyum ramah. "Iya, Bu." Sudah selayaknya ibu sendiri, Ann begitu di sayangi oleh Ratmi. Dan sebaliknya, Ratmi sudah menganggap Ann seperti anaknya sendiri. "Bu, aku sudah memasak nasi goreng, ayo sarapan!" ajak Ann. Ratna yang baru saja keluar kamar sontak mendongak, "Mbak masak lagi?" tanya Ratna. "Ya, Ratna. Ayo cuci muka dulu terus sarapan!" ajak Ann. Gadis dengan riang berlari menuju kamar mandi, bergegas mencuci muka dan menyusul ke ruang makan. "Bagaimana keadaanmu, Ann? Tidak ada masalah selama tidur 'kan?" tanya Ratmi. "Sudah baik-baik saja, Bu. Anak ini bisa diajak kerja sama dengan baik," jawab Ann dengan kekehan ringan. "Syukurlah, semalam aku mendengar kamu menangis. Apa yang membuatmu bersedih, Ann?" Ratmi menatap Ann dengan penuh tanya. Meski bukan anak ka

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 89

    "Mbak, bangun!" suara lirih Ratna berhasil membangunkan Ann yang terlelap. Tanpa sadar, ia telah tidur cukup lama. di luar sudah gelap, dan Ratmi terlihat sudah sibuk. "Mbak, ayo makan!" ajaknya. Ann masih terdiam sejenak, memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil setelah ini. "Ya, ayo!" seru Ann setelah menyadari Ratna tidak beranjak. Setibanya di meja makan, Ratmi sudah menyiapkan beberapa makanan dan buah. "Saya tidak tahu mbak bisa makan apa tidak, karena trimester pertama itu sangat sensitif. Kalau gak bisa makan berat, ini ada beberapa buah yang sudah saya potong," papar Ratmi dengan tenang dan ramah. "Bu Ratmi, saya sangat berterima kasih," ucap Ann. Ratmi mengangguk dengan ulasan senyum, "Ya, makanlah, Mbak." Ann hanya bisa memakan beberapa suap, hingga ia harus memaksa makanan itu masuk ke perutnya. Hamil memang bukan perkara mudah, tapi kini Ann harus kuat dengan apa pun yang terjadi. "Bu Ratmi, saya boleh ngobrol sebentar?" tanya Ann. Ur

  • Suamiku Bukan Tukang Bakso Biasa   Bab 88

    Ann terdiam sejenak setelah membuka mata, ruangan yang begitu asing baginya. Kosong! Tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. "Buk, Mbaknya sudah sadar!" seruan anak kecil yang nyaring membuat Ann menoleh. Setelah itu, terdengar langkah kaki yang mendominasi, hingga seorang wanita masuk ke dalam ruangan. "Mbak, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu. "Masih sedikit pusing, terima kasih sudah membantuku, Bu. Maaf kalau merepotkan," tutur Ann lembut. Wanita setengah baya itu tersenyum simpul, entah apa yang ada di benaknya. "Maaf jika pertanyaan ini sedikit sensitif, apa mbak sudah menikah?" tanyanya lagi. Ann tertegun, ada apa? Apakah ada seseorang yang mencarinya? "E ... iya, saya sudah menikah. Ada apa ya, Bu?" tanya Ann dengan gugup. Kembali senyum itu tersimpul, "Selamat ya, Mbak. Kamu sudah mengandung 6 Minggu," ucapnya. Seperti tersambar petir, Ann terdiam dalam lamunannya sendiri. "Mengandung? ja-jadi aku hamil?" tanya Ann terbata. "Iy

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status