Home / Romansa / Suamiku Bukan Pegawai Biasa / Kesalahpahaman yang melukai

Share

Kesalahpahaman yang melukai

Author: mangpurna
last update Last Updated: 2024-08-29 07:22:48

Adrian mengangkat kedua tangannya, seakan mencoba menenangkan situasi yang sudah jelas di luar kendali. “Dengar, ini tidak seperti yang kau bayangkan,” katanya dengan suara putus asa. “Ini... ini Intan. Dia wanita yang selalu aku ceritakan padamu. Dia sudah kuanggap hanya sebagai teman.”

"Teman?!" Anisa menatapnya dengan tatapan tak percaya. "Lalu kenapa dia setengah telanjang di kamar kita? Adrian, jelaskan!"

Adrian mengusap wajahnya dengan tangan, gugup dan bingung. "Intan datang untuk mengunjungi kita. Ketika dia akan pulang, tiba-tiba dia pingsan. Aku... aku tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku membawanya ke kamar kita. Aku ingin membaringkannya di sofa, tapi sofa kita cuma dua seater, aku khawatir tulang belakangnya bermasalah. Jadi aku pikir lebih baik menaruhnya di tempat tidur. Aku baru saja mau menelepon ambulans saat kamu tiba."

Anisa berdiri diam, mencoba mencerna penjelasan Adrian. “Lalu, kenapa selimutnya berantakan? Dan kenapa dia tidak memakai b

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Singa yang terbangun

    Adrian tercengang mendengar kata-kata itu. Wajahnya memerah karena marah bercampur bingung. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya mulai meninggi, penuh dengan kebingungan dan kecurigaan. Hatinya berdegup kencang, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.Intan melangkah pelan mengitari Adrian, seperti predator yang mengelilingi mangsanya, menanti saat yang tepat untuk menyerang. Matanya menyala-nyala, menikmati ketidakpastian dan rasa sakit yang tergambar jelas di wajah Adrian. "Adrian, kau benar-benar naif," katanya pelan, namun setiap kata diucapkannya dengan jelas, seperti pisau yang mengiris kulit. "Aku tidak peduli tentang kau atau Anisa. Tugas ku hanyalah membuat Anisa salah paham. Membuatnya percaya bahwa kau telah menghianatinya. Itu saja."Adrian terdiam. Kata-kata Intan terasa seperti cambukan di telinganya. Tangannya mengepal, kuku-kukunya menancap ke dalam telapak tangan. "Tugas?" ulangnya dengan suara rendah, berusaha keras untuk tetap tenang. "Siapa yang memberimu tugas ini

    Last Updated : 2024-08-30
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Dilema Hati

    Kata-kata Bu Lastri menusuk hati Adrian, menyadarkan dia dari kemarahan yang membutakannya. Dia memandang Intan yang kini tergeletak di lantai, napasnya tersengal-sengal. “Tapi dia sudah merusak segalanya! Dia sudah membuat Anisa tidak percaya padaku lagi!”Bu Widia, yang juga mendekat, berusaha menenangkan Adrian. “Adrian, tenanglah. Kami sudah mendengar semuanya. Ini adalah rencana Daniel kan? Walaupun kami tidak tahu siapa itu Daniel. Kami akan menjadi saksi bahwa semua ini adalah bagian dari rencana jahatnya untuk menghancurkan hidupmu.”Adrian mengalihkan pandangannya ke Bu Widia, terkejut mendengar penjelasan itu. “Jadi kalian mendengar semuanya?”Bu Widia mengangguk. “Ya, kami mendengar semuanya. Saat Intan mengungkapkan siapa yang menyuruhnya, kami melihat dan mendengar semuanya dari luar. Kami akan membuktikan bahwa semua ini adalah rencana Daniel untuk menghancurkan rumah tanggamu.”Kemarahan Adrian perlahan-lahan surut, digantikan oleh rasa penyesalan dan kebingungan yang m

    Last Updated : 2024-08-31
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertarungan dan penyesalan

    Suara langkah kaki Adrian terdengar berat, seakan mencerminkan beban amarah yang ia bawa. Dia berjalan cepat melewati trotoar taman yang sepi, matanya tertuju pada bangku kayu di depan, tempat Anisa dan Daniel duduk. Wajahnya tegang, penuh dendam yang lama terpendam. Tanpa berkata sepatah kata pun, Adrian langsung meraih kerah baju Daniel dan menariknya dengan kasar.Daniel hampir terjatuh dari bangku, tetapi Adrian tetap menggenggam erat kerah bajunya, menahan tubuh Daniel di udara. Wajah Adrian berjarak hanya beberapa inci dari wajah Daniel, dan kemarahan terlihat jelas di matanya.“Dasar kurang ajar!” Adrian memuntahkan kata-kata dengan suara yang penuh amarah dan kebencian. “Setelah memfitnahku dengan menggunakan Intan sebagai alatmu, sekarang kau datang berpura-pura menjadi pahlawan di depan istriku! Apa yang kau pikirkan, hah?”Cengkeraman Adrian pada kerah baju Daniel semakin kuat, membuat Daniel sulit bernapas. Daniel mencoba melepaskan tangan Adrian dari bajunya, namun kekuat

    Last Updated : 2024-09-01
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertaruhan nyawa

    Adrian merasa dadanya sesak melihat Anisa yang kesakitan terbaring di tanah. Suara tangis Anisa dan rasa paniknya membuatnya merasa harus mengambil tindakan cepat. Saat itu, Daniel, yang meskipun masih terasa sebagai musuh, berbicara dengan suara tegas dan mendesak.“Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang,” kata Daniel, suaranya tajam. “Menggunakan mobilku akan lebih cepat. Jika kita menunggu ambulans, mungkin akan terlalu lama, dan kita tidak tahu kondisi Anisa dan bayinya.”Adrian terdiam sesaat, mempertimbangkan kata-kata Daniel. Kemarahan masih mendidih di dalam dirinya, tapi dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa apa yang dikatakan Daniel masuk akal. Dia tahu mobil tuanya sering mogok. Dalam keadaan darurat seperti ini, tidak ada ruang untuk ego atau rasa tidak percaya.Dengan anggukan singkat, Adrian setuju, “Baiklah. Kita akan gunakan mobilmu. Tapi jika ada sesuatu yang terjadi pada Anisa atau bayiku...” Adrian tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi ancamannya terasa jelas

    Last Updated : 2024-09-02
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pilihan Terberat

    Adrian terpaku di tempat, kata-kata dokter terasa seperti tamparan keras di wajahnya. “Operasi? Tapi... tapi usia kandungannya baru lima bulan, Dok. Apakah... apakah mereka akan selamat?” Suaranya bergetar, rasa takut yang mendalam mencengkeram hatinya.Dokter menatap Adrian dengan penuh empati. “Kami akan melakukan yang terbaik. Saat ini prioritas utama kami adalah menyelamatkan nyawa keduanya. Operasi adalah pilihan terbaik untuk itu.”Adrian mengangguk lemah, hatinya hancur berkeping-keping. Dia menunduk, menatap Anisa yang terlihat begitu rapuh di atas ranjang itu. “Tolong, Dok... Tolong selamatkan mereka,” pintanya, air mata mulai mengalir di pipinya.Dokter mengangguk. “Kami akan berusaha sebaik mungkin. Sekarang, Pak Adrian, Anda bisa menunggu di luar. Kami akan membawa Anisa ke ruang operasi.”Adrian mengecup kening Anisa dengan lembut sebelum mereka membawanya pergi. “Sayang, kau akan baik-baik saja. Aku di sini menunggumu. Kita akan melalui ini bersama,” bisiknya, meskipun A

    Last Updated : 2024-09-03
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertaruhan Cinta

    Ruangan itu mendadak sunyi. Ayah dan Ibu Anisa, dan juga Adrian membeku di tempat. Mereka bertiga saling pandang dengan wajah terkejut dan bingung. Baru saja tiba, Dimas, Dinda, dan Daniel juga tercengang mendengar kata-kata dokter itu. Mereka berdiri terdiam di belakang, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Adrian merasa kakinya hampir tak bisa menahan beban tubuhnya. Pilihan itu, menyelamatkan istri atau anaknya, adalah sesuatu yang tak pernah dia bayangkan akan dihadapinya. Dia mencintai Anisa, wanita yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tapi dia juga mencintai bayinya, yang bahkan belum sempat dia lihat, belum sempat dia peluk.“Dok, apakah... apakah anak kami bisa hidup normal jika diselamatkan?” tanya Adrian pelan, suaranya hampir tak terdengar. Hatinya berharap ada harapan untuk menyelamatkan keduanya, meski dia tahu pertanyaan itu mungkin sia-sia.Dokter menggelengkan kepala dengan lembut. “Bayi Anda baru berusia lima bulan dalam kandungan. Jika dipaksa lahir sekarang, k

    Last Updated : 2024-09-04
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Keputusan Berat

    Daniel, yang sedari tadi diam mendengarkan, ikut menimpali. “Dinda benar, Dimas. Ide ini bagus. Jika kita bisa memaksa Adrian membuat janji untuk meninggalkan Anisa, kita semua bisa bebas dari masalah ini. Percayalah, Adrian pasti mau melakukannya. Dia tak akan tahan melihat wanita yang dicintainya menderita.”Dimas masih tampak ragu. “Tapi ini... ini kejam. Ini seolah aku memanfaatkan adikku sendiri untuk mencapai tujuan kita.”Daniel menatap Dimas dengan tajam. “Ingat perjanjian kita, Dimas. Aku bersedia membantu menyelamatkan perusahaan keluargamu dari kebangkrutan, tapi kau harus memastikan Anisa menikah denganku. Apakah kau ingin perusahaan itu bangkrut? Apakah kau ingin melihat orang tuamu kehilangan segalanya? "Aku pokoknya tidak mau hidup miskin , Dimas. Apa kata teman temanku nanti kalau mereka tahu perusahaan kita bangkrut." Ucap Dinda.Dimas terdiam. Ucapan Daniel benar-benar menyudutkannya. Dia tahu bahwa masa depan keluarganya dan perusahaannya sedang berada di ujung tan

    Last Updated : 2024-09-05
  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Sebuah pengorbanan

    “Bu, kenapa Ibu menampar aku?” tanya Dimas dengan suara yang masih bergetar, tidak percaya bahwa ibunya sendiri yang melakukan itu.Ibunya menatap Dimas dengan mata yang penuh air mata, tetapi juga penuh dengan kemarahan yang terpendam. “Ini sebagai balasan, Dimas,” katanya dengan suara gemetar, “karena kau sudah membuat hidup seseorang menderita. Kau tidak hanya menyakiti Adrian, tapi juga Anisa, adikmu sendiri. Bagaimana bisa kau bersikap begitu kejam? Ibu tidak pernah mengajarimu menjadi seseorang seperti ini”Dimas tergagap, tidak tahu harus menjawab apa. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya ia melihat ibunya begitu marah, begitu terluka. Sebelum ia sempat menjawab, Pak Hartono, ayahnya, menarik tangan Bu Sinta menjauh dari Dimas. “Ma, sudah cukup!” katanya dengan nada keras. “Kau tidak perlu menampar Dimas seperti itu. Dia sudah melakukan hal yang benar.”Namun, mendengar kata-kata itu keluar dari mulut suaminya, Ibu Anisa justru merasa amarahnya semakin membara. Ia menoleh

    Last Updated : 2024-09-06

Latest chapter

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Prawira Group di ujung tanduk

    Namun, Mr. Lee mengangkat tangan, menghentikan Daniel. “Cukup. Saya juga akan memberi tahu kepada semua mitra bisnis kami di China tentang apa yang sudah terjadi hari ini. Saya ingin mereka tahu betapa bobroknya integritas Prawira Group.”Daniel tampak seperti dihantam badai. Wajahnya merah padam, tetapi kali ini bukan karena amarah, melainkan karena ketakutan. “Tuan Lee, tolong… tolong jangan lakukan itu. Anda tahu apa artinya bagi perusahaan kami jika reputasi kami hancur di pasar China. Kami tidak akan bisa bertahan. Saya mohon, beri kami kesempatan untuk memperbaiki kesalahan ini.”Mr. Lee menatapnya dengan dingin. “Kesempatan? Kesempatan itu Anda sudah sia-siakan ketika Anda memutuskan untuk bermain kotor. Saya tidak peduli berapa besar perusahaan Anda. Bagi kami, kejujuran adalah segalanya.”Setelah mengucapkan kata-kata terakhirnya, Mr. Lee meraih koper itu dan menyerahkannya kembali kepada Daniel. “Ambil u

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Hukuman Daniel

    Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Ruang konferensi besar di sebuah hotel bintang lima di pusat kota dipenuhi oleh perwakilan dari dua perusahaan besar, Aditya Corporation dan Prawira Group, serta para eksekutif dari Techno Guard, perusahaan teknologi nomor satu di Asia. Atmosfer di ruangan itu tegang, penuh dengan harapan, ambisi, dan strategi tersembunyi.Adrian duduk di barisan depan bersama timnya, mengenakan jas hitam yang rapi, dengan tatapan penuh keyakinan. Di sebelahnya, Satya dengan percaya diri memegang tumpukan dokumen presentasi yang baru saja selesai dipaparkan. Adrian menepuk bahu Satya pelan. "Kerja bagus. Presentasimu tadi sempurna. Semua poin yang aku ingin sampaikan berhasil kau jabarkan dengan jelas," ucapnya.Satya tersenyum lega. "Terima kasih, Pak Adrian. Semoga ini cukup untuk memenangkan kepercayaan mereka."Di sisi lain ruangan, Daniel duduk santai di kursinya dengan senyum sinis. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi, sesekali melirik ke

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Pertarungan di mulai

    "Risiko?" Daniel menyambar dengan nada dingin, memotong kalimat pria itu sebelum selesai. "Risiko terbesar buatku adalah jika kalain semua gagal mendapatkan tender itu. Dan aku tidak akan mentolerir kegagalan lagi. Kalian tahu betapa malunya aku ketika Adrian memenangkan tender terakhir?!" Suaranya meninggi di akhir kalimat, membuat manajer itu menunduk dalam-dalam, takut untuk menjawab.Daniel menghela napas panjang, mencoba mengendalikan emosinya. "Kalian pikir Adrian lebih pintar dariku? Tidak! Dia hanya lebih licik, lebih oportunis dan kebetulan lebih beruntung dari ku. Tapi kali ini, kita akan menunjukkan siapa yang sebenarnya memegang kendali." Dia berhenti sejenak, matanya menatap jauh ke jendela besar di belakang ruangan, mengamati gemerlap lampu kota yang seolah menertawakannya."Adrian pikir dia sudah bisa mengalahkanku dan akan terus berada di atas," gumam Daniel, lebih kepada dirinya sendiri. Kemudian dia berbalik menghadap timnya lagi, menambahkan dengan n

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kemarahan Daniel

    Anisa dan Siska saling berpandangan, ekspresi keduanya sama-sama penuh rasa penasaran. Kedatangan Dirga yang tiba-tiba membuat mereka bertanya-tanya."Kamu memangnya ada janji sama Dirga, Sis?" tanya Anisa, matanya menyipit seolah mencoba membaca pikiran adiknya.Siska menggeleng pelan. "Tidak, aku nggak punya janji apa-apa sama dia."Anisa mengerutkan kening, berpikir keras. "Terus, kenapa ya dia datang ke sini? Ada urusan apa kira-kira?" ucapnya sambil memiringkan kepala, jelas tak puas dengan jawaban Siska.Tiba-tiba, sebuah pemikiran melintas di benak Anisa, membuatnya tersenyum menggoda. "Jangan-jangan dia suka sama kamu, Sis! Makanya dia datang menemuimu kesini" celetuk Anisa dengan nada menggoda.Siska langsung merona, wajahnya memerah. "Apaan sih, Nis? Jangan ngomong yang aneh-aneh deh." Dia mencoba menutupi rasa malunya dengan memalingkan wajah. "Aku lagi nggak mau punya hubungan sama pria dulu. Karena aku masih trauma sama hubuganku dengan Reza."Anisa tersenyum lembut, mele

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Kesempatan kedua

    "Maafkan Mama, Nisa... Mama nggak pernah bermaksud membuat kalian merasa berbeda. Mama selalu berusaha adil, tapi mungkin Mama salah cara. Kalau sampai hubungan kalian jadi seperti ini, Mama ikut merasa bersalah."Anisa tersenyum lemah, mencoba menenangkan ibunya. "Mama, jangan salahkan diri Mama sendiri. Siska hanya perlu waktu untuk menyadari semua itu. Aku yakin nanti dia akan mengerti kalau perhatian Mama dan Papa selama ini bukan untuk membandingkan, tapi karena Mama ingin yang terbaik buat kami berdua."Adrian menimpali, mencoba mengalihkan suasana. "Sebaiknya kita berdoa saja. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran buat Siska, supaya dia sadar kalau perlakuannya selama ini terhadap Anisa itu salah." Dia memeluk Anisa lebih erat, lalu mencium puncak kepalanya penuh kasih.Anisa mengangguk pelan. "Semoga saja, Mas. Aku cuma ingin dia sadar, kalau semua orang menyayanginya."Di sudut ruangan, Dirga berdiri diam, memperhatikan dari kejauhan. Tangannya terlipat di depan dada, tapi ma

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Menyelamatkan Siska

    Tak lama kemudian, suara langkah cepat terdengar. Dirga mendongak, melihat wajah-wajah yang familiar. Anisa tiba bersama keluarganya—Adrian, Dimas, serta kedua orang tua mereka. Wajah mereka dipenuhi kekhawatiran."Dirga! Apa yang sebenarnya terjadi pada Siska?" tanya Anisa panik, langsung mendekati Dirga. Tangannya menggenggam lengan Dirga erat.Dirga menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "Siska mengalami luka tembak. Dia masih berada di dalam, Anisa. Dokter masih berusaha menyelamatkan nyawanya. ""Tertembak?!" Anisa menjerit kecil, hampir tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Wajahnya langsung pucat. "Siapa yang melakukannya, Dirga? Bagaimana ini bisa terjadi?!"Adrian yang berdiri di belakangnya memasang wajah tegang. "Ya, Dirga. Tolong jelaskan pada kami. Apa yang sebenarnya terjadi?"Dirga mengangguk, berusaha menjelaskan semuanya sejelas mungkin meski hatinya sendiri masih terguncang. "Tadi, Siska diculik oleh dua orang pria suru

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Siska Tertembak

    KAU HARUS MATI, SISKA!" Lina berteriak histeris.Sebelum siapa pun sempat bergerak, suara tembakan menggema di ruangan itu. Peluru itu meluncur cepat, dan semua terasa seperti berjalan lambat. "DOR!"Peluru itu menghantam perut Siska, membuat tubuhnya terhempas ke belakang. Siska jatuh ke lantai dengan tangan yang mencengkeram perutnya. Darah segera mengalir membasahi pakaiannya. "Ahh!" Siska mengerang kesakitan, tubuhnya menggeliat saat rasa nyeri yang luar biasa menyerangnya."SISKA!" Dirga berteriak panik, langsung berlari ke arahnya. Sementara polisi lainnya bereaksi cepat, menundukkan Lina dan menjatuhkannya ke lantai. Pistol yang dia genggam terlepas dari tangannya, dan dia menjerit seperti orang kesetanan. "Dia harus mati! Dia pantas mati!" Lina terus meronta meski tangannya sudah diborgol dengan kuat.Dirga berlutut di samping Siska, wajahnya penuh dengan kecemasan. "Siska, bertahanlah! Tolong, jangan tutup matamu! Bantuan medis sedang dalam perjalanan!" Dia menekan luka di pe

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Tidak ada harapan

    Kedua pria suruhan Lina yang sejak tadi diam mulai saling melirik. Pria gondrong itu akhirnya memberanikan diri berbicara, meski suaranya bergetar. "Bos... maaf, ini kayaknya sudah di luar kesepakatan kita. Kita cuma disuruh bawa wanita ini ke sini. Kalau urusan ngebunuh, kita nggak mau ikut campur."Lina langsung berbalik ke arah mereka, matanya penuh dengan api kemarahan. "Diam kalian! Dari awal kalian membawa dia ke sini saja, kalian sudah ikut campur. Dan jangan lupa, kalian sudah kubayar mahal. Jadi sekarang, lakukan perintahku, atau aku akan memastikan kalian tidak akan bisa lari dari ini!"Pria botak mulai berkeringat dingin. "Tapi, Bos... ini bukan pekerjaan kita. Kita nggak pernah ngelakuin hal seperti ini sebelumnya. Kalau ini ketahuan, kita bisa kena masalah besar."Lina mendesah kesal, lalu mengambil amplop lain dari tasnya dan melemparkannya ke meja di depan mereka. "Dengar baik-baik. Kalau kalian membantuku menghabisinya, aku akan bayar kalian dua kali lipat dari yang su

  • Suamiku Bukan Pegawai Biasa   Intimidasi Lina

    Wanita itu menatap Siska dengan pandangan dingin, matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan—antara kebencian, kepuasan, dan mungkin dendam yang membara. Dirga mengamati semua itu dengan hati yang semakin dipenuhi kegelisahan."Siapa dia sebenarnya? Apa hubungannya dengan Siska? Kenapa dia sampai tega melakukan ini?" pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui Dirga.Ia mencoba mengatur napasnya yang semakin berat, menanti saat yang tepat untuk bertindak, sementara kepalanya terus memutar berbagai kemungkinan. Di saat itu juga, suara sirene yang samar mulai terdengar di kejauhan, memberikan secercah harapan dalam situasi yang mencekam.Dirga merapat ke sisi rumah kosong itu, bersembunyi di bawah jendela yang retak. Ia menahan napas, berharap mendengar atau melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Dari celah kecil di jendela, ia bisa melihat wanita cantik itu berdiri angkuh, sementara kedua pria suruhan membungkuk hormat di hadapannya.Wanita itu menyerahkan amplop cokelat yang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status