Share

Bab 3

Tiara yang masih anak-anak belum bisa menyembunyikan emosinya sepenuhnya.

Begitu dia mendengar rumah ini akan jadi milik mereka, dia langsung bertanya dengan penuh semangat, "Benarkah?"

Sophie buru-buru menarik lengannya dengan panik, "Tiara, jangan ngomong sembarangan!"

"Ini rumah Tante Narella."

Setelah itu, mata Sophie memerah dan dia menatapku dengan wajah sedih.

"Narella, aku nggak pernah berniat merusak hubunganmu dan Kak Michael."

"Aku akan pergi sekarang, kamu jangan marah ya."

Michael bergegas mendekat dan meraih lengan Sophie.

Sophie jatuh ke pelukannya.

Michael buru-buru memeluknya, tapi saat tatapan kami saling beradu, Michael buru-buru melepaskan tangannya.

Kilatan keengganan muncul di mata Sophie dan detik berikutnya terganti dengan keluhan.

"Kak Michael, sudah nggak usah membujukku lagi. Memang kami yang sudah mengganggumu."

Dia bicara sambil menitikkan air mata, Sophie tampak seperti bunga cantik yang layu.

Tiara memeluk Sophie dan menangis tersedu-sedu.

"Mama jangan menangis. Itu semua salah Tiara. Kalau Tiara nggak jadi beban, Mama nggak akan begitu menderita."

Aku menyaksikan adegan ini dengan tatapan dingin, dalam hati aku merasa sayang sekali keduanya tidak terjun ke dunia sinetron. Akting mereka sungguh luar biasa.

Michael sedih melihat mereka seperti ini.

Dan karena itulah dia makin marah padaku.

"Narella, aku yang minta mereka pindah ke sini."

"Rumah Sophie bocor dan perlu waktu beberapa hari untuk memperbaikinya."

"Vila kita 'kan sangat besar, jadi aku minta mereka tinggal di sini."

"Kalian berdua bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan kalian.

"Tapi aku nggak menyangka kamu begitu memusuhi mereka berdua."

"Tiara masih sangat kecil, kok kamu tega membuatnya sedih?"

Sebenarnya aku tidak berniat berdebat dengan Michael, tapi aku benar-benar tidak tahan dengan ucapannya yang tidak pakai otak ini.

Aku berkata dengan sinis, "Michael, kayaknya matamu itu buta deh. Mending kamu periksa ke dokter."

"Dari mereka menginjakkan kaki di rumah ini sampai sekarang, aku cuma ngomong satu kalimat."

"Tapi coba lihat barusan kalian cerita panjang lebar. Sayang sekali, harusnya kalian yang menang penghargaan pengarang terbaik di seluruh dunia!"

"Lagian, toh sebentar lagi juga aku akan pindah, menurutmu aku peduli kamu nyuruh mereka tinggal di sini atau nggak?"

Michael menatapku dengan tatapan kosong. Untuk sesaat, dia sungguh tidak tahu apa aku sungguh tidak peduli atau pura-pura tidak peduli.

Baru setelah aku mendorongnya menjauh, menyeret koperku dan pergi tanpa menoleh, akhirnya dia sadar sepertinya aku mungkin benar-benar ingin menceraikannya.

Karena aku bahkan tidak bisa lagi mempertahankan rumah ini.

Michael pun teringat kecelakaan mobil yang menimpa Sophie setengah tahun yang lalu.

Setelah keluar dari rumah sakit, Tiara bilang padanya mereka ketakutan karena hanya ada mereka berdua di rumah.

Jadi, Michael menyuruh Tiara dan Sophie pindah ke vila.

Begitu aku tahu, aku yang murka langsung memecahkan seluruh barang di rumah, aku berteriak dengan marah dan berkata jika dia berani mengizinkan Sophie tinggal di sini, aku akan bunuh diri dengan melompat dari lantai dua.

Michael tidak punya pilihan selain menyerah.

Namun, dia mengajakku perang dingin selama tiga bulan penuh.

Namun karena setelah itu Andy dirawat di rumah sakit karena alergi dan aku ingin merawatnya, Michael menghalangiku. Jadilah aku menundukkan kepala pada Michael dan mengaku salah. Barulah setelah itu hubungan kami tidak lagi sedingin es.

Namun sejak saat itu, aku tidak begitu ramah terhadapnya seperti sebelumnya.

Aku jadi sangat patuh, bahkan lebih patuh daripada setelah aku terjatuh dari tangga waktu itu.

Michael diam-diam bangga dengan perubahanku.

Dia merasa telah mengalahkan diriku yang sombong, tapi dia tidak tahu bahwa sejak saat itu, perasaanku padanya mulai luntur sedikit demi sedikit sampai akhirnya ... hilang tak bersisa.

Michael ingin keluar mengejarku, tapi Sophie tiba-tiba berteriak.

Dia menatap Sophie dan melihat Tiara dalam pelukannya pingsan.

Sophie, "Kak Michael, Tiara kenapa!"

Andy juga cemas. Dia meraih lengan baju Michael dan berkata, "Papa, ayo cepat bawa Tiara ke rumah sakit!"

Andy tidak peduli sama sekali dengan aku sebagai ibunya yang melenggang pergi.

Michael membopong Tiara dan bergegas keluar vila tanpa ragu-ragu.

Di luar sedang hujan deras.

Hujan yang tiba-tiba ini membuatku sulit mendapatkan taksi.

Apalagi area vila ini berada di pinggiran kota yang terpencil, jadi aku hanya bisa melangkah maju di tengah hujan.

Mobil Michael berhenti di depanku. Dia menurunkan jendela, mengernyit dan menatapku.

"Masuk."

Aku mengabaikannya.

Dia memukul kemudi dengan marah, "Narella, berapa lama kamu akan terus membuat masalah?"

Tiba-tiba suara ibuku terdengar dari ponselnya, "Narella, kalau kamu masih cari ribut begini, aku nggak akan mengakuimu sebagai anakku!"

Aku tersenyum lembut dan berkata dengan acuh tak acuh, "Aku memang sudah bukan lagi putrimu, Bibi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status