Share

Bab 2

Penulis: Daliah Wahidah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 16:25:25
Michael tidak menyangka aku bahkan sudah mengemasi barang bawaanku, jadi dia bergegas menghentikanku.

Tiba-tiba, terdengar pintu utama terbuka.

Detik berikutnya, Sophie masuk sambil menggendong putrinya, Tiara Mischa.

Aku tidak menyangka ternyata kunci rumah kami yang menggunakan sistem sidik jari, ternyata bisa dibuka juga olehnya.

Padahal jelas-jelas aku sudah memberi tahu Michael kalau aku tidak ingin melihat Sophie di rumah ini.

Aku membencinya! Wanita yang sudah memfitnahku dan merebut segalanya dariku!

Tapi yang jelas, Michael tidak mengindahkan kata-kataku.

Saat melihatku, ekspresi Sophie berubah, dia memasang tampang sedih.

"Narella ...."

Tiara yang ada di sampingnya langsung bersembunyi di balik ibunya, seolah dia sudah bertemu dengan binatang buas saat melihatku.

"Tante Narella, jangan pukulin mamaku."

Aku menatap dingin gadis kecil yang baru berusia sepuluh tahun ini. Dia terlihat sangat polos.

Namun, anak ini juga yang sudah menuduhku memukuli Sophie di rumah orangtuaku.

Hari itu ada acara makan keluarga yang sudah kunantikan selama beberapa tahun.

Ini juga pertama kalinya orangtuaku mengizinkanku pulang sejak kecelakaan itu.

Aku berusaha keras membuat orang tuaku mencintaiku lagi, tapi Sophie malah menyeretku menuruni tangga.

Kakiku patah, tapi tidak ada yang peduli.

Semua orang malah bergegas menghampiri Sophie.

Mereka mengerumuninya dengan penuh kehangatan, aku pun menangis dan berkata, "Dia yang menyeretku di tangga."

Sophie tidak membela diri, tapi dengan mata memerah, dia berujar dengan nada getir, "Percaya saja sama omongan kakak."

Tiara tiba-tiba menangis. Sambil menuruni tangga, dia bertanya.

"Tante kenapa dorong mama?"

"Mamaku juga nggak mau datang mengganggu acara keluarga kalian. Kakek dan nenek yang maksa kami datang."

"Kalau Tante nggak suka kami di sini, kami bisa pergi kok."

"Buat apa Tante dorong mama?"

Setelah ucapan Tiara, ibuku langsung menamparku dengan kuat-kuat.

Dia berkata dengan jijik, "Kupikir beberapa tahun terakhir ini kamu sudah tulus bertobat, nggak kusangka kamu malah jadi lebih kejam lagi!"

Saat itu, air mataku mengalir deras.

Aku menangis dan berkata aku tidak mendorong Sophie, tetapi tidak ada yang memercayaiku.

Ayahku menatapku dengan dingin dan berkata dengan kecewa, "Jadi maksudmu, anak sekecil Tiara sudah tahu caranya berbohong?"

Michael mengepalkan tangannya dan berkata dengan dingin, "Narella, kamu benar-benar mengecewakan."

Andy datang dan menendang kakiku yang patah kuat-kuat dan membuatku menangis kesakitan.

Meski begitu, tak seorang pun peduli padaku. Mereka malah mendengus dingin melihat aku kesakitan.

Tidak ada yang berkata-kata, namun wajah mereka seolah mengatakan, "Sukurin!"

Andy berkata, "Dasar mama jahat! Aku benci kamu!"

...

Hari itu, aku tertatih-tatih meninggalkan rumah sambil menangis.

Aku masih ingat rasa sakit yang menyayat hati malam itu.

Saat itu, aku berencana menceraikan Michael.

Tapi dia dengan tenang merobek surat cerai dariku dan berkata.

"Narella, kamu ngerti nggak sih? Sekarang itu nggak ada orang yang sudi mencintaimu kecuali aku."

Aku tertegun dan tidak bisa berkata-kata, yang terpikir olehku hanyalah apa dia benar-benar mencintaiku?

Sepertinya dia tahu yang kupikirkan, dia mengejekku dengan berkata.

"Kalau nggak, mana mungkin aku terus-terusan memaafkanmu yang sudah melakukan begitu banyak kejahatan?"

"Narella, orangtuamu sudah nggak mau kamu lagi. Mereka memutuskan mengangkat Sophie jadi putri mereka."

"Jadi, kamu diam baik-baik di sisiku dan tebus kesalahanmu pada Sophie bersamaku, oke?"

Malam itu, aku yang merasa tidak dicintai pun luluh oleh ucapan Michael.

Aku sangat takut. Aku takut tak seorang pun di dunia ini yang akan mencintaiku. Aku takut jika kehilangan Michael dan Andy, aku akan jadi gelandangan seperti anak yatim piatu, tidak ada pegangan apa pun di dunia ini.

Aku tidak mau jadi rumput liar yang diinjak semua orang.

Jadi, aku belajar untuk menyerah dan bersabar.

Aku tidak lagi membela diri, aku membiarkan Michael dan Andy mengabaikanku karena memilih Sophie dan putrinya dengan dalih aku sedang menebus kesalahanku.

Namun toleransiku tidak membuahkan hasil yang baik.

Terlalu menyakitkan untuk kembali mengingat masa lalu, perenunganku tiba-tiba disela Andy yang bergegas mendekat.

Andy mendorongku, bergegas mendekat ke Tiara dan langsung menghiburnya.

"Jangan takut Tiara, ada aku dan papa di sini, nggak ada yang bisa mengganggumu dan Tante Sophie."

Andy tidak lupa memperingatkanku.

"Kalau kamu berani menyakiti mereka, aku nggak akan mengakuimu sebagai mamaku lagi."

Tiara memasang wajah bijaksana dan berkata, "Kak Andy, jangan terlalu galak sama Tante ...."

Tiara menatapku sambil tersenyum penuh kemenangan, "Tante, aku tahu kok Tante nggak suka aku dan mama."

"Tapi aku dan mamaku nggak kayak Tante, kami nggak punya apa-apa. Jadi boleh nggak jangan mengusir kami?"

Tiara memang aktor berbakat, dia terlihat begitu polos.

Aku tersenyum padanya, "Kamu nggak punya apa-apa? Kok bisa? Rumah ini 'kan akan jadi milik kalian."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ririn Puji rahayu
menarik untuk dilanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 3

    Tiara yang masih anak-anak belum bisa menyembunyikan emosinya sepenuhnya.Begitu dia mendengar rumah ini akan jadi milik mereka, dia langsung bertanya dengan penuh semangat, "Benarkah?"Sophie buru-buru menarik lengannya dengan panik, "Tiara, jangan ngomong sembarangan!""Ini rumah Tante Narella."Setelah itu, mata Sophie memerah dan dia menatapku dengan wajah sedih."Narella, aku nggak pernah berniat merusak hubunganmu dan Kak Michael.""Aku akan pergi sekarang, kamu jangan marah ya."Michael bergegas mendekat dan meraih lengan Sophie.Sophie jatuh ke pelukannya.Michael buru-buru memeluknya, tapi saat tatapan kami saling beradu, Michael buru-buru melepaskan tangannya.Kilatan keengganan muncul di mata Sophie dan detik berikutnya terganti dengan keluhan."Kak Michael, sudah nggak usah membujukku lagi. Memang kami yang sudah mengganggumu."Dia bicara sambil menitikkan air mata, Sophie tampak seperti bunga cantik yang layu.Tiara memeluk Sophie dan menangis tersedu-sedu."Mama jangan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 4

    Michael pergi dengan marah.Yang menghilang di saat bersamaan adalah makian kasar ibuku.Ketika mobil lewat di depanku, aku melihat wajah bangga Sophie.Dia pikir dia telah menang.Sekali lagi aku terpisah dari semua sanak saudaraku, bagaikan orang malang yang kesepian.Tapi aku tidak peduli sama sekali.Baik orang tuaku, suamiku, atau anakku, aku tidak menginginkan semuanya lagi.Kalau Sophie mau, ya sudah. Kuberikan saja padanya.Entah karena berada di lingkungan yang keras, tiba-tiba semua kenangan buruk itu perlahan-lahan memenuhi pikiranku.Aku ingin sekali menangis, bukan karena sedih, tapi hanya karena ingin melampiaskannya.Tapi aku tidak berani menangis, aku takut wajahku akan tersengat air mata, yang niscaya akan memperburuk keadaan.Aku melangkah, menyeret kakiku satu persatu sampai mati rasa. Kepalaku terasa pusing dan aku tidak lagi terpikir semua hal buruk itu.Ketika aku akhirnya menemukan tempat untuk berteduh dan mencegat taksi, tiba-tiba taksi itu tergelincir, menabra

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 5

    Kata-kata Arthur sangat mengejutkan hingga aku hampir melompat dari tempat tidur.Michael tiba-tiba meninggikan suaranya, "Apa katamu? Siapa kamu?"Arthur langsung mematikan telepon.Melihatku menatapnya, dia tersenyum canggung dan berkata, "Aku nggak bermaksud nyumpahin kamu mati, tapi menurutku suamimu keterlaluan.""Masa istrinya masuk rumah sakit karena kecelakaan dia nggak tahu?""Semua orang menelepon untuk mengabarinya, tapi nggak bisa. Sudah nggak kontak dua hari masa nggak khawatir sama sekali?""Kak, sejujurnya ... seleramu dalam memilih pria jelek banget sih."Aku tersenyum tak berdaya dan bergumam, "Bukan cuma urusan milih suami, aku juga bodoh dalam memilih orangtua dan sahabat."Bahkan aku melahirkan anak yang durhaka.Aku menelan kepahitanku dan bertanya, "Boleh bantu aku pesan makan siang?"Aku belum makan sejak tadi malam, jadi aku sangat lapar.Arthur langsung mengeluarkan ponselnya dan menanyakan apa yang ingin aku makan.Aku tidak nafsu makan, jadi aku hanya meminta

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 6

    Michael mengerutkan kening saat melihatku memanggilnya mantan suami.Kupikir dia akan menuduhku keras kepala dan kehilangan kesabaran seperti sebelumnya.Tidak disangka, dia hanya menghela nafas, mengelus kepalaku dan berkata, "Masih marah? Sayang, maaf ya aku sudah nggak peduliin kamu, ke depannya aku janji akan berubah.""Kamu jangan marah lagi ya.""Kamu bisa pergi ke mana tanpa aku?"Meskipun aku tidak tahu kenapa tiba-tiba sikapnya berubah seperti ini, tapi aku tidak senang mendengar kalimat terakhir ucapannya."Dunia ini 'kan besar, kenapa aku bisa nggak punya tempat tujuan?"Michael berkata, "Bukan itu maksudku."Aku terlalu malas bicara dengannya.Sepertinya orang ini tidak mau bagi harta denganku, tapi aku tidak tahu apa alasannya tidak mau menceraikanku.Aku melihat Sophie sekilas dari ujung mataku. Aku pun memindahkan api permusuhan ini padanya."Hei, bisa nggak kamu keluar dari kamarku?"Wajah Sophie langsung memerah, dia terlihat hampir menangis dan berkata dengan hati-hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 7

    Harus diakui, Arthur lebih terampil membedakan mana wanita yang munafik dan mana yang tidak dibandingkan Michael.Aku mengambil apel yang sudah dia kupas, lalu berkata dengan nada mengejek, "Oh, mungkin itu depresi."Aku terdiam sebentar, lalu berujar dengan nada menekankan, "Depresi berat.""Depresi berat apanya?" sahut Arthur dengan riang. "Dia itu menderita skizofrenia, harusnya dia dirawat di rumah sakit jiwa. Gejalanya harus diobati biar bisa segera pulih."Aku pun tertawa terbahak-bahak.Michael hanya menatapku dengan tidak percaya.Dia pasti tidak menyangka aku sebegitunya berhati dingin sampai-sampai ikut mengolok-olok Sophie yang sedang sakit.Namun, aku yakin dia paling tidak suka dengan kenyataan bagaimana aku selalu bersikap seperti patung di hadapannya padahal aku bisa tersenyum manis di hadapan pria lain.Api kecemburuan bergelora dalam hatinya, dia pun menegurku dengan marah,"Cukup, Narella! Bisa-bisanya sekarang kamu jadi seperti ini? Pantas saja orangtuamu sangat kece

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 8

    Tiga bulan lalu, seorang preman yang melecehkan Sophie sudah dibebaskan dari penjara.Aku langsung menemuinya pada hari pertama dia bebas.Aku tidak pernah lupa ucapan Sophie terkait ada temannya yang sudah menunggunya di jalan itu.Menurutku, jika memang ada orang seperti itu, mungkin dialah satu-satunya saksi yang bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah.Aku menelusuri semua teman Sophie di sosial media, tetapi tidak menemukan apa pun.Itu sebabnya aku menduga bahwa "teman" yang Sophie maksud adalah preman ini.Pada akhirnya, bukan hanya aku berhasil mengetahui identitas sebenarnya dari "teman" itu, tetapi juga semua faktanya.Besok, akan kubeberkan semua fakta ini untuk membongkar kedok Sophie.Aku juga akan memberikan Michael sebuah perceraian yang dramatis.Setelah mengatur semuanya, aku pun tertidur.Dalam mimpi, aku seolah mendengar ada yang bertanya kepadaku, "Kalau memang kamu nggak peduli, kenapa kamu harus minum obat antidepresan?"...Keesokan harinya, setelah keluar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 9

    Sorot tatapan Sophie langsung terlihat waspada.Sepertinya dia tidak bodoh-bodoh amat. Dia tahu betapa aku membencinya, jadi wajar saja dia bertanya-tanya untuk apa aku sampai menyiapkan hadiah buatnya.Belum sempat Sophie menolak, seorang pria berambut pendek sudah berjalan keluar dari kerumunan orang yang menonton keributan kami.Sophie sontak terkejut. Dia langsung mengambil beberapa langkah mundur dengan ketakutan sambil refleks menyerukan nama pria berambut pendek itu,"Dicky!"Dicky Nolan mengembuskan asap rokok dari mulutnya, matanya menatap wajah Sophie dengan jahat."Hei, Mantan, sudah lama nggak ketemu, ya. Kamu kelihatan baik-baik saja. Apa janjimu untuk menikahiku setelah merebut semua harta Keluarga Dimant itu masih berlaku?"Orangtuaku sontak menatap Sophie dengan mata yang terbelalak kaget.Sophie menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan, "Jangan percaya ucapannya, Ayah! Ibu! Dia ... dia itu salah satu preman yang waktu itu!"Kemudian, Sophie menatapku dengan marah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 10

    Unggahan itu memang tidak menyebutkan nama siapa pun, tapi tidak kusangka ada banyak teman-teman SMA-ku dulu yang meninggalkan komentar.Tidak lama kemudian, semua kejahatan Sophie pun terungkap.Michael dan orangtuaku juga ikut terkena dampaknya.Ponselku bahkan nyaris meledak selama beberapa hari setelahnya.Aku pun menatap pelaku keonaran yang duduk di hadapanku itu sambil bertanya dengan geli, "Dasar anak nakal. Siapa juga yang menyuruhmu ikut campur?"Arthur meletakkan sepotong daging sapi yang masih hangat karena baru selesai dimasak ke atas piringku, lalu menjawab sambil tersenyum, "Jangan marah, Kak. Aku tahu kamu nggak mau repot-repot menggunakan lukamu untuk membuat orang lain jadi merasa bersalah.""Tapi, menurutku kenapa pihak yang dirugikan nggak boleh angkat bicara? Orang nggak bakal merasa bersalah kalau nggak tahu yang sebenarnya.""Semua ini juga sebenarnya nggak cukup untuk memulihkan lukamu, kamu juga nggak mungkin bisa benar-benar ikhlas melepaskan semua ini.""Jadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 10

    Unggahan itu memang tidak menyebutkan nama siapa pun, tapi tidak kusangka ada banyak teman-teman SMA-ku dulu yang meninggalkan komentar.Tidak lama kemudian, semua kejahatan Sophie pun terungkap.Michael dan orangtuaku juga ikut terkena dampaknya.Ponselku bahkan nyaris meledak selama beberapa hari setelahnya.Aku pun menatap pelaku keonaran yang duduk di hadapanku itu sambil bertanya dengan geli, "Dasar anak nakal. Siapa juga yang menyuruhmu ikut campur?"Arthur meletakkan sepotong daging sapi yang masih hangat karena baru selesai dimasak ke atas piringku, lalu menjawab sambil tersenyum, "Jangan marah, Kak. Aku tahu kamu nggak mau repot-repot menggunakan lukamu untuk membuat orang lain jadi merasa bersalah.""Tapi, menurutku kenapa pihak yang dirugikan nggak boleh angkat bicara? Orang nggak bakal merasa bersalah kalau nggak tahu yang sebenarnya.""Semua ini juga sebenarnya nggak cukup untuk memulihkan lukamu, kamu juga nggak mungkin bisa benar-benar ikhlas melepaskan semua ini.""Jadi

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 9

    Sorot tatapan Sophie langsung terlihat waspada.Sepertinya dia tidak bodoh-bodoh amat. Dia tahu betapa aku membencinya, jadi wajar saja dia bertanya-tanya untuk apa aku sampai menyiapkan hadiah buatnya.Belum sempat Sophie menolak, seorang pria berambut pendek sudah berjalan keluar dari kerumunan orang yang menonton keributan kami.Sophie sontak terkejut. Dia langsung mengambil beberapa langkah mundur dengan ketakutan sambil refleks menyerukan nama pria berambut pendek itu,"Dicky!"Dicky Nolan mengembuskan asap rokok dari mulutnya, matanya menatap wajah Sophie dengan jahat."Hei, Mantan, sudah lama nggak ketemu, ya. Kamu kelihatan baik-baik saja. Apa janjimu untuk menikahiku setelah merebut semua harta Keluarga Dimant itu masih berlaku?"Orangtuaku sontak menatap Sophie dengan mata yang terbelalak kaget.Sophie menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan, "Jangan percaya ucapannya, Ayah! Ibu! Dia ... dia itu salah satu preman yang waktu itu!"Kemudian, Sophie menatapku dengan marah

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 8

    Tiga bulan lalu, seorang preman yang melecehkan Sophie sudah dibebaskan dari penjara.Aku langsung menemuinya pada hari pertama dia bebas.Aku tidak pernah lupa ucapan Sophie terkait ada temannya yang sudah menunggunya di jalan itu.Menurutku, jika memang ada orang seperti itu, mungkin dialah satu-satunya saksi yang bisa membuktikan bahwa aku tidak bersalah.Aku menelusuri semua teman Sophie di sosial media, tetapi tidak menemukan apa pun.Itu sebabnya aku menduga bahwa "teman" yang Sophie maksud adalah preman ini.Pada akhirnya, bukan hanya aku berhasil mengetahui identitas sebenarnya dari "teman" itu, tetapi juga semua faktanya.Besok, akan kubeberkan semua fakta ini untuk membongkar kedok Sophie.Aku juga akan memberikan Michael sebuah perceraian yang dramatis.Setelah mengatur semuanya, aku pun tertidur.Dalam mimpi, aku seolah mendengar ada yang bertanya kepadaku, "Kalau memang kamu nggak peduli, kenapa kamu harus minum obat antidepresan?"...Keesokan harinya, setelah keluar dari

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 7

    Harus diakui, Arthur lebih terampil membedakan mana wanita yang munafik dan mana yang tidak dibandingkan Michael.Aku mengambil apel yang sudah dia kupas, lalu berkata dengan nada mengejek, "Oh, mungkin itu depresi."Aku terdiam sebentar, lalu berujar dengan nada menekankan, "Depresi berat.""Depresi berat apanya?" sahut Arthur dengan riang. "Dia itu menderita skizofrenia, harusnya dia dirawat di rumah sakit jiwa. Gejalanya harus diobati biar bisa segera pulih."Aku pun tertawa terbahak-bahak.Michael hanya menatapku dengan tidak percaya.Dia pasti tidak menyangka aku sebegitunya berhati dingin sampai-sampai ikut mengolok-olok Sophie yang sedang sakit.Namun, aku yakin dia paling tidak suka dengan kenyataan bagaimana aku selalu bersikap seperti patung di hadapannya padahal aku bisa tersenyum manis di hadapan pria lain.Api kecemburuan bergelora dalam hatinya, dia pun menegurku dengan marah,"Cukup, Narella! Bisa-bisanya sekarang kamu jadi seperti ini? Pantas saja orangtuamu sangat kece

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 6

    Michael mengerutkan kening saat melihatku memanggilnya mantan suami.Kupikir dia akan menuduhku keras kepala dan kehilangan kesabaran seperti sebelumnya.Tidak disangka, dia hanya menghela nafas, mengelus kepalaku dan berkata, "Masih marah? Sayang, maaf ya aku sudah nggak peduliin kamu, ke depannya aku janji akan berubah.""Kamu jangan marah lagi ya.""Kamu bisa pergi ke mana tanpa aku?"Meskipun aku tidak tahu kenapa tiba-tiba sikapnya berubah seperti ini, tapi aku tidak senang mendengar kalimat terakhir ucapannya."Dunia ini 'kan besar, kenapa aku bisa nggak punya tempat tujuan?"Michael berkata, "Bukan itu maksudku."Aku terlalu malas bicara dengannya.Sepertinya orang ini tidak mau bagi harta denganku, tapi aku tidak tahu apa alasannya tidak mau menceraikanku.Aku melihat Sophie sekilas dari ujung mataku. Aku pun memindahkan api permusuhan ini padanya."Hei, bisa nggak kamu keluar dari kamarku?"Wajah Sophie langsung memerah, dia terlihat hampir menangis dan berkata dengan hati-hat

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 5

    Kata-kata Arthur sangat mengejutkan hingga aku hampir melompat dari tempat tidur.Michael tiba-tiba meninggikan suaranya, "Apa katamu? Siapa kamu?"Arthur langsung mematikan telepon.Melihatku menatapnya, dia tersenyum canggung dan berkata, "Aku nggak bermaksud nyumpahin kamu mati, tapi menurutku suamimu keterlaluan.""Masa istrinya masuk rumah sakit karena kecelakaan dia nggak tahu?""Semua orang menelepon untuk mengabarinya, tapi nggak bisa. Sudah nggak kontak dua hari masa nggak khawatir sama sekali?""Kak, sejujurnya ... seleramu dalam memilih pria jelek banget sih."Aku tersenyum tak berdaya dan bergumam, "Bukan cuma urusan milih suami, aku juga bodoh dalam memilih orangtua dan sahabat."Bahkan aku melahirkan anak yang durhaka.Aku menelan kepahitanku dan bertanya, "Boleh bantu aku pesan makan siang?"Aku belum makan sejak tadi malam, jadi aku sangat lapar.Arthur langsung mengeluarkan ponselnya dan menanyakan apa yang ingin aku makan.Aku tidak nafsu makan, jadi aku hanya meminta

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 4

    Michael pergi dengan marah.Yang menghilang di saat bersamaan adalah makian kasar ibuku.Ketika mobil lewat di depanku, aku melihat wajah bangga Sophie.Dia pikir dia telah menang.Sekali lagi aku terpisah dari semua sanak saudaraku, bagaikan orang malang yang kesepian.Tapi aku tidak peduli sama sekali.Baik orang tuaku, suamiku, atau anakku, aku tidak menginginkan semuanya lagi.Kalau Sophie mau, ya sudah. Kuberikan saja padanya.Entah karena berada di lingkungan yang keras, tiba-tiba semua kenangan buruk itu perlahan-lahan memenuhi pikiranku.Aku ingin sekali menangis, bukan karena sedih, tapi hanya karena ingin melampiaskannya.Tapi aku tidak berani menangis, aku takut wajahku akan tersengat air mata, yang niscaya akan memperburuk keadaan.Aku melangkah, menyeret kakiku satu persatu sampai mati rasa. Kepalaku terasa pusing dan aku tidak lagi terpikir semua hal buruk itu.Ketika aku akhirnya menemukan tempat untuk berteduh dan mencegat taksi, tiba-tiba taksi itu tergelincir, menabra

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 3

    Tiara yang masih anak-anak belum bisa menyembunyikan emosinya sepenuhnya.Begitu dia mendengar rumah ini akan jadi milik mereka, dia langsung bertanya dengan penuh semangat, "Benarkah?"Sophie buru-buru menarik lengannya dengan panik, "Tiara, jangan ngomong sembarangan!""Ini rumah Tante Narella."Setelah itu, mata Sophie memerah dan dia menatapku dengan wajah sedih."Narella, aku nggak pernah berniat merusak hubunganmu dan Kak Michael.""Aku akan pergi sekarang, kamu jangan marah ya."Michael bergegas mendekat dan meraih lengan Sophie.Sophie jatuh ke pelukannya.Michael buru-buru memeluknya, tapi saat tatapan kami saling beradu, Michael buru-buru melepaskan tangannya.Kilatan keengganan muncul di mata Sophie dan detik berikutnya terganti dengan keluhan."Kak Michael, sudah nggak usah membujukku lagi. Memang kami yang sudah mengganggumu."Dia bicara sambil menitikkan air mata, Sophie tampak seperti bunga cantik yang layu.Tiara memeluk Sophie dan menangis tersedu-sedu."Mama jangan me

  • Suami dan Anakku Direbut Sahabatku   Bab 2

    Michael tidak menyangka aku bahkan sudah mengemasi barang bawaanku, jadi dia bergegas menghentikanku.Tiba-tiba, terdengar pintu utama terbuka.Detik berikutnya, Sophie masuk sambil menggendong putrinya, Tiara Mischa.Aku tidak menyangka ternyata kunci rumah kami yang menggunakan sistem sidik jari, ternyata bisa dibuka juga olehnya.Padahal jelas-jelas aku sudah memberi tahu Michael kalau aku tidak ingin melihat Sophie di rumah ini.Aku membencinya! Wanita yang sudah memfitnahku dan merebut segalanya dariku!Tapi yang jelas, Michael tidak mengindahkan kata-kataku.Saat melihatku, ekspresi Sophie berubah, dia memasang tampang sedih."Narella ...."Tiara yang ada di sampingnya langsung bersembunyi di balik ibunya, seolah dia sudah bertemu dengan binatang buas saat melihatku."Tante Narella, jangan pukulin mamaku."Aku menatap dingin gadis kecil yang baru berusia sepuluh tahun ini. Dia terlihat sangat polos.Namun, anak ini juga yang sudah menuduhku memukuli Sophie di rumah orangtuaku.Ha

DMCA.com Protection Status