...
··· #Pacific Place Resident# Di sudut kamar yang tenang, Cahaya matahari pagi menembus lembut melalui tirai tipis yang menggantung di jendela apartemen mewah itu. Di atas tempat tidur berukuran king, Arabella Horison dan CEO dari PT. Diamond Dynasty, William Mahardika, masih terlelap dalam dekapan hangat satu sama lain. Arabella merasakan hembusan napas William di lehernya, membawa kehangatan yang membuatnya enggan untuk bangun. Alarm ponsel di meja samping tempat tidur berdering pelan, mengingatkan mereka bahwa hari kerja telah tiba. Arabella membuka matanya perlahan, menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi cahaya lembut. Ia tahu, dalam beberapa menit, mereka harus beranjak dari kenyamanan ini dan menghadapi hari yang sibuk di kantor. "Will, ayo bangun. Sudah pagi, kita harus ke kantor". Bisik Arabella lembut di telinga sang kekasih. Jemari lentik nya mengelus pipi sang kekasih sampai ke rahang yang ditumbuhi rambut halus. Manik cokelat dalam matanya yang hangat perlahan terbuka. Dia melirik ke arah Arabella, tersenyum melihat kecantikannya yang alamidi depannya. Dengan penuh kasih, ia meraih tangan Arabella dengan lembut. "Aku sudah bangun, coba kamu pegang ini." William membawa telapak tangan Arabella turun ke tengah tubuhnya. Ia ingin sang kekasih menyentuh sesuatu di bawah sana yang sudah keras menegang. Arabella Terrawa malu-malu. William selalu memiliki selera humor yang baik. Bahkan ketika ia baru bangun tidur seperti ini. "Sudah bangun kan?, Sekarang waktunya kamu bertanggung jawab." Ucap William seraya menarik Arabella Ke bawah tubuhnya. "Bagaimana aku bisa menebus kesalahanku karena sudah membangunkan bagian terpenting dari dirimu ini, sayang ?" Goda Arabella sambil mengedipkan matanya. Tangannya dilingkarkan ke leher William yang sedang berada di atas tubuhnya. William tersenyum nakal. Sorot mata memancarkan suatu hasrat pagi hari yang tidak bisa dibendung lagi. Dengan memberikan semua yang kamu miliki, semuanya! luar dan dalam. "I'm always crazy about you honey." Bibir Arabella menjadi sasaran, satu kecupan tak cukup, dia melumatnya rakus sebelum turun ke area leher jenjang sang kekasih. mengecup, menjilat semakin turun ke bawah. Mendapat perlakuan itu, Arabella hanya bisa memejamkan mata dan mendesah perlahan. Menikmati tiap sentuhan lembut da perlakuan mesra sang kekasih. Liar dan meledak-ledak. Seperti itu pancaran dari perlakuan William saat bergumul diatas ranjang bersama Arabella. Tubuh Arabella yang putih mulus tanpa cela, tubuh sintal bak gitar spanyol dengan wajah cantik bak Dewi Yunani Itu yang sudah membuat sang CEO Incaran para wanita tergila-gila. Bercinta di pagi hari memang sangat menyenangkan. Such a mood booster bagi William sejak dulu. Kegiatan rutinitas mereka sebelum keduanya berangkat ke kantor sendiri-sendiri sebagai rekan kerja atau bisa disebut sebagai atasan dan bafwahan. "Aarrgghhh.." Pekik kenikmatan diteriakkan William saat mencapai puncak kenikmatan. Tubuhnya kaku sesaat dan beberapa saat kemudian terkulai lemas di samping Arabella. Keduanya bermandikan keringat. Jam dinding menunjukkan pukul 07.04. "Kita harus segera bersiap ke kantor, mau mandi berdua?" Ajak Arabella Manja, sambil merebahkan kepalanya di dada bidang Wiliam. "Aku harus ke apartemen dulu, banyak barang dan berkas yang harus aku Ambil." Tolak William sambil membelai surau sang kekasih, berusaha tidak membuat kecewa. Ia kemudian menarik dan membawa Arabella Ke dalam pelukannya. "Sampai jumpa di kantor." Ucap William seraya mengecup lembut kening sang kekasih. Melihat punggung tegak William seperti saat ini, menghadirkan sensasi aneka rasa yang bercampur aduk. Ada rasa bahagia karena hampir setiap malam memadu kasih bersama. Namun juga kesedihan, karena semua yang mereka lakukan haruslah tetap menjadi sebuah Rahasia.. Seandainya dunia mengetahui ini semua, berapa bangganya Arabella menjadi kekasih satu- satunya seorang William Mahardika. Batin Arabella mengeluh pedih. Hanya tatapan nanar dan damba kosong yang mengisi apartemen mewah ini. *** #PT. Diamond Dynasty# Arabella duduk di meja kerjanya. Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka, dan David, salah satu anggota tim proyeknya, masuk dengan ekspresi cemas. "Miss Ara, ada yang harus kita bicarakan," ucap David serius. Arabella menatapnya, "Ada apa, David? Apakah ada masalah dengan proyek?" David mengangguk, "Ya, klien Kita tidak puas dengan hasil kerja tim. Mereka merasa bahwa kita tidak mengikuti arahan mereka dengan baik." Arabella mengernyitkan kening, "Kita harus menyelesaikan ini dengan cepat sebelum semakin buruk. Apa saranmu?" David berpikir sejenak, "Saya pikir kita perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap proyek ini. Mungkin kita bisa menyusun rapat tim untuk membahas masalah ini dan mencari solusinya bersama." Arabella setuju, "Baik, kamu bisa menyusun agenda rapat tersebut. Saya akan segera hubungi anggota tim lainnya." David mengangguk, "Siap, Miss. Saya akan segera melakukannya." Dia kemudian keluar dari ruangan Arabella untuk mulai menyusun rencana rapat tim. Arabella menghembus nafas kasar, ia melihat ponselnya. Mengecek jadwalnya hari ini. Hanya ada janji temua dengan salah satu kliennya setelah jam makan siang. Baru saja ia ingin menekan tombol lock screen ketika sebuah pesan singkat masuk dengan nama My W. Arabella menyimpan kontak William dengan nama My W. Hal ini ia lakukan agar bila ada seseorang yang tidak sengaja melihat ponselnya, orang itu tidak tahu siapa sebenarnya yang sudah mengirim pesan. [My W] 'Honey..' [My W] 'Aku merasa ada yang aneh dengan diriku, perasaan baru beberapa jam kita berpisah, tapi aku sudah merindukanmu. Bagaimana inj, honey?. Aku akan menyuruh Rara memanggil ke ruangan ku.' [Arabella] 'Kamu yakin ini ide yang bagus ? Rasanya terlalu sering aku ke ruangannya. Nanti orang bisa curiga. Kalau ada yang melapor pada keluargamu bagaimana ?' [My W] 'Aku tidak peduli. Lima menit saja pleaseee.. Aku ingin merasakan sentuhan mesramu. Aku tidak perlu sarapan jika sudah merasakanmu.' Arabella tersenyum malu-malu sampai harus menggigit bibir bawahnya menahan senyum. Ah, rasanya seperti mimpi akan memiliki percakapan seperti ini bersama salah satu pengusaha muda tampan yang berpengaruh di ibu kota negara ini. [Arabella] 'Ok. Aku naik, tapi kamu harus berjanji honey.. Kamu tidak akan membuat penampilanku berantakan.' [My W] 'Come honey, kamu tahu kalau aku tidak bisa membuat janji seperti itu. Ayolah cepat naik honey.. aku sudah tidak sabar..' Arabella kembali tertawa kecil. Sambil menutup mulutnya. Sebenarnya tidak ada siapapun di ruangan ini hanya saja tertawa sekencang mungkin kamu rasanya lucu bila tertawa sendirian. **** "Selamat pagi Pak William." Sapa Arabella pura-pura hormat ketika membuka ruang kerja pemilik sekaligus CEO tempatnya bekerja. "Ah, Selamat pagi juga Arabella, masuklah." jawab William duduk di kursi kerajaan bisnisnya, menatap Arabella sambil tersenyum menggoda. Perkataan William begitu resmi, sementara senyum dan bahasa tubuhnya begitu hangat menyambut. Segera setelah Arabella menutup pintu ruangan, Pemuda tegap dengan bentuk tubuh seperti Atlet renang itu beranjak dari kursinya. "Kenapa aku seperti kecanduan dengan tubuhmu?" William melumat bibir arabella tanpa ampun. ia mendorong perlahan sampai tubuh molek Arabella Merapat di tembok. sekali kunci sang wanita tak berdaya. "Hanya tubuhku?" rajuk Arabella bergaya cemberut. "Tubuhmu dan semua tentangmu! ucapan William diakhiri dengan mendaratkan bibirnya pada kening Arabella. Perlahan menuruni hidung mancung hingga berhenti di tubir wajah berlapis warna merah alami. "Aku mencintaimu Arabella, tidak pernah ada wanita lain, selain dirimu. hatiku hanya akan selalu untukmu." William berbisik, melandaikan Getaran Cinta. "Berjanjilah padaku Arabella." "Janji apa?" "Apapun yang terjadi, Kamu tidak akan meninggalkanku. Kamu akan selalu menjadi kekasihku." Arabella tertegun. 'Ada apa ini? mengapa suara dan wajah William terlihat tegang? Apakah sebuah masalah besar sedang ia hadapi? berbagai pertanyaan menggelitik Sanubari. Apakah ia akan pergi? kemana? dengan siapa? "Ada apa denganmu honey?" tanya Arabella lirih. "Just promise for me please.." kedua genggaman tangan Arabella direngkuh kemudian dicium mesra. "Aku janji. Tapi kamu juga harus janji tidak akan meninggalkan aku." "Aku meninggalkanmu?, tidak mungkin!" Mereka kembali Berciuman sampai Tidak terasa sudah 10 menit lebih Arabella berada di ruang kerja William, ketukan di pintu membuyarkan kemesraan keduanya. Mereka segera kembali ke kursi masing-masing, Arabella merapikan pakaian dan rambut miliknya. "Iya masuk." seru William setelah yakin jejak kemesraan mereka tidak terlihat lagi. "Maaf pak William, ibu anda ingin mengetahui kapan pasnya bapak akan pulang Apakah besok malam atau lusa?" Rara memegang telepon di tangannya sambil menolak ke dalam ruangan sebagian tubuhnya masih berada di balik pintu. "Bilang Pada Ibuku nanti aku akan meneleponnya." Ucap William dengan nada agak ketus. "Baik Pak William, Oh ya..Beliau juga bertanya Bagaimana dengan nona Luna? Apakah beliau datang bersama Anda atau sendiri-sendiri ?." "Entahlah, Rara! Aku bilang nanti saja!" suara William makin naik begitu pula wajahnya menunjukan kemarahan. "Maaf Pak nyonya Layla, ibu anda.. beliau butuh kepastian karena ia akan memesan restoran untuk membahas acara tun..." "Aku bilang nanti.! Aku akan melaporkan Ibuku sendiri! Apa Kau tuli sekarang ?! keluarlah kamu!potong William mendadak emosi sambil memukul meja. Arabella ikut menghentakan bahu karena terkejut dengan gebrakan meja yang dilakukan oleh kekasihnya ia memandang William heran Rara langsung menciut dan menutup pintu ia sudah hafal bila Bos mulai berteriak tandanya jangan lagi mengganggunya dan segeralah kabur sebelum aneka Sumpah serapah dan ancaman pecat melanda. "Luna Devani ? Bukankan dia model cantik yang terkenal itu ? kamu mengenalnya Honey ? Lalu acara apa yang akan kalian rayakan ?." Tanya Arabella merasa ada yang aneh dengan apa yang disampaikan sekretaris kekasih sekaligus bos nya tadi. Deg..Deg..Deg.."Luna Devani ? Bukankan dia model cantik yang terkenal itu ? kamu mengenalnya Honey ? Lalu acara apa yang akan kalian rayakan ?." Tanya Arabella merasa ada yang aneh dengan apa yang disampaikan sekretaris kekasih sekaligus bos nya tadi. "Not special, hanya acara keluarga. Jangan dengarkan Rara, dia selalu saja mengacaukan pesan dari ibuku." Kilah William bersungut-sungut. "Apa itu artinya Luna Devani, artis itu adalah keluargamu?." tanya Arabella bersemangat. "Orang tua kami bersahabat sejak dulu, aku sekolah sejak SD sampai SMA bersama dia." Ucap William. "Oh ya, Woww." Arabella semakin senang gadis desa yang polos itulah dia setiap melihat artis kota besar serasa melihat dewa-dewi penuh dengan glamor dan ketenaran Berbeda dengan William yang sejak kecil sudah bergelimang kemewahan bukan lagi dia mengejar artis tetapi justru para artis yang mengejar William hanya saja Arabella tidak pernah tahu kehidupan William selain apa yang ia temui di kantor
Dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam, Arabella langsung mengambil ponselnya dan menelepon Sofia, sahabatnya. Mereka sudah lama bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Ringtone ponsel Sofia berbunyi beberapa kali sebelum diangkat. "Halo, Ara? Ada apa?" suara Sofia terdengar cemas di ujung telepon. Terdengar isakan Arabella di seberang. "Sofia...," bisik Arabella dengan suara gemetar, "William bilang dia mau nikah sama cewe lain." Suara Sofia terdiam sejenak, kemudian penuh belas kasihan. "What the f**k. Lo gak bercanda kan ? Lo dimana sekarang? Mau gue jemput?" Arabella menggeleng pelan. "Nggak perlu, gue bakal ke sana. Gue butuh lo, Fia." Sofia mengangguk, meskipun Arabella nggak tidak melihat. "Gue bakal nungguin lo di sini, Ara. Ayo, kita bakal hadapi ini bareng-bareng." Air mata Arabella masih ngalir saat dia menutup teleponnya. Dia merasa sedikit lega dengan kehadiran sahabatnya, meskipun hatinya masih hancur.
........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru
"Ingat pesan papa, jangan buat malu keluarga!ucapnya sekali lagi sambil menepuk pundak William kemudian berlalu. Wiliam termangu dalam kehancuran. Hatinya sakit mengetahui tidak akan mungkin hubungan dengan Arabella dapat tetap berjalan seperti saat ini. Tidak mungkin mereka bisa bertemu dengan bebas di saat nanti sudah ada Luna Defani dalam kehidupannya. William menghentikan BMW 7 Series hitamnya di tempat parkir khusus untuk pemilik apartemen yang ia beli untuk Arabella. Ia melangkah gontai yang masuk ke tempat di mana Arabella biasa menunggunya datang. Rangkaian kalimat telah Ia persiapkan untuk menjelaskan kondisi dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang lebih menghancurkan bagi hatinya selain melihat Arabella menangis karena telah Tersakiti. "Aku tidak akan melepaskanmu, Honey." gumamnya dalam hati. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dari Arabella. Wanita satu-satunya yang ia cintai. Saat sudah didepan unit Arabella, William membuka pintu dengan tangan yang sedikit gemeta
Bab 7 Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar. "Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin." "Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu. "Masa iya, sih?" Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional. "Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?" Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya. "Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Just
"Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam
Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola
#Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru
...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw
... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella
"Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti
#Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru
Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola
"Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam
Bab 7 Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar. "Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin." "Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu. "Masa iya, sih?" Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional. "Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?" Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya. "Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Just
"Ingat pesan papa, jangan buat malu keluarga!ucapnya sekali lagi sambil menepuk pundak William kemudian berlalu. Wiliam termangu dalam kehancuran. Hatinya sakit mengetahui tidak akan mungkin hubungan dengan Arabella dapat tetap berjalan seperti saat ini. Tidak mungkin mereka bisa bertemu dengan bebas di saat nanti sudah ada Luna Defani dalam kehidupannya. William menghentikan BMW 7 Series hitamnya di tempat parkir khusus untuk pemilik apartemen yang ia beli untuk Arabella. Ia melangkah gontai yang masuk ke tempat di mana Arabella biasa menunggunya datang. Rangkaian kalimat telah Ia persiapkan untuk menjelaskan kondisi dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang lebih menghancurkan bagi hatinya selain melihat Arabella menangis karena telah Tersakiti. "Aku tidak akan melepaskanmu, Honey." gumamnya dalam hati. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dari Arabella. Wanita satu-satunya yang ia cintai. Saat sudah didepan unit Arabella, William membuka pintu dengan tangan yang sedikit gemeta
........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru