Home / CEO / Suami Untuk Arabella / Kedatangan Klien Penting

Share

Kedatangan Klien Penting

Author: Ana_Pen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak.

Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas.

Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya.

Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat.

"Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan."

Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit.

"Ah, kamu membuatku kaget Tuan."

"Astaga! Jam berapa ini?? Aku harus masuk kantor."

Arabella mengedarkan pandangannya tiba-tiba, lalu melihat jam di dinding sudahjam sembilan. Sial! padahal Ia harus masuk saat ini juga.

"Dimana kantormu? tanya Sebastian penasaran.

"Aku harus pulang. Terima kasih! untuk bantuannya semalam." teriak Arabella berlari menuju pintu keluar.

"Hei!! Bagaimana supaya aku bisa bertemu kamu lagi." Sebastian ikut berteriak. rasa penasaran terbit lagi di batinnya terhadap wanita dengan mata hazel itu.

"Kita tidak akan bertemu lagi" sahut Arabella ia segera mengambil barang-barangnya dari kamar kemudian memesan taksi online.

Hey tunggu, ucapan itu terdengar asing bagi Sebastian. Tidak akan bertemu lagi? seorang wanita mengatakan begitu kepadanya? Sejak kapan ada wanita tidak ingin bertemu dengan Sebastian Vanderwood? Wanita macam apa Arabella ini?

Arabella merasakan detak jantungnya semakin cepat saat ia menuruni tangga mansion yang megah itu. Setiap langkahnya di atas karpet merah yang lembut terasa seperti langkahnya di atas mimpi. Cahaya berkilauan dari lampu gantung kristal memantulkan cahaya di sekitar, menciptakan gemerlap yang mempesona.

Melintasi lorong-lorong yang dihiasi dengan lukisan-lukisan klasik dan patung-patung marmer, Arabella terpesona oleh kemewahan yang melimpah di setiap sudut mansion itu. Ruangan-ruangan besar dengan perabotan mewah, hiasan-hiasan berharga, dan bunga-bunga segar yang terpajang dengan cantiknya di setiap meja menambah kesan mewah mansion tersebut.

Namun, ketika Arabella mencapai pintu masuk, dia terhenti tiba-tiba saat melihat penjaga yang berdiri gagah di depan pintu. Dengan seragamnya yang berkilauan dan sikapnya yang tegap, penjaga itu menimbulkan aura kekuatan dan keamanan yang membuat Arabella merasa takut.

Dengan hati-hati, Arabella mendekati penjaga itu. "Permisi, saya ingin keluar," ucapnya dengan suara gemetar.

Penjaga itu menatapnya dengan tajam, seolah mempertimbangkan apakah Arabella berhak untuk meninggalkan mansion tersebut. "Apakah Anda punya izin untuk pergi, Miss?"

Arabella merasa jantungnya berdegup kencang, namun dia mencoba untuk tetap tenang. "Saya... saya sudah mendapat izin. Saya harus pergi," jawabnya dengan ragu.

Penjaga itu memandangnya dengan serius sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, saya akan mengantarkan Anda keluar.

***

Setibanya di apartemen, Saat Arabella membuka pintu, Ia kaget bukan main. Arabella menemukan William sudah menunggu di ruang tamu, ekspresi wajahnya penuh dengan kemarahan yang sulit ditutupi. Hati Arabella berdebar keras, mengetahui bahwa pertemuan ini tidak akan berjalan lancar.

"Arabella, Darima Kamu? " Bentak William dengan suara bergetar karena kemarahan, namun Arabella merasakan sentuhan kesedihan di baliknya.

"William, aku--" Arabella hendak menjelaskan, namun William memotongnya dengan tegas.

"Dari mana!" Bentak Wiliam membuat Arabella terkesiap.

Arabella merasa jantungnya berdegup kencang. Dia ingin mencoba menjelaskan keadaannya dengan sebaik mungkin, tetapi kata-katanya terasa kacau dan tak teratur di tengah kemarahan William.

"Dari rumah Sofia!" Bohong Arabella. Mana mungkin Ia jujur bahwa tadi malam ia tidur dan bermalam di Mansion seorang pria.

"Aku semalaman menjadi gila karena kamu hilang. Jangan pernah berbuat seperti itu lagi." Ujar William terdengar sangat frustasi.

Arabella membisu sejenak, mendengar pengakuan William. Hatinya terasa hancur melihat ekspresi putus asa di wajahnya. Dia merasa bersalah karena telah menyebabkan William begitu gelisah dan terganggu.

"William, aku... aku tidak tahu apa yang harus kukatakan," ucap Arabella dengan suara yang gemetar. Dia merasa kebingungan, tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah ini.

William menatap Arabella dengan mata penuh harapan, "Arabella, aku begitu khawatir. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Tolong, jangan tinggalkan aku lagi. Aku janji akan menyelesaikan masalah ini. Aku membutuhkanmu."

Arabella merasa hatinya terasa berat mendengar permohonan William. Dia ingin memeluknya, menenangkannya, tetapi ada rasa cemas di dalam dirinya yang tidak bisa diabaikan.

"William, aku... aku tidak tahu," bisik Arabella, matanya berkaca-kaca. Dia merasa bingung dan terjebak dalam konflik batin antara cinta dan kewajiban.

William mencoba menenangkan Arabella dengan pelukan hangat. "Arabella, tolong... jangan pergi," pintanya dengan suara penuh keputusasaan.

Arabella merasakan getaran dalam dadanya. Dia ingin bertahan, memberikan William kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Namun, ada suara dalam dirinya yang mengingatkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab lain yang harus diselesaikan.

"William, tolong... tidak sekarang," pinta Arabella dengan suara lembut. "Kita harus pergi ke kantor sekarang. Kita bisa bicara lebih lanjut nanti."

William mengangguk mengerti, meskipun ekspresi kecewa terlihat di wajahnya. "Baiklah, Arabella. Kita akan bicara nanti," ucapnya sambil melepaskan pelukannya.

Di dalam hatinya, Arabella merasa ragu dan bertanya-tanya apakah dia membuat keputusan yang benar. Tetapi, saat ini, ada tugas yang harus diselesaikan, dan dia berharap bahwa mereka bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaan mereka setelah melewati hari ini.

***

Setelah meninggalkan apartemen, Arabella dan William pergi menuju kantor masing-masing. Seperti biasa, keduanya berangkat terpisah menuju kantor. Mereka sengaja berpisah agar tidak menimbulkan kecurigaan pada orang lain di sekitar mereka. Meskipun terpisah, hati mereka saling terikat sebagai pasangan.

Di dalam mobil, Arabella memikirkan betapa sulitnya menjaga hubungan mereka tetap rahasia di tempat kerja. Meskipun mereka sangat mencintai satu sama lain, mereka harus berhati-hati agar tidak menimbulkan gosip atau masalah di kantor. Meski begitu, mereka merasa bersyukur karena memiliki satu sama lain.

Kini bersama beberapa manajer lain, Arabella dan William telah berada di ruang rapat. Sama sekali tidak terlihat bahwa mereka memiliki hubungan percintaan. Arabella sibuk berdiskusi dengan Alex, sementara William sedang bertukar pikiran dengan Rara.

Mereka semua menunggu kedatangan seorang klien besar yang kehadirannya sudah dipersiapkan sejak satu bulan yang lalu.

Ceklek!

"Tamu Anda sudah datang, Pak William," ucap Rara membuka pintu ruang rapat.

"Selamat siang, Wiliam." Sapa seseorang ramah memasuki ruangan, suaranya berat dan lantang seakan menggemak.

Arabella memiringkan kepala ke kiri, mata Hazel memicing, berusaha memastikan suara yang ia dengar benar adanya. Entah mengapa sepertinya ia mengenali suara tersebut.

"Selamat siang, Sebastian Vanderwood. Apa kabar, kawan? Lama tidak bertemu." Sambut William, berdiri dan langsung bersalaman kemudian meluk sahabat lamanya.

'Sebastian,' batin Arabella merasa janggal mendengar nama itu.

Degh.

Bagai disambar petir, Arabella terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. Sebastian Vanderwood?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Elizabeth Bunyi Sa
jalan cerita Yang bagus saya suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Untuk Arabella   Cemburu

    Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola

  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

  • Suami Untuk Arabella   Nanti Orang Bisa Curiga

    ...···#Pacific Place Resident# Di sudut kamar yang tenang, Cahaya matahari pagi menembus lembut melalui tirai tipis yang menggantung di jendela apartemen mewah itu. Di atas tempat tidur berukuran king, Arabella Horison dan CEO dari PT. Diamond Dynasty, William Mahardika, masih terlelap dalam dekapan hangat satu sama lain. Arabella merasakan hembusan napas William di lehernya, membawa kehangatan yang membuatnya enggan untuk bangun. Alarm ponsel di meja samping tempat tidur berdering pelan, mengingatkan mereka bahwa hari kerja telah tiba. Arabella membuka matanya perlahan, menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi cahaya lembut. Ia tahu, dalam beberapa menit, mereka harus beranjak dari kenyamanan ini dan menghadapi hari yang sibuk di kantor. "Will, ayo bangun. Sudah pagi, kita harus ke kantor". Bisik Arabella lembut di telinga sang kekasih. Jemari lentik nya mengelus pipi sang kekasih sampai ke rahang yang ditumbuhi rambut halus. Manik cokelat dalam

  • Suami Untuk Arabella   Aku akan Menikah

    "Luna Devani ? Bukankan dia model cantik yang terkenal itu ? kamu mengenalnya Honey ? Lalu acara apa yang akan kalian rayakan ?." Tanya Arabella merasa ada yang aneh dengan apa yang disampaikan sekretaris kekasih sekaligus bos nya tadi. "Not special, hanya acara keluarga. Jangan dengarkan Rara, dia selalu saja mengacaukan pesan dari ibuku." Kilah William bersungut-sungut. "Apa itu artinya Luna Devani, artis itu adalah keluargamu?." tanya Arabella bersemangat. "Orang tua kami bersahabat sejak dulu, aku sekolah sejak SD sampai SMA bersama dia." Ucap William. "Oh ya, Woww." Arabella semakin senang gadis desa yang polos itulah dia setiap melihat artis kota besar serasa melihat dewa-dewi penuh dengan glamor dan ketenaran Berbeda dengan William yang sejak kecil sudah bergelimang kemewahan bukan lagi dia mengejar artis tetapi justru para artis yang mengejar William hanya saja Arabella tidak pernah tahu kehidupan William selain apa yang ia temui di kantor

  • Suami Untuk Arabella   Bertemu Pria Asing

    Dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam, Arabella langsung mengambil ponselnya dan menelepon Sofia, sahabatnya. Mereka sudah lama bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Ringtone ponsel Sofia berbunyi beberapa kali sebelum diangkat. "Halo, Ara? Ada apa?" suara Sofia terdengar cemas di ujung telepon. Terdengar isakan Arabella di seberang. "Sofia...," bisik Arabella dengan suara gemetar, "William bilang dia mau nikah sama cewe lain." Suara Sofia terdiam sejenak, kemudian penuh belas kasihan. "What the f**k. Lo gak bercanda kan ? Lo dimana sekarang? Mau gue jemput?" Arabella menggeleng pelan. "Nggak perlu, gue bakal ke sana. Gue butuh lo, Fia." Sofia mengangguk, meskipun Arabella nggak tidak melihat. "Gue bakal nungguin lo di sini, Ara. Ayo, kita bakal hadapi ini bareng-bareng." Air mata Arabella masih ngalir saat dia menutup teleponnya. Dia merasa sedikit lega dengan kehadiran sahabatnya, meskipun hatinya masih hancur.

Latest chapter

  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

  • Suami Untuk Arabella   Cemburu

    Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola

  • Suami Untuk Arabella   Kedatangan Klien Penting

    "Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam

  • Suami Untuk Arabella   Kamar siapa ini ?

    Bab 7 Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar. "Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin." "Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu. "Masa iya, sih?" Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional. "Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?" Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya. "Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Just

  • Suami Untuk Arabella   My W ?

    "Ingat pesan papa, jangan buat malu keluarga!ucapnya sekali lagi sambil menepuk pundak William kemudian berlalu. Wiliam termangu dalam kehancuran. Hatinya sakit mengetahui tidak akan mungkin hubungan dengan Arabella dapat tetap berjalan seperti saat ini. Tidak mungkin mereka bisa bertemu dengan bebas di saat nanti sudah ada Luna Defani dalam kehidupannya. William menghentikan BMW 7 Series hitamnya di tempat parkir khusus untuk pemilik apartemen yang ia beli untuk Arabella. Ia melangkah gontai yang masuk ke tempat di mana Arabella biasa menunggunya datang. Rangkaian kalimat telah Ia persiapkan untuk menjelaskan kondisi dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang lebih menghancurkan bagi hatinya selain melihat Arabella menangis karena telah Tersakiti. "Aku tidak akan melepaskanmu, Honey." gumamnya dalam hati. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dari Arabella. Wanita satu-satunya yang ia cintai. Saat sudah didepan unit Arabella, William membuka pintu dengan tangan yang sedikit gemeta

  • Suami Untuk Arabella   Jaga Nama Baik Keluarga

    ........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru

DMCA.com Protection Status