Beranda / Romansa / Suami Untuk Arabella / Kamar siapa ini ?

Share

Kamar siapa ini ?

Penulis: Ana_Pen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-05 22:27:40

Bab 7

Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar.

"Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin."

"Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu.

"Masa iya, sih?"

Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional.

"Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?"

Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya.

"Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Justin bergumam, merasa sedikit cemas.

"Jika aku mengangkatnya, mungkin aku akan dianggap perusak hubungan orang lain. Tidak, aku tidak bisa mengambil risiko itu."

Dia membayangkan berbagai skenario di mana dia mengangkat telepon itu dan mendengar suara marah dari ujung sana, menuduhnya merusak hubungan mereka. Atau mungkin malah orang yang sangat peduli pada Arabella dan khawatir tentang keselamatannya. Tapi ketidakpastian itu membuat Justin semakin ragu.

"Ini terlalu rumit," dia akhirnya memutuskan, mematikan ponsel itu dan meletakkannya kembali di dalam tas Arabella.

Justin menghela napas panjang, mencoba meredakan kecemasan yang masih bergelut di dadanya. Dia menatap Arabella yang masih tertidur lelap di tempat tidur, wajahnya tampak tenang dan damai.

"Mungkin lebih baik menunggu hingga dia bangun dan bisa menjelaskan semuanya sendiri," gumam Justin, menatap wajah cantik Arabella yang tertidur.

Justin berdiri dan berjalan menuju pintu kamar, tetapi sebelum keluar, dia menoleh sekali lagi ke arah Arabella. Pikirannya masih penuh dengan tanda tanya, tetapi dia tahu bahwa malam ini dia harus membiarkan semuanya mengalir.

***

Di belahan dunia lain, di apartemen Arabella, William masih berada di sana. Keheningan mencekam menyesakkan, seperti bayang-bayang yang menyelimuti hatinya. Biasanya, pada jam seperti ini, mereka sedang bercinta dengan panas dan intim diatas ranjang atau sekadar bercerita, menonton bersama, mengobrol masalah di kantor. Kenangan-kenangan itu berputar di benaknya, membuat hatinya semakin gundah.

Tap! Tap! Tap!

Suara langkah William yang mondar-mandir di ruang tamu apartemen bergaung di ruangan yang hening. Dia merasa seperti orang linglung, tidak tahu harus melakukan apa selain menunggu. Kegelisahannya semakin menjadi-jadi.

Pikirannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan Arabella, wanita yang telah merebut hatinya sepenuhnya. Arabella adalah wanita yang tidak hanya cantik tetapi juga cerdas, dan hati William tidak pernah merasa seberuntung ini.

Dia memandang ke sekeliling apartemen, melihat setiap sudut yang penuh dengan kenangan mereka bersama. Setiap foto, setiap benda kecil, semuanya mengingatkannya pada saat-saat indah mereka.

Sesekali, dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Arabella lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. Sudah berpuluh-puluh pesan dan panggilan dia kirimkan, namun tak satu pun yang dibalas.

"Kamu dimana, Honey?" gumam William pelan, rasa khawatir merayap di hatinya. Dia terus mondar-mandir, seperti orang gila, mencari-cari jawaban yang tak kunjung datang. Setiap menit yang berlalu terasa seperti jam, dan ketidakpastian semakin menggerogoti pikirannya.

Tiba-tiba, ponselnya bergetar, memecah keheningan yang menekan.

Drrtt! Drrtt!

William buru-buru meraihnya, berharap itu dari Arabella. Namun, yang muncul di layar adalah nama Luna Devani, calon tunangannya. William menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo, Luna," jawab William dengan nada malas, berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

"William, sayang, kamu di mana?" suara manja Luna terdengar di ujung sana, membuat William merasa semakin tertekan.

"Aku rindu kamu. Apa kamu tidak merindukanku?"

William berusaha menjawab dengan tenang, mengingat pesan ayahnya bahwa dia harus menjadi calon yang baik untuk Luna Devani.

"Iya, Luna. Aku juga rindu," jawabnya datar, mencoba terdengar tulus.

"Apa yang sedang kamu lakukan, sayang? Aku berharap kita bisa bertemu besok. Mungkin kita bisa makan malam bersama?" suara Luna terdengar penuh harap, membuat William merasa semakin bersalah.

"Ya, kita bisa bertemu besok," kata William, berusaha terdengar antusias. "Aku akan mengatur waktu untuk kita."

Mereka melanjutkan obrolan, dengan Luna yang terus mengobrol dengan manja dan William yang merespon dengan malas. Namun, di dalam hati, William merasa terbebani. Perasaannya terhadap Arabella begitu kuat, namun dia terjebak dalam situasi yang rumit dengan Luna.

Setelah beberapa saat, panggilan berakhir dan William meletakkan ponselnya. Dia menatap kosong ke arah jendela, pikirannya masih penuh dengan Arabella.

"Di mana kamu, Arabella? Kenapa kamu tidak menghubungiku?" gumamnya lagi, berharap jawaban akan segera datang.

Di apartemen yang sunyi itu, William tetap terjebak dalam kegelisahan dan harapan, menunggu malam yang penuh dengan misteri ini berakhir. Setiap detik terasa seperti siksaan, dan hatinya penuh dengan kecemasan dan cinta yang tak terbalas.

"Arabella, di mana kamu?" bisiknya dengan suara serak. Hatinya terasa hampa dan penuh kerinduan.

***

Matahari terbit menyelinap melalui celah-celah gorden, sinarnya yang lembut menyinari wajah Arabella yang terbaring di kamar tamu yang asing. Cahaya pagi yang hangat dan menenangkan membuat matanya perlahan terbuka. Ia meringis saat merasakan pening di kepalanya, bekas mabuk semalam masih terasa.

Arabella mengangkat kepalanya dari bantal, memandang sekeliling kamar yang tidak dikenalnya. Dinding yang dihiasi karya seni mahal, perabotan elegan, dan aroma bunga segar yang memenuhi ruangan membuatnya merasa terasing.

"Di mana aku?" gumamnya pelan, mencoba mengingat apa yang terjadi.

Saat itulah pintu kamar terbuka, dan seorang pelayan masuk membawa nampan dengan segelas air dan beberapa obat.

"Selamat pagi, Nona. Bagaimana perasaan Anda?" tanya pelayan itu dengan ramah, menaruh nampan di meja samping tempat tidur.

Arabella mencoba duduk, mengusap wajahnya yang masih terasa pusing. "Aku... aku merasa sedikit pening. Di mana aku? Ini rumah siapa?" tanyanya bingung, mencoba mengingat kembali kejadian malam sebelumnya.

Pelayan itu tersenyum lembut. "Anda berada di rumah Tuan Justin. Dia menemukan Anda di klub tadi malam dan membawa Anda ke sini karena Anda terlihat tidak baik. Apakah Anda membutuhkan sesuatu, Nona?"

Arabella terkejut mendengar nama Justin. Dia mengerutkan kening, mencoba mengingat wajah yang dimaksud.

"Justin? Siapa Justin? Di mana dia sekarang?"

"Dia sedang berolahraga di ruang fitness. Anda bisa menemuinya di sana jika Anda mau," jawab pelayan itu dengan sopan, menawarkan segelas air kepada Arabella.

Arabella mengambil gelas itu, meminumnya perlahan. Rasa haus yang menyiksa sedikit mereda. "Baiklah, aku akan menemuinya. Terima kasih," katanya, berusaha mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan penyelamat yang tak dikenalnya itu.

Setelah pelayan keluar, Arabella bangkit dari tempat tidur, mengenakan jubah yang disediakan di kamar. Hatinya berdebar-debar, gugup memikirkan siapa sebenarnya Justin dan mengapa dia berada di sini. Dia keluar dari kamar dan mengikuti petunjuk pelayan menuju ruang fitness.

Ketika Arabella sampai di ruang fitness, dia melihat seorang pria tampan dengan tubuh atletis yang berkeringat sedang berolahraga. Nafasnya tertahan sejenak melihat betapa menawannya pria itu.

"Hey, kamu sudah sadar?" Panggil Justin keras. ia menghentikan treadmill dan mengecilkan volume musik.

"Kamu siapa?" gugup Arabella mundur beberapa langkah ketiaka ia merasa justin akan mendekat dan melakukan sesuatu padanya. Tapi ternyata lelaki itu hanya melewati dan mengambil handuk kecil yang tergantung di kursi sebelah Arabella.

Ketika Justin melintas, tubuh mereka sangat berdekatan titik wajah tampan di atas rata-rata terlihat jelas ketika berada di samping Arabella meski masih Hangover akibat semalam ia masih bisa mengetahui bahwa lelaki di sebelahnya ini sangat....tampan.

"Justin.., kamu, Freya kan?" kekeh Justin menggulurkan tangan ia mengajak Arabella berkenalan

"Tahu namaku dari mana?"

"Dua temanmu itu, mereka senang sekali meneriakan namamu."

"Bagaimana aku bisa di sini?, kamu menculik aku ya? Arabella tidak memperdulikan tangan Justin yang mengajak berkenalan. Tangan itu dibiarkan menggantung di daerah sampai akhirnya ditarik kembali oleh sang pemilik.

"Iya..aku menculikmu semalam, aku telah membiusmu dan.....ya, Kamu tahu kan apa yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita cantik seperti kamu? jawab Justin santai, ia menyeringai dan memamerkan deretan gigi putih bersih sangat tertata rapi.

"Hah? Arabella terbelalak Langsung menutup mulut dengan kedua tangan Ia mau menangis mendengar pengakuan Justin.

"Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak.

Bab terkait

  • Suami Untuk Arabella   Kedatangan Klien Penting

    "Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Suami Untuk Arabella   Cemburu

    Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08
  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Suami Untuk Arabella   Nanti Orang Bisa Curiga

    ...···#Pacific Place Resident# Di sudut kamar yang tenang, Cahaya matahari pagi menembus lembut melalui tirai tipis yang menggantung di jendela apartemen mewah itu. Di atas tempat tidur berukuran king, Arabella Horison dan CEO dari PT. Diamond Dynasty, William Mahardika, masih terlelap dalam dekapan hangat satu sama lain. Arabella merasakan hembusan napas William di lehernya, membawa kehangatan yang membuatnya enggan untuk bangun. Alarm ponsel di meja samping tempat tidur berdering pelan, mengingatkan mereka bahwa hari kerja telah tiba. Arabella membuka matanya perlahan, menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi cahaya lembut. Ia tahu, dalam beberapa menit, mereka harus beranjak dari kenyamanan ini dan menghadapi hari yang sibuk di kantor. "Will, ayo bangun. Sudah pagi, kita harus ke kantor". Bisik Arabella lembut di telinga sang kekasih. Jemari lentik nya mengelus pipi sang kekasih sampai ke rahang yang ditumbuhi rambut halus. Manik cokelat dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Suami Untuk Arabella   Aku akan Menikah

    "Luna Devani ? Bukankan dia model cantik yang terkenal itu ? kamu mengenalnya Honey ? Lalu acara apa yang akan kalian rayakan ?." Tanya Arabella merasa ada yang aneh dengan apa yang disampaikan sekretaris kekasih sekaligus bos nya tadi. "Not special, hanya acara keluarga. Jangan dengarkan Rara, dia selalu saja mengacaukan pesan dari ibuku." Kilah William bersungut-sungut. "Apa itu artinya Luna Devani, artis itu adalah keluargamu?." tanya Arabella bersemangat. "Orang tua kami bersahabat sejak dulu, aku sekolah sejak SD sampai SMA bersama dia." Ucap William. "Oh ya, Woww." Arabella semakin senang gadis desa yang polos itulah dia setiap melihat artis kota besar serasa melihat dewa-dewi penuh dengan glamor dan ketenaran Berbeda dengan William yang sejak kecil sudah bergelimang kemewahan bukan lagi dia mengejar artis tetapi justru para artis yang mengejar William hanya saja Arabella tidak pernah tahu kehidupan William selain apa yang ia temui di kantor

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17

Bab terbaru

  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

  • Suami Untuk Arabella   Cemburu

    Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola

  • Suami Untuk Arabella   Kedatangan Klien Penting

    "Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam

  • Suami Untuk Arabella   Kamar siapa ini ?

    Bab 7 Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar. "Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin." "Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu. "Masa iya, sih?" Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional. "Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?" Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya. "Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Just

  • Suami Untuk Arabella   My W ?

    "Ingat pesan papa, jangan buat malu keluarga!ucapnya sekali lagi sambil menepuk pundak William kemudian berlalu. Wiliam termangu dalam kehancuran. Hatinya sakit mengetahui tidak akan mungkin hubungan dengan Arabella dapat tetap berjalan seperti saat ini. Tidak mungkin mereka bisa bertemu dengan bebas di saat nanti sudah ada Luna Defani dalam kehidupannya. William menghentikan BMW 7 Series hitamnya di tempat parkir khusus untuk pemilik apartemen yang ia beli untuk Arabella. Ia melangkah gontai yang masuk ke tempat di mana Arabella biasa menunggunya datang. Rangkaian kalimat telah Ia persiapkan untuk menjelaskan kondisi dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang lebih menghancurkan bagi hatinya selain melihat Arabella menangis karena telah Tersakiti. "Aku tidak akan melepaskanmu, Honey." gumamnya dalam hati. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dari Arabella. Wanita satu-satunya yang ia cintai. Saat sudah didepan unit Arabella, William membuka pintu dengan tangan yang sedikit gemeta

  • Suami Untuk Arabella   Jaga Nama Baik Keluarga

    ........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru

DMCA.com Protection Status