Share

Cemburu

Penulis: Ana_Pen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?"

Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar.

"William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat.

"Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan."

William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella.

"Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik

kami."

Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood."

Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. "

Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas.

"Apakah dia tahu?"

Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seolah wajahnya terbuat dari kayu. Tetapi mau bagaimana lagi? Itu adalah senyum termanis yang bisa ia lakukan disituasi kacau saat ini.

Kepalanya masih terasa pening akibat minuman keras, dan seakan dunia Belum puas memberinya tekanan batin. Muncullah sosok Sebastian Vanderwod dalam dunia kerjanya.

"Sepertinya kita pernah bertemu. Bukan begitu Nona Arabella? tanya Sebastian tersenyum.

Kepala Arabella semakin pening, matanya melotot protes pada Sebastian, ia terdiam seribu bahasa. Tidak tahu apa yang sebenarnya akan Sebastian lakukan. Kenapa terus mengintimidasinya? Apa salahnya pada laki-laki ini? bagaimana ia bisa sampai di rumahnya, itu pun tanpa ia sadari.

Sebastian melangkah mendekat ke Arabella, matanya memancarkan ketertarikan yang tak terbantahkan.

“Tapi mungkin saya salah sangka. Jakarta memang selalu penuh dengan wanita cantik seperti Anda, Nona Arabella. Senang juga bisa berkenalan dengan Anda,” lanjut Sebastian, suaranya terdengar lembut namun mengandung makna tersembunyi.

Sebastian menjulurkan tangannya dan menepuk punggung Arabella dengan ringan, membuat tubuhnya mendadak lemas. Kakinya hampir saja goyah, sepatu hak tinggi sembilan sentimeter yang dikenakannya bergoyang-goyang saat dia berusaha mengendalikan kegugupannya.

'Tega sekali Anda Tuan Sebastian. Sangat tega mempermainkan hati dan jantung saya seperti ini,' jerit Arabella dalam hati tanpa suara, berusaha menjaga ketenangannya di depan semua orang.

Sebastian tersenyum penuh arti, pandangannya tak pernah lepas dari Arabella.

“Hmm, bisa kita lanjut berkenalan?” tanyanya dengan nada menggoda.

Sebelum Arabella sempat menjawab, William yang sejak tadi memperhatikan dengan cermat, berdehem keras.

“Sebastian, mungkin kita bisa kembali fokus pada agenda rapat kita?” katanya, suaranya mencoba terdengar tenang meski ada nada tegas di dalamnya..

William, yang mengamati interaksi itu, merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Meskipun dia dan Arabella pandai menyembunyikan hubungan mereka, William mulai merasakan kecemasan yang mengganggu.

Begitupun dengan Arabella, dia mengerti bahwa bosnya, William, itu sedang cemburu. Sikap Arabella yang salah tingkah dan membeku di hadapan Sebastian, terlihat seperti orang mabuk asmara yang sedang salah tingkah.

Itu jelas dan wajar. Bagaimana William tidak merasa terancam dengan kehadiran seorang Sebastian Vanderwood? Memang mereka bersahabat sejak kecil bersama anak para konglomerat lainnya. Namun di mana-mana dunia ini selalu penuh dengan persaingan bukan?

Ketampanan yang sama exotic-nya dengan William. Kekayaan juga pasti sejajar bahkan lebih! belum lagi bentuk tubuh atletis. Keduanya berotot dan kuat kokoh dalam baluran jas mahal Fit body. Dilihat dari belakang, keduanya menyajikan pemandangan yang menghanyutkan setiap wanita.

Mata Arabella memperhatikan bagaimana William dan Sebastian sedang saling memperkenalkan tim kerja masing-masing. Bola mata mungkin terlihat fokus padahal isi otaknya melalang buana pada hal-hal lain, salah satunya adalah bagaimana ia akan segera melihat William memiliki istri dan itu bukan dirinya. Tiap ia melihat William hanya pernikahannya dengan Luna Devani saja yang terbayang. Sementara kalau ia melihat Sebastian hanya ketakutan akan terbongkarnya peristiwa semalam yang muncul.

Rapat pun dimulai, dan suasana kembali normal. Namun, selama presentasi, Sebastian tak bisa memalingkan pandangannya dari Arabela. Ia terus terus tersenyum simpul menatapnya menggoda. Hal itu disadari oleh Arabella dan membuat Arabella semakin gugup.

Tapi tiba-tiba ponsel Arabella bergetar. pesan chat dari William masuk.

My W

[Kenapa kamu main mata dengan Sebastian? Apa kamu lupa Aku ada di sini?]

Mata Arabella mendelik, hampir saja ya spontan melirik kepada William. Untung ia bisa menguasai dengan baik.

Arabella

[Siapa yang main mata dengan Sebastian? Jangan asal menuduh.]

My W

[Aku lihat dia tidak berkedip dari tadi memperhatikan kamu. Jangan ditanggapi! dia itu Playboy keras kakap.]

Arabella

[Meski dia Playboy kelas kakap, tapi dia tidak akan menikah dengan Luna Defani kan?]

Ejekan Arabella berakibat fatal. Wiliam menggeram marah. Emosinya menjadi meledak-ledak. Bunyi telepon dibanting mengagetkan sekian pasang mata. Seluruh peserta rapat jadi terkejut. Celine sampai menghentikan persentasinya dan Sebastian menoleh heran pada William.

Jantung arabella kembali dipompa lebih keras hari ini. Entah sudah berapa kali ia dibuat berdebar oleh kedua pria ini. Rasanya mungkin setelah ini ia akan memeriksakan kondisi jantungnya ke dokter spesialis jantung. Jaga-jaga kalau terjadi masalah karena ulah dua pria di depannya ini.

"Maaf, ada masalah pribadi. Saya permisi keluar sebentar." William berjalan keluar dengan emosi yang tertahan. Sadar telah menjadi pusat perhatian ia mohon maaf atas perilakunya yang tiba-tiba tadi.

Sekali lagi Arabella berusaha tidak memperhatikan William. Ia kembali memandang ke layar ponsel dan pura-pura mengetik sesuatu. Hal ini ia lakukan agar tidak terlihat bersamaan dengan William saat berhenti memegang ponsel dan menimbulkan kecurigaan.

"Silahkan dilanjutkan bu Celine." Ucap Arabella mengatasi suasana canggung setelah kekasihnya itu keluar.

"Oh ya! sebelum kita lanjut, boleh saya minta nomor telepon anda Nona Arabella?" Sebastian membuat semua mata menatap Arabella.

Untung William sudah meninggalkan ruangan. Arabella bingung. Sebenarnya meminta nomor telepon Wajar saja bagi orang-orang yang hendak berbisnis. Tapi ini adalah orang yang sama dengan yang meminta nomor teleponnya pagi tadi.

"Eh, untuk apa? Tuan bisa menghubungi saya lewat telepon kantor. Rara, Tolong berikan nomor telepon kantor pa--."

"Tidak mau! Saya mau telepon anda pribadi. Banyak hal dalam kerjasama ini yang harus kita bahas. Bukankah William sudah mengatakan bahwa ibu Arabella yang akan mengurusi proyek kami? potong Sebastian menolak diberikan telepon kantor.

"Nomor Anda Ibu Arabella." wajah Sebastian sangat serius. Seisi ruangan menanti jawaban dari sang wanita. Arabella merasa mati kutu. Jika tidak memberikan nomor telepon kepada Sebastian, itu akan terlihat janggal. Akhirnya ia menyerahkan dan menyuruh Rara memberikan nomor ponselnya pada Sebastian.

Senyuman puas tergambar pada wajah orang nomor satu di kalangan pengusaha itu. Kemudian mengedipkan sebelah mata pada Arabella sebelum kemudian memasukkan nomor telepon ke dalam ponselnya.

Melihat kedipan genit itu, membuat Arabella sesak nafas. Apa-apaan ini? batinnya mengutuk Sebastian karena menyamakan diri dengan wanita lain yang bisa digoda dengan kedipan mata.

Notifikasi pesan masuk beberapa kali membuat ponsel Arabella kembali bergetar. Dilihatnya layar terang itu, ada pesan masuk dari Wiliam dan nomor baru. Ia lebih tertarik membuka pesan dari nomor yang tidak dikenal itu.

08134xxxxxxx

[Kamu terlihat lebih cantik Saat bangun tidur dengan segala make up luntur dan wajah Hangover-mu.]

Pada akhir chat disertai emoticon wajah tertawa dengan dua mata bergambar hati.

Ya ampun! Ini nomor Sebastian, batin arabella menjerit. Segera ia simpan nomor itu dengan sebuah nama konyol.

Sebadut

[Makan siang denganku?]

Kembali Arabella mendelik. Baru saja ia memberikan nomor teleponnya. Lelaki itu langsung mengajaknya makan siang.

Arabella

[Maaf aku sedang sibuk. Lain waktu, ya?]

Sebadut

[Klub Collusion. Tidak ada penolakan. Atau soal tadi malam aku akan umumkan disini, gimana?]

Arabela

[Kau GILA!. Demi apa kita sedang rapat, kenapa malah bahas klub sih! Nanti aku diomeli bos ku. Lihatlah sekretaris mu di depan sedang persentasi. Dasar bos tidak berperasaan!].

Sebastian terkekeh tanpa suara membaca chat balasan dari Arabella. Ia kembali melirik ke arah seberang meja dimana seorang wanita sedang melotot ke arahnya. Bukannya marah, pemandangan itu malah membuat Sebastian gemas.

Bersambung....

Bab terkait

  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

  • Suami Untuk Arabella   Nanti Orang Bisa Curiga

    ...···#Pacific Place Resident# Di sudut kamar yang tenang, Cahaya matahari pagi menembus lembut melalui tirai tipis yang menggantung di jendela apartemen mewah itu. Di atas tempat tidur berukuran king, Arabella Horison dan CEO dari PT. Diamond Dynasty, William Mahardika, masih terlelap dalam dekapan hangat satu sama lain. Arabella merasakan hembusan napas William di lehernya, membawa kehangatan yang membuatnya enggan untuk bangun. Alarm ponsel di meja samping tempat tidur berdering pelan, mengingatkan mereka bahwa hari kerja telah tiba. Arabella membuka matanya perlahan, menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi cahaya lembut. Ia tahu, dalam beberapa menit, mereka harus beranjak dari kenyamanan ini dan menghadapi hari yang sibuk di kantor. "Will, ayo bangun. Sudah pagi, kita harus ke kantor". Bisik Arabella lembut di telinga sang kekasih. Jemari lentik nya mengelus pipi sang kekasih sampai ke rahang yang ditumbuhi rambut halus. Manik cokelat dalam

  • Suami Untuk Arabella   Aku akan Menikah

    "Luna Devani ? Bukankan dia model cantik yang terkenal itu ? kamu mengenalnya Honey ? Lalu acara apa yang akan kalian rayakan ?." Tanya Arabella merasa ada yang aneh dengan apa yang disampaikan sekretaris kekasih sekaligus bos nya tadi. "Not special, hanya acara keluarga. Jangan dengarkan Rara, dia selalu saja mengacaukan pesan dari ibuku." Kilah William bersungut-sungut. "Apa itu artinya Luna Devani, artis itu adalah keluargamu?." tanya Arabella bersemangat. "Orang tua kami bersahabat sejak dulu, aku sekolah sejak SD sampai SMA bersama dia." Ucap William. "Oh ya, Woww." Arabella semakin senang gadis desa yang polos itulah dia setiap melihat artis kota besar serasa melihat dewa-dewi penuh dengan glamor dan ketenaran Berbeda dengan William yang sejak kecil sudah bergelimang kemewahan bukan lagi dia mengejar artis tetapi justru para artis yang mengejar William hanya saja Arabella tidak pernah tahu kehidupan William selain apa yang ia temui di kantor

  • Suami Untuk Arabella   Bertemu Pria Asing

    Dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam, Arabella langsung mengambil ponselnya dan menelepon Sofia, sahabatnya. Mereka sudah lama bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Ringtone ponsel Sofia berbunyi beberapa kali sebelum diangkat. "Halo, Ara? Ada apa?" suara Sofia terdengar cemas di ujung telepon. Terdengar isakan Arabella di seberang. "Sofia...," bisik Arabella dengan suara gemetar, "William bilang dia mau nikah sama cewe lain." Suara Sofia terdiam sejenak, kemudian penuh belas kasihan. "What the f**k. Lo gak bercanda kan ? Lo dimana sekarang? Mau gue jemput?" Arabella menggeleng pelan. "Nggak perlu, gue bakal ke sana. Gue butuh lo, Fia." Sofia mengangguk, meskipun Arabella nggak tidak melihat. "Gue bakal nungguin lo di sini, Ara. Ayo, kita bakal hadapi ini bareng-bareng." Air mata Arabella masih ngalir saat dia menutup teleponnya. Dia merasa sedikit lega dengan kehadiran sahabatnya, meskipun hatinya masih hancur.

  • Suami Untuk Arabella   Jaga Nama Baik Keluarga

    ........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru

Bab terbaru

  • Suami Untuk Arabella   Tidak ingin Bertemu Lagi

    ...... “Aku akan menyerahkan cek kosong. Kau bisa menulis nominal berapapun yang kau mau di sana. Ini sebagai tanda rasa bersalahku karena sudah melakukannya padamu,” ucap Sebastian tulus sambil menatap wajah cantik di sampingnya. Sebastian ikut berbaring di samping Arabella. Nafas mereka terasa berat malam ini, begitu intim dan panas. Bulir keringat tercetak sampai di alas tidur mereka. Dia tidak bermaksud menghargai gadis itu dengan uang, tapi sebagai ganti rasa bersalah, Sebastian merasa tidak ada salahnya. Toh, semua wanita pada dasarnya sangat menyukai uang, bukan? “Aku tidak mau cekmu. Pak, aku bukan wanita penghibur. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari pria jahat tadi,” kata Arabella. Dia bangun dan memungut pakaiannya. Sebastian ikut terduduk. Dia menatap punggung mulus itu yang kini tengah sibuk memakai pakaiannya kembali. “Kau mau kemana?” tanya Sebastian buru-buru sambil memakai kembali pakaiannya. “Aku akan pergi dari sini,” jaw

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part 2)

    ... ... "Kau sudah sangat basah, baby.." Ucap Sebastian sambil tersenyum puas melihat Arabella semakin terangsang oleh sentuhannya. Arabella menggigit bibirnya saat merasakan jari-jari itu mulai mengaduk-aduk dirinya. Rasanya sungguh gila. "Pak.., cukup! Aku tidak tahan!" Lirih Arabella dengan wajah sayunya. "Katakan, apa yang kau inginkan sekarang, wanita nakal?" Sebastian memagut bibir Arabella. Bibir merah mereka itu bagian candu bagi Sebastian. Tidak pernah dia menemukan bibir seindah itu. "Aku menginginkan sentuhanmu..Sekarang!" Jawab Arabella lantang. Sebastian tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan memakanmu sampai kau merintih kesakitan." Kata Sebastian. Dia kemudian memposisikan dirinya di atas Arabella. Wanita itu membuka kakinya lebar-lebar demi Sebastian bisa memuluskan aksinya. Sebastian agak kesulitan ketika hendak membobol Arabella. "Kenapa kau sangat sempit? Jangan bilang kau memang masih perawan." Tanya Sebastian sambil menatap wajah Arabella

  • Suami Untuk Arabella   Malam Panas 21+ (Part. 1)

    "Ck, sungguh menyusahkan! Tidak kemarin malam, hari ini kau selalu menyusahkan." Keluh Sebastian. Ting! Pintu lift terbuka dengan. Arabella merasakan tubuhnya diangkat dan digendong, meskipun dalam keadaan mabuk. CEO Microsoft Corporation itu, sekaligus pemilik beberapa hotel termewah di ibukota, membawanya masuk ke dalam lift hotelnya sendiri. Malam ini, Sebastian kebetulan datang untuk melakukan audit bulanan. Kebetulan yang tak terduga malah mempertemukannya dengan Arabella disini, bukankan mereka sudah janji akan bertemu di klub? Ahh..sudahlah yang penting sekarang bagaimana meyelamatkan wanita ini dari pria asing tadi. Dia sepertinya telah diberi sesuatu oleh pria yang tadi menggendongnya. Entah apa yang akan dilakukan pria itu, Sebastian tidak ingin hal buruk terjadi di hotelnya. Dengan susah payah, ia mengeluarkan cardlock dari saku sambil menggendong Arabella, membuat pergerakannya terbatas. Pip, pip, pip! Sensor pintu menyala, dan pintu terbuka otomatis. Sebasti

  • Suami Untuk Arabella   Obat Perangsang

    #Kub Colloseum# Malam itu di sebuah klub malam ternama #Klub Colloseum# Malam itu disebuah klub ternama di Jakarta. Ruangan bersinar terang dengan lampu neon biru dan hijau yang berkelap-kelip, menciptakan suasana yang mengundang dan misterius. Musik elektronik berdentam keras, memompa semangat para pengunjung yang menari dan bercakap-cakap di lantai dansa. Arabella masuk ke dalam klub, menarik perhatian banyak mata dengan penampilannya yang menawan. Dengan gaun merah menyala yang memeluk lekuk tubuhnya dan rambut yang tergerai indah, dia terlihat begitu memesona. Dia melangkah menuju bar, mencari tempat untuk duduk sambil menunggu Sebastian. Dia datang ke sini bukan karena ingin, tapi karena terpaksa. Sebastian, Ah! Pria yang menyebalkan itu,dia mengancam akan membocorkan kejadian di malam saat ia mabuk malam itu ke rekan-rekan kantor, terutama William jika Arabella tidak menemuinya malam ini. "Ish! Dimana dia? Kok belum keliatan juga?" gerutu Arabella teru

  • Suami Untuk Arabella   Cemburu

    Suara berderak di kepala Arabella seolah disambar petir. Dia terperangah melihat siapa yang memasuki ruangan. "Sebastian Vanderwood?" Sebastian melepaskan pelukan dengan William dan menoleh ke arah Arabella, senyum liciknya semakin lebar. "William, kamu benar-benar beruntung memiliki tim yang hebat," katanya sambil berjalan mendekat. "Dan siapa ini? Saya belum diperkenalkan." William, dengan bangga, memperkenalkan Arabella. "Sebastian, ini Arabella, salah satu Manager terbaik kami." Sebastian mengulurkan tangannya dengan senyum menggoda. "Senang bertemu dengan Anda, Arabella. Saya Sebastian Vanderwood." Arabella, meskipun merasa gugup, menjabat tangan Sebastian dengan mantap. " Senang bertemu dengan Anda, Pak Sebastian," katanya dengan sopan, meskipun hatinya berdebar keras. Dalam pikirannya, dia merasa cemas. "Apakah dia tahu?" Saat mereka berjabat tangan, Sebastian menatap mata Arabella dengan intensitas yang membuatnya semakin gugup. Ia tersenyum kaku, seola

  • Suami Untuk Arabella   Kedatangan Klien Penting

    "Kita....Kamu...Aku.., Apa yang kamu lakukan kepadaku!" teriaknya marah menahan Isak. Sebastian tertawa, suara cerahnya menggema di sekitar ruangan yang mewah itu. Ia tak tahan Lagi bersandiwara seperti ini. Lesung pipi terlihat di kedua pipi Sebastian saat ia tertawa lepas. Arabella merasa dadanya berdebar kencang, tidak hanya karena tawanya yang menular, tetapi juga karena pesona yang terpancar dari dirinya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan betapa tampannya Sebastian dalam cahaya pagi itu, dengan rambut Hitam sedikit basah karena keringat dan sedikit berantakan, menambah ketampanannya berkali lipat. "Tenang saja, Nona. Aku hanya bercanda. Kita hanya berdua mabuk kemarin malam. Aku membawamu ke sini karena kasihan saja. Kau sangat merepotkan." Arabella merasakan kalau dirinya sudah dikerjai, membuat wajahnya memerah karena malu dan kesal. ketegangan di tubuhnya mereda sedikit. "Ah, kamu membuatku kaget Tuan." "Astaga! Jam

  • Suami Untuk Arabella   Kamar siapa ini ?

    Bab 7 Justin mengernyit, bingung. "Siapa ini 'My W'? Kenapa dinamakan 'My W'? Apa artinya 'W' itu?" pikir Justin, mengarahkan ponsel lebih dekat untuk melihat lebih jelas. Nama kontak itu terus memancing rasa penasarannya, dan pikirannya mulai berlari liar. "Walang Sangit?" dia mendengus, membayangkan kemungkinan konyol pertama yang terlintas di pikirannya. "Tidak mungkin." "Wong edan?" Justin tertawa kecil pada dirinya sendiri, menyadari betapa absurdnya pikirannya saat itu. "Masa iya, sih?" Sementara ponsel terus bergetar, Justin mencoba berpikir lebih rasional. "Mungkinkah itu sahabat atau keluarganya yang mencari Arabella? Atau mungkin seseorang yang sangat dekat dengannya?" Justin mulai merasa bimbang. Di satu sisi, dia merasa harus mengangkat telepon itu untuk memberi tahu orang yang mungkin khawatir tentang keadaan Arabella. Di sisi lain, dia tidak tahu siapa 'My W' ini sebenarnya. "Apa mungkin itu suaminya atau pacarnya?" Just

  • Suami Untuk Arabella   My W ?

    "Ingat pesan papa, jangan buat malu keluarga!ucapnya sekali lagi sambil menepuk pundak William kemudian berlalu. Wiliam termangu dalam kehancuran. Hatinya sakit mengetahui tidak akan mungkin hubungan dengan Arabella dapat tetap berjalan seperti saat ini. Tidak mungkin mereka bisa bertemu dengan bebas di saat nanti sudah ada Luna Defani dalam kehidupannya. William menghentikan BMW 7 Series hitamnya di tempat parkir khusus untuk pemilik apartemen yang ia beli untuk Arabella. Ia melangkah gontai yang masuk ke tempat di mana Arabella biasa menunggunya datang. Rangkaian kalimat telah Ia persiapkan untuk menjelaskan kondisi dengan sebaik mungkin. Tidak ada yang lebih menghancurkan bagi hatinya selain melihat Arabella menangis karena telah Tersakiti. "Aku tidak akan melepaskanmu, Honey." gumamnya dalam hati. Ia tidak sanggup jika harus berpisah dari Arabella. Wanita satu-satunya yang ia cintai. Saat sudah didepan unit Arabella, William membuka pintu dengan tangan yang sedikit gemeta

  • Suami Untuk Arabella   Jaga Nama Baik Keluarga

    ........ Pria itu kemudian bangkit. Ia membawa segelas minuman nya, diliriknya sekilas jam merk Richard mini yang berharga ratusan juta terlihat di pergelangan tangan. Modelnya mirip dengan salah satu jam tangan William yang pernah Arabella lihat. Fix, pria ini benar anak konglomerat. Tanpa pamit atau mengucap apa-apa, Ia pergi. Kursi di pojok bar menjadi pilihannya. lalu Ia memasukkan koin ke dalam juke box dan memilih lagu. Lagu yang ia pilih adalah lagu klasik milik Mariah Carey berjudul Without You. Untuk orang yang masih terlihat muda dan berada di akhir usia 20-an pilihan lagu ini Cukup tua. Arabella masih duduk di bar, menatap whiskey shower di depannya sambil mencoba melupakan panggilan dan pesan dari William. Matanya tiba-tiba tertuju pada pria asing tadi, Suara klik yang dihasilkan oleh mesin tua itu membuat Arabella sedikit tersentak dari lamunannya. Beberapa detik kemudian, alunan lembut sebuah lagu klasik itu mengalir keluar dari speaker, mengisi ru

DMCA.com Protection Status