"Ada polisi." Semua orang ada di sini, termasuk dengan Martin yang memegangi tangan Mas Giora, kini malah merasa ketakutan. "Kenapa dia ke sini?" ujar Yanto yang kini merasa heran. Semua warga yang ada di sini pun jadi ketakutan. Sampai tak lama kemudian, polisi ini beratnya kepada Wita dan Hani yang kebetulan ada di sana. "Permisi." "Ada apa yah?" "Kami dari pihak kepolisian, ingin menangkap saudara Andreas Giora karena sudah melalukan pembunuhan terhadap saudari Adrian Alvares Sanjaya." Semua orang yang ada ada di tempat ini terkejut mendengar berita ini, bahkan aku tidak mengerti kalau semuanya akan jadi seperti ini. "Wah, rupanya ada yang lebih parah dari sini yah." "Dia seorang pembunuh rupanya," kata Wita sambil tertawa dengan puas. Aku melirik kearah Mas Giora yang kini sudah ditangkap oleh pihak kepolisian, aku berusaha untuk mencegahnya. "Mas Giora, kamu tidak benaran membunuh kan?" tanyaku pada Mas Giora. Mas Giora hanya menggelengkan kepalanya,
Aku menatap kearah Serin dengan pandangan serius. Apa maksudnya mengatakan kalau istrinya Adrian menginginkan suamiku. "Maksud kamu apa Serin?" tanyaku. "Kamu tidak tahu, Lisa? Atau kamu pura-pura tidak tahu. Istrinya Adrian selalu datang ke rumah sakit ketika suaminya di rawat, dia melakukan itu karena ada Giora di sana juga."Aku tengah mencerna apa yang dikatakan oleh Serin barusan. Kemudian aku teringat waktu itu juga sempat melihat Nia ada di sana. Mungkin saja dia juga punya hubungan. "Jadi maksud kamu, mereka ketemu di rumah sakit itu? Tetapi waktu itu aku juga melihat Nia ada di sana. Nia juga suka dengan suamiku." Serin melihat kearahku dengan sekilas. Sebelum akhirnya dia mengatakan sesuatu. "Jangan bilang kalau Giora tidak memberitahumu?""Apa?" tanyaku menaikan sebelah alis heran. "Kamu tidak tahu istrinya Adrian siapa?" tanya Serin sambil melirik kearahku. Aku hanya menggelengkan kepala karena memang tidak tahu istrinya Adrian itu siapa, yang aku tahu kalau istrinya
"Kenapa Nia? Apa kamu merasa tersinggung?"Aku tersenyum puas dalam keadaan terikat, melihat ekspresi wajah dari Nia yang begitu kesal ketika aku melemparkan kenyataan ini. Syukurlah kalau dia sadar dengan hal ini. Plak Nia menampar keras pipiku, rasanya memang sedikit sakit dan begitu perih ketika aku merasakan hal ini. "Kamu wanita jalang, apa kamu tahu berhadapan dengan siapa? Kamu bilang begitu karena kamu tidak tahu apapun!" maki Nia dengan nada yang emosional. "Apa yang tidak aku ketahui?" pancingku karena memang penasaran dengan yang disembunyikan oleh mereka. Sebenernya aku juga ingin tahu sesuatu, tetapi untuk sementara ini. Aku tidak akan bertanya dulu. Walaupun dalam hati aku merasa sedikit kesal. "Kamu tahu awalnya Giora sangat mencintaiku, gara-gara aku dijodohkan dengan kakaknya, aku tidak bisa menikah dengan dia," marah Nia. "Hanya karena itu, faktanya sekarang Mas Giora mencintaiku.""Aku tahu, kalau dia sudah mencintaimu, Lisa. Tetapi aku akan membuat Giora men
Aku berlari dengan kencang, tidak peduli kalau kakiku kini sedang sakit, sampai menemukan jalan raya dan melihat orang yang memang ada di sini. "Tolong," kataku pada orang tersebut. "Ada apa?" orang tersebut dengan pandangan yang sedikit heran. Aku menunjuk kearah lokasi tempat di mana aku culik tadi. Kebetulan ada orang-orang di sini, mungkin mereka bisa membantu. "Teman saya sedang di keroyok di sana.""Ayo kita ke sana," kata bapak-bapak tersebut kepada temannya. "Ayo," katanya. Aku tersenyum karena mereka semuanya sangat baik dan mau membantu kita semuanya. Setidaknya masih ada orang baik yang mau menolong kita di saat yang seperti ini. Aku sendiri pun dibuat lega sekarang. "Terima kasih banyak."Aku mengatakan itu dan berjalan dibelakang bapak-bapak tadi. Sampai aku melihat Serin yang sudah dikeroyok oleh orang lain. "Hei kalian, jangan membuat keributan di sini!" kata bapak-bapak yang menolongku. Sampai orang yang tadi hampir melukai Serin pun sudah kabur ketakutan deng
Sesuai janji yang kemarin, sekarang aku bersama dengan Serin sudah berada di rumah sakit. Kami berdua hendak akan ke ruangan tempat di mana Tomas berasa. "Kamu jangan emosi yah, ibunya Tomas memang begitu." Serin sudah mewanti-wanti aku, aku juga tahu kalau ibunya Tomas memang sedikit barbar. Bahkan aku sendiri pun tidak menyangka sama sekali. "Iya Serin. Kamu tahu tidak usah khawatir kalau tentang itu. Semuanya akan baik-baik saja.""Baiklah kalau begitu."Sampai kami berdua sudah berada di depan ruangan. Kita berdua hendak akan masuk. Baru juga membuka pintu, ruangan ini sudah kosong. "Ke mana Tomas? Kok ada di ruangannya?" tanyaku sambil menoleh kearah Serin yang ada di dekatku. Begitu pun dengan Serin yang kini malah terlihat panik. "kenapa Tomas tidak ada di tempatnya."Serin menghampiri Suster yang tengah membereskan ruangan tersebut. Lalu dia bertanya dengan panik. "Di mana pasien yang dirawat di sini sus?" tanya Serin. "Pasien yang dirawat di sini kebetulan tadi pagi su
Kepalaku rasanya sedikit sakit, sampai aku menyadari kalau ini berada di rumah sakit. Aku memegangi kepalaku yang sepertinya diperban. 'Apa yang terjadi?'"Kamu sudah sadar, Lisa?" tanya Serin padaku. Seketika aku teringat dengan kejadian waktu aku tertabrak oleh mobil, aku tidak menyangka kalau akan jadi seperti ini. "Berapa lama aku di sini?" tanyaku pada Serin. "Baru sekitar 9 jam. Kamu tertabrak mobil, beruntung tidak terjadi hal yang buruk. Pelakunya sampai sekarang belum tertangkap, tim kepolisian tengah menyelidiki plat nomor mobil orang tersebut," terang Serin memberitahuku. Aku hendak akan bangun, tetapi Serin mencegahku sekarang. "Kamu masih sakit, Lisa. Lebih baik kamu diam dulu di sini.""Aku ingin pulang," kataku dengan nada yang masih kesal.Mengingat Mas Giora berbohong padaku, membuat aku malah semakin kecewa dengan dia. Harusnya Mas Giora mengatakan saja kalau Nia itu bukan Iparnya tetapi istri dari Adrian. "Lisa, kamu harus menjaga kondisi kesehatan kamu sekara
Serin memelukku dan dia berusaha untuk membuat aku merasa tenang sekarang. Dia tahu kalau aku tengah bersedih sekarang. "Ada apa sebenarnya Lisa?" tanya Serin yang sepertinya merasa penasaran dengan kejadian ini. Aku hanya bisa menangis dalam pelukannya. Sejujurnya aku sendiri pun tidak tahu harus jadi seperti ini. Bahkan tidak mungkin melakukan kesalahan. "Rumahku terbakar, aku tidak tahu harus tinggal di mana lagi sekarang," kataku sambil menangis dalam pelukan Serin. Serin nampak terkejut dengan semuanya. Bahkan aku sendiri pun tidak tahu harus melakukan apalagi setelah ini. "Terbakar? Bagaimana bisa?" tanya Serin yang sedikit marah. "Aku juga tidak tahu, Serin. Mengapa semuanya bisa terjadi seperti ini.""Yaudah kalau begitu, kamu tenang dulu okeh, lebih baik kamu fokus kepada kesehatanmu sekarang. Aku akan berusaha untuk menyelidiki semuanya," kata Serin. "Kamu yakin Serin?" tanyaku pada Serin. "Aku akan menyuruh anak buahnya Tomas menyelidiki ini," ujar Serin. Aku hanya
Aku senang karena Tomas sudah berhasil kabur dari ibunya yang jahat itu. Semoga saja Tomas tidak akan tidak akan tertangkap lagi nanti. "Lisa, ngapain kamu senyum-senyum?"Aku baru menyadari kalau Serin baru saja masuk ke dalam ruanganku, aku tersenyum sambil melirik kearah dirinya. Dia mau datang ke tempat ini saja sudah membuat aku merasa senang. "Ada berita bagus. Tadi Tomas menghubungimu dan aku yang mengangkat teleponnya," kataku membuat Serin terkejut. "Tomas sudah sadar?" kata Serin yang kini terlihat bahagia. Terlebih kalau sampai Tomas bisa selamat, ini akan sangat menguntungkan untuk dirinya. "Iya, dia sedang bersembunyi dan ingin memberimu kabar tadi.""Terus dia di mana sekarang?" "Tadi bilangnya di jalan mustika lagi bersembunyi dari ibunya. Pas aku bilang butuh bantuan biar kita ke sana, tetapi Tomas menolaknya, dia bilang akan menghadapinya nanti bersama dengan para anak buahnya," terangku. "Kamu sudah memberitahu tentang keadaan suamimu yang masuk penjara itu?" t