KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 18Dua bulan setelah kejadian di rumah ibuku. Aku sama sekali belum pergi ke sana, begitu juga dengan ibu dan Mbak Gina. Mereka berdua memang benar-benar menganggap aku juga ikut terlibat dalam pernikahan kedua Mas Fadli.Kata sabar, itu yang selalu suamiku ucapkan saat aku mengeluhkan tentang perlakuan mereka berdua padaku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang pernikahan kedua Mas Fadli malah ikut dimusuhi. Entah apa kabarnya sekarang? Mungkin, Mbak Gina sudah mengambil jalur perceraian dari pada hidup dimadu.Ya, wanita mana yang sanggup dimadu? Bahkan, kalau itu terjadi denganku, aku akan mengambil keputusan yang sama. Lebih baik bercerai dari pada harus berbagi suami dengan wanita lain."Ada lagi yang harus kami bantu, Pak?" ucap tukang bangunan."Sudah selesai, Pak. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuannya, Pak. Tanpa bantuan kalian, pasti pindahannya menjadi lama," "Sama-sama, Pak Ilham. Kalau begitu, kami semua pamit undur diri
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 19PoV Gina."Mereka datang ke sini?" tanya Ibu setelah aku mengambil ponselku dari seorang ibu-ibu, yang membantu mengangkat Ibu ke rumah warga di pinggir jalan. Ibu jatuh saat motor yang kukendarai oleng dan menabrak pohon.Ibu mengalami luka lecet, namun Ibu merasakan sakit di kakinya, mungkin terkilir.Aku sudah menelpon Anggita, tapi tidak diangkat. Aku pun menelpon nomor Ilham dan menyuruh ibu-ibu itu yang berbicara. Biar Anggita percaya."Itu mereka datang, Bu." Aku menunjuk ke arah Anggita dan Ilham yang turun dari atas motor."Ibu, Mbak Gina, kalian tidak apa-apa?" Raut kecemasan Anggita terlihat saat sudah berada di depan kami, dia duduk di samping Ibu dan memeriksa bagian apa saja yang terluka di tangan Ibu."Kaki Ibu sakit," lirih Ibu sambil memegangi kaki kanannya yang tampak susah digerakkan."Mas, pinjam mobil kakakmu boleh? Kita bawa Ibu ke rumah sakit," ucap Anggita yang menoleh ke arah Ilham di sampingnya. "Sebentar, Dek. Tu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 20"Mbak!" teriakku keras, saat melihat Mbak Gina mengangkat satu tangannya dan ingin menampar kakak iparku. "Apa yang Mbak lakukan?" Aku memegang tangannya cepat, jangan sampai perbuatannya ini membuatku malu di hadapan keluarga suamiku."Dia menyebut Mbak ulat bulu, Anggita!" ketus Mbak Gina seraya menepis tanganku. Lalu bersedekap dada melihat kakak iparku dengan kebencian."Kalau seperti ini, sebaiknya Mbak pulang saja, Kak Titin itu cuma becanda, tapi Mbak menanggapi candaannya dengan serius," kataku sambil masuk ke dalam kamar memberikan minum kepada Ibu."Yang salah itu kakak iparmu, Anggita. Gina orangnya tidak bisa dibawa becanda. Gina, sebaiknya kamu pulang saja, kamu akan di olok-olok kalau berada di sini," ucap Ibu. Mbak Gina melihat sekilas ke arah Ibu dan langsung pergi ke luar kamar."Ibu, jangan bicara begitu,""Anggita, jadi tidak ke dokternya?" tanya Kak Titin. "Sepertinya sudah terlalu sore, besok saja kita ke dokternya ya?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 21PoV Author."Kalau ibumu mau pulang biarkan saja, ibumu mungkin tidak betah tinggal di sini, karena di sini ramai orang, mungkin setelah Ibu dan semuanya pulang ke Bandung, baru ibumu betah di sini," ucap Bu Belinda yang membuat Bu Dira langsung mendelik menatapnya."Ya, Ibu akan pulang sekarang, Ibu tidak di hargai di sini," lirih Bu Dira. Dia merasa kalau besannya sudah menantangnya.'Aku harus bisa, aku tidak mau diremehkan sama besanku yang belum kukenal lama, dia pasti sengaja untuk mengujiku.' batin Bu Dira.Anggita tertegun melihat Bu Dira yang memaksakan dirinya untuk bangkit dari tempat tidur, dan menjuntaikan kakinya kebawah secara perlahan.'Aduh! Sakit sekali!' batin Bu Dira, Ia meringis sambil mengigit bibir. Kakinya terasa sangat sakit saat menapakkan kakinya ke lantai, Ia berdiri dan berjalan satu langkah dengan pincang.Langka ke tiga, Bu Dira tampak menyerah sambil memegangi lututnya dengan suara yang terdengar meringis."K
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 22"Berani sekali kau menamparku!" hardik Mbak Gina, dia mendekati Kak Irna dan ingin membalas menamparnya."Mbak, berhentilah bersikap arogan," cegahku cepat, Mbak Gina menurunkan tangannya yang sudah terangkat ke udara dan menoleh menatapku tajam."Dia sudah menampar saudaramu, Anggita. Kenapa kamu terlihat santai dan tidak membelaku? Aku saudara kandungmu sendiri, balas perbuatan wanita ini!" ucap Mbak Gina dengan amarah."Bukan hanya satu wanita mura-han yang menggoda suamiku! Yang bersikap sama sepertimu, Gina. Aku percaya seratus persen kepada suamiku," kata Kak Irna."Akan kujelaskan semuanya. Kemarin malam, saat aku mau ke rumah teman, Irna menyuruhku untuk langsung mengantarkan Gina pulang ke rumahnya apabila motor yang ada di bengkel belum selesai diperbaiki. Jadi, saat hampir sampai di bengkel, Gina minta langsung diantarkan pulang, saat arah pulang ke rumah. Tiba-tiba ...," ucapan Bang Rudi menggantung karena Mbak Gina tiba-tiba la
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 23Mobil masuk ke halaman rumah. Ketiga kakak iparku dan suaminya masing-masing duduk di teras. Kak Irna menyuruhku untuk segera turun dari mobil."Ada apa, Kak?" tanyaku, setelah berada di dekat Kak Irna."Ibumu, tadi nangis," jawab Kak Irna."Dek, kamu kasih ke Ibu, ya?" Mas Ilham memberikan kotak kue yang di pegangnya padaku. Aku menganggukkan kepala dan berlalu masuk ke dalam rumah.Kuketuk pintu kamar yang Ibu tempati. Ibu duduk dan menyuruhku untuk masuk dan menutup pintu. Ada apa dengan ibu?"Ibu, kenapa?" tanyaku, mata Ibu tampak basah. Entah apa yang membuatnya menangis?"Apa ini?" Ibu balik bertanya sambil menunjuk ke arah kotak yang kuletakkan di sampingku duduk."Selamat nambah umur, ya, Bu? Ini kue dari Mas Ilham," ucapku. Ibu menyeka air matanya yang tersisa di sudut mata."Cuma ini?" tanyanya membuat keningku mengkerut dalam.Ibu bilang cuma ini? Padahal, ini kue kesukaannya yang dibeli Mas Ilham dari toko kue langganan Ibu."Ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 24PoV Author."Anggita, Ilham," panggil Bu Dira, perhatian Anggita dan Ilham yang melihat tv langsung teralihkan ke arah Bu Dira yang sudah duduk di sofa lainnya."Iya, Bu. Ada apa?" sahut Ilham dan bertanya."Boleh tidak kalau Ibu tinggal di sini? Ibu mau tinggal di sini, bersama kalian berdua," ucap Bu Dira, setelah hampir tiga Minggu tinggal di rumah Ilham dan Anggita, Bu Dira merasa nyaman dan enggan untuk pulang ke rumahnya."Tinggal di sini?" tanya Anggita, memastikan lagi bahwa apa yang di dengarnya tidak salah. Ia sedikit terkejut mendengarnya. "Ibu mau tinggal di sini bersama dengan kami?" ulang Anggita."Iya," sahut Bu Dira sembari mengangguk cepat."Kalau Ibu mau tinggal bersama kami, kami sangat senang mendengarnya, Bu. Tinggal lah bersama kami semaunya yang Ibu mau, karena Ibu adalah Ibu kami, tidak mungkin kami melarangnya dan menolak." Ilham berbicara dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.Tentu saja Ilham bahagia, karena keing
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGSelamat membaca🥰BAB 25Setelah Ibu pulang dari rumahku, tidak sekali pun Ibu menelpon untuk minta dijemput, aku pun tidak mempertanyakannya, mungkin Mbak Gina memang benar-benar melarang Ibu untuk tinggal bersama kami."Anggita, boleh ambil minyak goreng dulu tidak? Soalnya, uangku ketinggalan nih," ucap tetanggaku, pelanggan pertama yang datang saat toko sembako milik kami baru di buka."Boleh, ambil aja," sahutku seraya tersenyum. Tetanggaku itu pulang setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan.Sudah satu bulan toko sembako kami buka, dan Alhamdulillah sekali, semakin hari pelanggan kami semakin ramai. Sebab, di gang tempat kami tinggal hanya kami yang membuka toko sembako.Deru motor terdengar berhenti di depan toko, sepertinya aku mengenal suara motor itu, aku bangkit dari tempat duduk menuju ke depan toko."Kak Arini?" Aku heran dengan kehadiran Kak Arini."Wih, keren banget kamu, sudah sukses sekarang ya?" Kak Arini turun dari motor sambil