BAB 17PoV Author.Brak!Setelah melaksanan kewajiban sholat magrib. Anggita terperanjat mendengar pintu utama di buka dan di tutup dengan kasar oleh Gina.Cepat Anggita membuka mukena dan melipat sajadah, dan keluar dari dalam kamar.Bu Dira yang juga mendengar ikut keluar kamar, dan melihat Gina yang sudah terduduk di lantai dengan menyandarkan badannya ke pintu sambil memegangi kepalanya."Gina? Kamu tidak jadi menginap di rumah mertuamu? Mana Fadli?" Bu Dira menyibak gorden dan membuka jendela, Ia menyembulkan sedikit kepalanya melihat ke luar rumah dan tidak mendapati siapa pun di luar rumah.Gina terisak sambil mengumpat, dia tidak menyangka bahwa Ana sudah menikah dengan suaminya dari setahun yang lalu."Mas Fadli sudah menikah tanpa sepengetahuanku, Bu." lirih Gina sambil memeluk lutut."Menikah? Fadli? Gimana ceritanya? Ibu tidak mengert-""Mas Fadli sudah menikah lagi, Bu! Dia sudah menikah dari satu tahun yang lalu!" teriak Gina sembari bangkit menuju ke dalam kamar. Dia
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 18Dua bulan setelah kejadian di rumah ibuku. Aku sama sekali belum pergi ke sana, begitu juga dengan ibu dan Mbak Gina. Mereka berdua memang benar-benar menganggap aku juga ikut terlibat dalam pernikahan kedua Mas Fadli.Kata sabar, itu yang selalu suamiku ucapkan saat aku mengeluhkan tentang perlakuan mereka berdua padaku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang pernikahan kedua Mas Fadli malah ikut dimusuhi. Entah apa kabarnya sekarang? Mungkin, Mbak Gina sudah mengambil jalur perceraian dari pada hidup dimadu.Ya, wanita mana yang sanggup dimadu? Bahkan, kalau itu terjadi denganku, aku akan mengambil keputusan yang sama. Lebih baik bercerai dari pada harus berbagi suami dengan wanita lain."Ada lagi yang harus kami bantu, Pak?" ucap tukang bangunan."Sudah selesai, Pak. Saya ucapkan terima kasih banyak atas bantuannya, Pak. Tanpa bantuan kalian, pasti pindahannya menjadi lama," "Sama-sama, Pak Ilham. Kalau begitu, kami semua pamit undur diri
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 19PoV Gina."Mereka datang ke sini?" tanya Ibu setelah aku mengambil ponselku dari seorang ibu-ibu, yang membantu mengangkat Ibu ke rumah warga di pinggir jalan. Ibu jatuh saat motor yang kukendarai oleng dan menabrak pohon.Ibu mengalami luka lecet, namun Ibu merasakan sakit di kakinya, mungkin terkilir.Aku sudah menelpon Anggita, tapi tidak diangkat. Aku pun menelpon nomor Ilham dan menyuruh ibu-ibu itu yang berbicara. Biar Anggita percaya."Itu mereka datang, Bu." Aku menunjuk ke arah Anggita dan Ilham yang turun dari atas motor."Ibu, Mbak Gina, kalian tidak apa-apa?" Raut kecemasan Anggita terlihat saat sudah berada di depan kami, dia duduk di samping Ibu dan memeriksa bagian apa saja yang terluka di tangan Ibu."Kaki Ibu sakit," lirih Ibu sambil memegangi kaki kanannya yang tampak susah digerakkan."Mas, pinjam mobil kakakmu boleh? Kita bawa Ibu ke rumah sakit," ucap Anggita yang menoleh ke arah Ilham di sampingnya. "Sebentar, Dek. Tu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 20"Mbak!" teriakku keras, saat melihat Mbak Gina mengangkat satu tangannya dan ingin menampar kakak iparku. "Apa yang Mbak lakukan?" Aku memegang tangannya cepat, jangan sampai perbuatannya ini membuatku malu di hadapan keluarga suamiku."Dia menyebut Mbak ulat bulu, Anggita!" ketus Mbak Gina seraya menepis tanganku. Lalu bersedekap dada melihat kakak iparku dengan kebencian."Kalau seperti ini, sebaiknya Mbak pulang saja, Kak Titin itu cuma becanda, tapi Mbak menanggapi candaannya dengan serius," kataku sambil masuk ke dalam kamar memberikan minum kepada Ibu."Yang salah itu kakak iparmu, Anggita. Gina orangnya tidak bisa dibawa becanda. Gina, sebaiknya kamu pulang saja, kamu akan di olok-olok kalau berada di sini," ucap Ibu. Mbak Gina melihat sekilas ke arah Ibu dan langsung pergi ke luar kamar."Ibu, jangan bicara begitu,""Anggita, jadi tidak ke dokternya?" tanya Kak Titin. "Sepertinya sudah terlalu sore, besok saja kita ke dokternya ya?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 21PoV Author."Kalau ibumu mau pulang biarkan saja, ibumu mungkin tidak betah tinggal di sini, karena di sini ramai orang, mungkin setelah Ibu dan semuanya pulang ke Bandung, baru ibumu betah di sini," ucap Bu Belinda yang membuat Bu Dira langsung mendelik menatapnya."Ya, Ibu akan pulang sekarang, Ibu tidak di hargai di sini," lirih Bu Dira. Dia merasa kalau besannya sudah menantangnya.'Aku harus bisa, aku tidak mau diremehkan sama besanku yang belum kukenal lama, dia pasti sengaja untuk mengujiku.' batin Bu Dira.Anggita tertegun melihat Bu Dira yang memaksakan dirinya untuk bangkit dari tempat tidur, dan menjuntaikan kakinya kebawah secara perlahan.'Aduh! Sakit sekali!' batin Bu Dira, Ia meringis sambil mengigit bibir. Kakinya terasa sangat sakit saat menapakkan kakinya ke lantai, Ia berdiri dan berjalan satu langkah dengan pincang.Langka ke tiga, Bu Dira tampak menyerah sambil memegangi lututnya dengan suara yang terdengar meringis."K
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 22"Berani sekali kau menamparku!" hardik Mbak Gina, dia mendekati Kak Irna dan ingin membalas menamparnya."Mbak, berhentilah bersikap arogan," cegahku cepat, Mbak Gina menurunkan tangannya yang sudah terangkat ke udara dan menoleh menatapku tajam."Dia sudah menampar saudaramu, Anggita. Kenapa kamu terlihat santai dan tidak membelaku? Aku saudara kandungmu sendiri, balas perbuatan wanita ini!" ucap Mbak Gina dengan amarah."Bukan hanya satu wanita mura-han yang menggoda suamiku! Yang bersikap sama sepertimu, Gina. Aku percaya seratus persen kepada suamiku," kata Kak Irna."Akan kujelaskan semuanya. Kemarin malam, saat aku mau ke rumah teman, Irna menyuruhku untuk langsung mengantarkan Gina pulang ke rumahnya apabila motor yang ada di bengkel belum selesai diperbaiki. Jadi, saat hampir sampai di bengkel, Gina minta langsung diantarkan pulang, saat arah pulang ke rumah. Tiba-tiba ...," ucapan Bang Rudi menggantung karena Mbak Gina tiba-tiba la
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 23Mobil masuk ke halaman rumah. Ketiga kakak iparku dan suaminya masing-masing duduk di teras. Kak Irna menyuruhku untuk segera turun dari mobil."Ada apa, Kak?" tanyaku, setelah berada di dekat Kak Irna."Ibumu, tadi nangis," jawab Kak Irna."Dek, kamu kasih ke Ibu, ya?" Mas Ilham memberikan kotak kue yang di pegangnya padaku. Aku menganggukkan kepala dan berlalu masuk ke dalam rumah.Kuketuk pintu kamar yang Ibu tempati. Ibu duduk dan menyuruhku untuk masuk dan menutup pintu. Ada apa dengan ibu?"Ibu, kenapa?" tanyaku, mata Ibu tampak basah. Entah apa yang membuatnya menangis?"Apa ini?" Ibu balik bertanya sambil menunjuk ke arah kotak yang kuletakkan di sampingku duduk."Selamat nambah umur, ya, Bu? Ini kue dari Mas Ilham," ucapku. Ibu menyeka air matanya yang tersisa di sudut mata."Cuma ini?" tanyanya membuat keningku mengkerut dalam.Ibu bilang cuma ini? Padahal, ini kue kesukaannya yang dibeli Mas Ilham dari toko kue langganan Ibu."Ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 24PoV Author."Anggita, Ilham," panggil Bu Dira, perhatian Anggita dan Ilham yang melihat tv langsung teralihkan ke arah Bu Dira yang sudah duduk di sofa lainnya."Iya, Bu. Ada apa?" sahut Ilham dan bertanya."Boleh tidak kalau Ibu tinggal di sini? Ibu mau tinggal di sini, bersama kalian berdua," ucap Bu Dira, setelah hampir tiga Minggu tinggal di rumah Ilham dan Anggita, Bu Dira merasa nyaman dan enggan untuk pulang ke rumahnya."Tinggal di sini?" tanya Anggita, memastikan lagi bahwa apa yang di dengarnya tidak salah. Ia sedikit terkejut mendengarnya. "Ibu mau tinggal di sini bersama dengan kami?" ulang Anggita."Iya," sahut Bu Dira sembari mengangguk cepat."Kalau Ibu mau tinggal bersama kami, kami sangat senang mendengarnya, Bu. Tinggal lah bersama kami semaunya yang Ibu mau, karena Ibu adalah Ibu kami, tidak mungkin kami melarangnya dan menolak." Ilham berbicara dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.Tentu saja Ilham bahagia, karena keing
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 60"Dek, ini Kak Arini." Mas Ilham menyerahkan ponselnya padaku."Gimana, apa sudah selesai? Kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Sekarang ada di mana?" tanyaku yang langsung beruntun, sembari menatap saudaraku di layar ponsel.Akhirnya. Kak Arini menelpon lewat panggilan video. Setelah berjam-jam aku gelisah menunggu kabar. "Jangan cemas, aku sudah punya pengalaman dua kali melahirkan, semuanya baik-baik saja, keponakanmu juga sehat dan gemoy," imbuhnya, dan memperlihatkan bayinya yang tampak tidur di sampingnya. "Kakak lahiran normal di rumah," lanjutnya."Alhamdulillah, Kak. Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa makan karena memikirkanmu," kataku jujur. Memang itu adanya."Sekarang kamu makanlah, rasa khawatirmu sangat berlebihan, sana makan." ucapnya memberikan perintah."Besok jadi pulang 'kan?" Terdengar suara Ibu bertanya, lalu kamera ponsel Kak Arini mengarahkan pada Ibu yang duduk di sampingnya."Insyaallah jadi, Bu. Ibu sehat 'kan?"
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 59"Mas, siapa mereka semua?" tanyaku, sembari mengeluarkan putraku dari dalam mobil.Setelah itu, mataku tertuju kepada laki-laki dan dua perempuan yang berjalan semakin mendekat ke arah kami."Itu ayahnya Ilham. Ayah mertuamu." Ibu mertua berkata dengan suara yang sangat pelan."Ilham, apa kabar, Nak?""Alhamdulillah, Ilham baik. Ayah sendiri apa kabarnya?""Ayah baik. Kamu sudah menikah, tapi tidak memberitahu Ayah sama sekali, apa ini anakmu? Apa ini cucu Ayah?" Binar mata dan senyum bahagia terpancar jelas di wajah Ayah mertua. "Iya, ini anakku, cucu Ayah." sahut Mas Ilham, singkat."Ayah," panggilku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ayah mertua menyambutnya dengan baik, lalu aku beralih menyalami dua perempuan di sampingnya.Mas Ilham pernah bilang, kalau sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi, kenapa saat berhadapan langsung sikap mereka tampak biasa-biasa saja? Maksudku, tidak ada sama sekali adegan peluk-memeluk unt
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 58PoV Ilham."Ilham, kamu sama Malik tunggu di dalam sana saja. Pesan makanan apa saja. Biar Ibu sama Anggita ke sana sebentar, Ibu dan Anggita mau cari sesuatu." Ibu berbicara padaku sambil menunjuk ke arah toko pakaian wanita. Sudah jelas sesuatu yang sangat pribadi yang akan mereka cari."Pergilah, Ilham juga capek dari pagi keliling mal," sahutku sambil membawa langkah masuk ke dalam restoran cepat saji.Aku memesan makanan untuk kami makan siang. Sambil menunggu pesanan datang dan menunggu Ibu dan Anggita kembali. Kusempatkan untuk membawa putraku bermain perosotan yang tersedia di dalam restoran ini."Ilham," panggil seseorang dari belakangku.Aku membalikan badan melihat ke belakang, saat seseorang itu mendekat, aku langsung memberikan jarak. Wanita di depanku ini ingin meraih tanganku, namun kutepis dengan cepat.Ya. Siapa lagi kalau bukan Jasmin. Entah kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku sampai ke sini? Sungguh, tidak tahu ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 57Author PoV."Kenapa, Ilham? Apa yang membuatmu ingin pulang secepat ini? Bukannya kamu mau satu Minggu di sini?" tanya Bu Belinda dengan menatap Anggita dan Ilham bergantian. Bu Belinda terkejut dan heran, karena mendengar anak bungsunya yang tiba-tiba ingin pulang secepat itu."Mungkin, Ilham tidak suka kalau aku tetap berhubungan baik dengan kalian semua, Bu. Aku tidak ada bermaksud apa-apa, sungguh, aku hanya tidak bisa melupakan kalian semua, karena kita sudah seperti keluarga, kita bersama bertahun-tahun, mulai dari aku dan Ilham sekolah dan sampai saat kami hampir mau menikah, kenapa kamu tidak suka padaku, Ilham? Apa kamu masih sakit hati karena tidak jadi menikah denganku?" imbuh Jasmin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca. Sekilas dia menatap ke arah Anggita.Jasmin sengaja ingin membuat Anggita cemburu, dia pikir, dengan membuat Anggita mendengar ucapannya mengenai masa lalunya dengan Ilham, akan membuat Anggita marah karena
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 56"Kak, kenapa wanita itu ada di sini?" Kak Irna menoleh ke arahku, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit."Dia memang akrab dengan kedua kakak iparmu itu. Tapi, kamu tenang saja, kata Kak Titin. Jasmin sudah menikah. Dan aman dari plakor. Sudah, kamu jangan mikirin apa-apa ya?" bisik Kak Irna. "Kakak ini, kok bisa tahu sih kalau aku takut suamiku diambil pelakor? Syukur kalau Jasmin sudah menikah, aku pikir bakalan ada drama tentang ... hmm, sudahlah.""Jangan takut, adikku orangnya bisa menjaga mata dan hati. Insyaallah," kata Kak Irna sambil mengusap bahuku."Aamiin. Yang penting Jasmin sudah menikah. Oya, terimakasih atas kado yang Kak Irna beri padaku, aku suka." Aku memeluk Kak Irna sebentar, namun wanita yang kupeluk itu justru membalas memelukku lebih erat dan lama."Alhamdulillah kalau kamu suka. Sekarang, ayo kita ke depan." Kak Irna mengurai pelukan, dan beralih mengambil nampan yang sudah berisi gelas minuman dingin."Lain kali leb
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 55"Bu, besok aku dan Mas Ilham mau ke Bandung, apa Ibu mau ikut?" tanya Anggita pada Bu Dira yang tengah mencuci tangannya di wastafel.Setelah dua bulan akhirnya Anggita dan Ilham memutuskan untuk pergi ke Bandung besok pagi, rencana yang pernah tertunda karena sebuah musibah yang tidak terduga menimpa keluarganya."Kalian saja yang pergi, Ibu di sini saja, nanti minta kakakmu untuk menemani Ibu di sini," jawab Bu Dira sambil duduk di kursi yang ada di pintu dapur, dan melihat Anggita menyendokkan nasi dan lauk ke dalam piring."Baik lah, Bu. Nanti aku akan memberitahu Kak Arini agar datang ke sini, tapi, ibu yakin tidak mau ikut? Sekali-kali keluar rumah gitu," tanya Anggita sekali lagi. Berharap ibunya mau ikut pergi ke rumah Ibu mertuanya."Ibu yakin, Ibu titip salam saja sama Ibu mertuamu, bilang ke Ibu mertuamu. Ibu tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil, nanti hanya menyusahkan saja kalau Ibu ikut, kamu tidak lama 'kan, di sana?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 54Author PoV."Baru bangun kamu? Kamu pasti pura-pura pingsan, kan? Supaya digendong sama mantan suamimu itu!" Arini sedikit kaget sekaligus bingung. Sebab, melihat suaminya alih-alih marah tanpa menanyakan keadaannya."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Arini, dengan raut wajah kebingungan yang sangat jelas terlihat. Arini memijit pelipisnya seraya bangkit dari tempat tidur."Kalau mau balikan sama Jaya bilang sama aku. Jangan kayak gini caranya, ini sama saja kamu ingin menjatuhkan harga diriku sebagai seorang suami, aku cemburu saat tahu kamu diangkat oleh Jaya ke dalam kamar." Arini mendongak menatap Angga."Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas. Kamu tidak mengerti gimana rasanya diabaikan oleh anak-anak, simpan cemburumu itu," lirih Arini sambil bergerak turun dari ranjang. "Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa pingsan? Aku memang menyesali semuanya, tapi tidak untuk kembali kepada Mas Jaya, dan bercerai darimu." lanjut Arini."
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 53Ayam sudah selesai dipotong, kami beralih ke penjual ikan. Karena belanjaannya banyak, aku meminta jasa kuli panggul untuk membantu membawakan belanjaan kami."Bang, ikan yang ini lima kilo ya?" pinta Kak Irna dan meminta penjualnya untuk sekalian membersihkan ikan itu.Kak Irna melihatku sejenak, lalu wanita yang mempunyai tahi lalat diatas bibir itu mengukir senyum."Kamu kepikiran tentang nama Jasmin yang disebutkan Una tadi?" tanyanya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada abang-abang penjual ikan itu."Memangnya benar ya, Kak? Kalau Mas Ilham pernah hampir menikah?" "Semua orang punya kenangan masa lalu, jadi, jangan pernah mempertanyakan masa lalu mantan suamimu, ya? Sekarang, Ilham sudah menikah denganmu, dan sudah punya buah hati dari cinta kalian berdua. Masa lalu harus dibuang jauh-jauh, agar hidup akan terasa lebih bahagia dan sejahtera. Mengerti?" ucap Kak Irna."Mengerti, Kak." sahutku seraya men
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid