***Malam itu, langit di luar apartemen Anastasia begitu gelap. Hanya beberapa lampu jalan yang menerangi trotoar yang sepi. Maximilian melangkah masuk ke gedung apartemen, lelah setelah seharian bekerja karena banyak proyek yang akan ia kerjakan di luar negeri. Ia menarik napas panjang, berusaha melepaskan penat yang menumpuk sejak pagi. Saat ia sampai di lantai apartemen Anastasia, suara lembut sebuah piano terdengar samar dari balik pintu yang tertutup.Maximilian berhenti sejenak. Dia mengenali suara itu—piano yang dimainkan dengan penuh perasaan, dan diiringi suara merdu yang ia tahu betul. Itu suara Anastasia. Tanpa ragu, ia membuka pintu dan melangkah masuk.Matanya langsung tertuju pada sosok Anastasia yang duduk di depan piano di ruang tengah. Jari-jarinya bergerak lembut di atas tuts, dan suara nyanyiannya mengalun, menyatu dengan alunan piano yang dimainkan dengan indah. Anastasia tampak begitu tenang, seakan tenggelam dalam dunianya sendiri. Rambutnya yang panjang tergerai
***Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul ketika ponsel Anastasia berdering keras. Suara ponsel itu begitu nyaring di keheningan kamar yang masih gelap. Dengan mata yang setengah terpejam, Anastasia mengulurkan tangan dari balik selimut tebalnya, meraih ponsel di atas meja samping tempat tidur.Nama Lyra muncul di layar, dan tanpa berpikir panjang, Anastasia menjawab panggilan itu dengan suara yang masih serak. "Lyra... pagi-pagi begini, kenapa?" tanyanya sambil mencoba membuka matanya sepenuhnya."Anastasia, kau harus dengar ini. Sekarang," suara Lyra terdengar mendesak, penuh kegelisahan. "Album baru Elora... kau harus dengar semua lagunya. Ada sesuatu yang tidak beres."Anastasia mengerutkan kening, mencoba memahami maksud dari kata-kata Lyra. Ia mendudukkan diri di atas tempat tidur, matanya masih buram oleh kantuk. "Apa maksudmu? Apa hubungannya dengan aku?"Lyra menarik napas dalam-dalam di ujung sana, seolah mencoba menenangkan diri. "Dengar, aku baru saja mendengar album
***“Iri padamu?” tanya Anastasia tersenyum dengan ejekan, “bukankah kamu yang selalu cemburu dan iri padaku? Aku ini sempurna, kan? Aku cantik, aku berbakat dan juga bisa menggaet aktor besar seperti Leon Hale. Kamu meng-klaim aku iri hanya karena semua yang kamu dapatkan ini hasil curian?”Tanpa basa-basi, Elora mendekat, mengamati Anastasia dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan. “Jaga bicaramu, Anastasia!” kesalnya, lalu ia melanjutkan. “ah, akhirnya anak haram ini mengatakan hal yang lucu,” ucapnya dingin.Anastasia mengerutkan kening, merasa marah namun berusaha menahan diri. "Apa maksudmu, Elora?" tanyanya dengan nada tegas.Elora tertawa sinis, lalu tiba-tiba menampar pipi Anastasia dengan keras. Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang terkejut dan menghentikan aktivitas mereka.“Jangan berpura-pura tidak tahu!” seru Elora dengan suara tajam. “Kau hanyalah anak haram. Kau dilahirkan dari seorang wanita murahan. Ibumu tak lebih dari pelacur ya
***Maximilian duduk di tepi ranjang, menatap Anastasia yang tertidur pulas. Wajahnya tampak pucat, bahkan dalam tidur yang seharusnya memberinya ketenangan, alis wanita itu tetap berkerut, seolah menanggung beban yang terlalu berat untuk dipikulnya seorang diri.Tanpa sadar, tangan Maximilian bergerak membelai pipi Anastasia. Kulitnya terasa dingin, dan di bawah matanya terdapat lingkaran hitam yang jelas menunjukkan betapa lelahnya wanita itu. Ia tahu Anastasia menyimpan banyak luka—bukan hanya luka fisik, tetapi juga luka batin yang lebih dalam."Kenapa kita baru bertemu saat ini? Jika di masa lalu kita bertemu, aku pastikan menjagamu dengan baik." gumam Maximilian lirih, jari-jarinya masih dengan lembut menyusuri pipi Anastasia. Ada rasa sakit yang menusuk di hatinya saat melihat wanita itu tidak baik-baik saja. Ia tidak tahan melihat Anastasia terluka seperti ini, terluka karena orang-orang yang seharusnya tidak menyentuh hidupnya.Dengan hati-hati, Maximilian mendekatkan wajahny
***Anastasia terbangun dengan perasaan nyaman yang jarang ia rasakan. Tidurnya semalam sangat nyenyak, seolah semua mimpi buruk yang biasa menghantuinya hilang begitu saja. Ia menggeliat pelan di atas tempat tidurnya, menarik selimut hingga sebatas bahu.Saat ia hendak bangkit, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sosok di sebelahnya. Ia tertegun sejenak, menahan napas. Maximilian. Pria itu sedang berbaring di sampingnya, tertidur dengan tenang, seolah-olah ia adalah bagian dari mimpinya yang paling lembut. Seketika, kenangan tentang malam sebelumnya mengalir kembali ke dalam benaknya. Anastasia mengingat dirinya yang ketakutan, menangis dalam pelukan Maximilian. Dan, lebih dari itu, ia ingat bagaimana ia memohon padanya untuk tidak pergi, untuk tetap berada di sampingnya."Anastasia bodoh," gumamnya, menepuk pelan dahinya sendiri. Ia menggeleng, merasa sedikit malu mengingat bagaimana dirinya begitu lemah di hadapan Maximilian.Namun, meski malu, ada rasa hangat yang menjalar di da
***Di kediaman utama keluarga Kingsley...“Kenapa mendadak Maximilian mendadak membatalkan makan malam keluarga? Ini sangat aneh, biasanya anak itu tidak pernah ingkar janji,” gumam Selene.Selene duduk di sofa ruang tamu yang elegan, tangannya yang halus menggenggam secangkir teh. Pikirannya kalut. Malam ini, seharusnya menjadi momen penting. Maximilian, putranya, berjanji akan hadir untuk makan malam keluarga. Lebih dari itu, suaminya yang sudah lama pergi, akhirnya akan pulang. Malam ini, mereka seharusnya berkumpul—keluarga yang utuh. Namun, tiba-tiba Maximilian membatalkan janjinya tanpa alasan yang jelas.Selene menghela napas pendek, menatap bayangan dirinya di cangkir teh. Ia tidak bisa menahan perasaan bahwa ada sesuatu yang salah. Maximilian bukan tipe orang yang sembarangan membatalkan janji, apalagi jika itu berkaitan dengan ayahnya.Pintu ruang tamu terbuka pelan, dan Bryan, asisten setia keluarga Noire, melangkah masuk dengan tenang. Wajahnya, seperti biasa, tampak penu
***“Bintang malam ini sangat indah, ya. Tapi, dia kesepian,” lirih Anastasia, lalu ia menatap Maximilian yang juga menatap langit malam ini, “kamu tidak kesepian? Kamu hidup sendirian di jalanan, apakah kamu pernah berpikir kalau dunia ini kejam padamu?”Maximilian tersenyum, “aku tidak pernah berpikir dunia ini kejam, kita harus yang mengendalikan dunia, bukan dunia yang mengendalikan kita. Aku selalu ingin menjadi yang terbaik dan semua harus sempurna.” Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “aku hanya membenci diriku sendiri karena aku terlalu fokus pada kesempurnaanku tanpa melihat orang yang aku sayang butuh aku, aku mengabaikannya dan berpikir dia baik-baik saja karena selalu tersenyum.”“Dia adalah adikmu yang sempat kamu ceritakan?” tanya Anastasia.Maximilian mengangguk. “Iya, adikku satu-satunya dan penyesalan seumur hidupku itu adalah kebodohanku yang mengabaikannya sampai dia pergi karena menyimpan lukanya seorang diri. Jika waktu bisa diputar, aku ingin kembali pada hari
***Jonathan menghela napas panjang karena malam ini Bryan menghubunginya dan permintaan dari tuan mudanya itu sangat aneh, yaitu: menginginkan dirinya sebagai karyawan dan ia adalah boss-nya. Ia merasa kurang ajar kalau nanti Nyonya Selene tahu kalau putra laki-lakinya jadi karyawan restoran.“Jo, kenapa kamu terlihat bingung?” tanya Steven, kakaknya.“Tadi Bryan menghubungiku,” balas Jonathan.“Ada apa? Apakah Tante Selene mau booking restoran lagi? Bukankah kamu sangat senang kalau Tante Selene datang.”“Bukan itu. Ini masalah tentang Maximilian,” balas Jonathan.“Ada apa dengannya? Apakah kamu membuatnya marah?” tanya Steven.“Tidak. Dia memintaku untuk memainkan drama besok pagi, dia akan berpura-pura menjadi karyawan di restoran dan kamu tahu itu karena apa?”Steven menggelengkan kepalanya.“Itu karena seorang wanita. Aku terkejut karena akhirnya dia bisa tertarik pada seorang wanita,” balas Jonathan terkekeh.Steven terdiam, ia juga terkejut karena Maximilian rela berpura-pura
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di