Share

3. Cenayang.

Author: Seoravry
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'

Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.

“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.

Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'

“Nggak bisa.” Lagi-lagi.

'Apa dia cenayang ya?'

“Bukan.”

Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!”

“Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.

Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.

Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.

“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.

“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?”

Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.

Memiliki kebiasaan susah tidur di tempat asing, membuat Riri beberapa kali terbangun dari tidur. Terlebih saat ini dia sedang tidur di atap yang sama dengan seseorang yang baru saja dia kenal namanya beberapa jam yang lalu. Membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya membuat perasaan Riri menjadi resah.

Karena tak bisa tertidur lagi, Riri akhirnya terduduk dan menatap ke arah tempat tidur sebelah, di mana terdapat laki-laki tampan yang sedang tertidur.

“Ganteng sih, tapi sayang akhlaknya minus,” gumam wanita itu pelan. Tak lama, suara adzan subuh menggema. Wanita itu kembali menatap sang suami yang masih tertidur lelap. “Apa aku bangunin ya buat shalat subuh?... Tapi cara banguninnya gimana?”

Akhirnya, dengan pertimbangan yang sangat matang, Riri pun memutuskan untuk membangunkan Leon agar bisa shalat subuh berjamaah.

Tepat saat sebelum menyentuh laki-laki itu untuk dibangunkan, Riri kembali menunda pergerakannya dan membatin, 'Ini aku panggil dia apa? Mas, Sayang?'

“Terserah. Yang mana aja boleh.”

Untuk yang kesekian kalinya Riri dibuat kaget dengan suara Leon yang tiba-tiba menjawab, padahal barusan dia sedang berbicara di dalam hati.

Mata Leon yang awalnya terpejam kini terbuka perlahan-lahan lalu mengganti posisi tidurnya menjadi terlentang dan menatap ke atas langit-langit kamar hotelnya untuk mengumpulkan nyawa.

'Kayaknya dia beneran bisa baca pikiran deh.'

Kesal karena berulang kali Riri bertanya hal yang sama, Leon pun menyahut dengan nada menyolot. “Dibilang gak bisa ya gak bisa!... Ngeyel banget sih kalau dibilangin!”

“Ya tapi kan tadi aku bicara di dalam hati!” pekik Riri dengan suara tinggi.

Bukan hanya Leon yang kesal, dia pun kesal dengan ucapan dan nada bicara Leon yang terdengar sangat kasar.

Leon mengkorek-korek telinganya ketika mendengar suara Riri yang terdengar sangat melengking. “Kenapa bangunin aku di jam segini?!”

Untuk menguji bakat unik sang suami, Riri pun kembali bertanya dalam hati. 'Salat subuh. Mau bareng?'

Leon mendengus kesal lalu bangkit dari posisi tidurnya. “Ya udah... Ayo.” Laki-laki itu kemudian menurunkan kakinya ke lantai dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.

Mata Riri terbelalak ketika mendengar jawaban Leon. Sekarang, sudah bisa dipastikan kalau suaminya itu memang bisa membaca pikiran orang lain.

Tak ada hal lain yang bisa dilakukan Riri untuk mengagumi kemampuan suaminya selain berdecak kagum.

Terlalu takjub dengan kemampuan suaminya, Riri tidak sadar bahwa Leon telah menyelesaikan wudhunya.

“Heh!!!... Kenapa bengong?!”

Suara tinggi Leon lagi-lagi berhasil mengagetkan Riri yang sedang melamun.

“Bicara baik-baik apa nggak bisa sih, dari kemarin marah-marah terus.”

Wajah Riri kini cemberut. Sudah dari kemarin malam jantung Riri itu diajak senam secara terus-menerus karena suara tinggi Leon, sampai-sampai Riri merasa sudah saatnya dia pergi menemui dokter spesialis jantung.

Tak ingin disalahkan, Leon kembali menyahut dengan nada masih menyolot. “Ya kamu jangan bikin aku marah!!"

Rasanya, Riri ingin sekali mengakhiri pernikahannya karena perilaku Leon yang kasar. Namun, dia buru-buru menghapus keinginannya itu, karena menjadi janda di usia pernikahan baru semalam itu suatu hal yang tak patut dibanggakan.

Akhirnya, untuk menghindari perdebatan, Riri memutuskan pergi mengambil air wudhu saja. Setelah selesai berwudhu dan keluar dari kamar mandi, Riri melihat Leon yang sedang berdiri menunggunya untuk menjalankan ibadan bersama.

Leon terlihat sangat-sangat tampan ketika menggunakan sarung dan peci. Aura premannya langsung pudar dan hilang begitu saja.

Setelah selesai shalat subuh bersama, mereka berdua pergi kerestoran untuk sarapan. Sarapan yang kepagian, sebab jam masih menunjukkan pukul 05.25 pagi.

“Habis ini langsung beresin barang-barang kamu," ucap Leon di sela-sela makannya.

“Mau ngapain?” “Ya pindahlah... Kamu mau selamanya tinggal di sini?!”

Riri bingung sekaligus penasaran. Ke mana dia dan Leon akan pindah?

Apakah mereka akan pindah ke rumah yang berukuran 5x8 meter itu ... Rumah di mana Riri berteduh dan difitnah berbuat zina?

Tapi bukankah di sana tempat tinggal teman-teman Leon? Masa iya, dia harus satu rumah dengan orang-orang asing, apalagi di sana hanya ada laki-laki saja.

'Masa iya sih kita tinggal bareng-bareng sama mereka? Apa nggak disuruh nikah lagi aku sama warga di sana?' pikir Riri dalam hati.

“Kita pindah ke rumah aku yang di Bandung.”

Jawaban Leon yang menyahuti kata hatinya itu berhasil membuat Riri tersedak makanan.

Riri meminum air putih yang diberikan Leon dengan terburu-buru. Sepertinya dia lupa dengan kemampuan hebat suaminya itu.

"Kedengaran ya? Hehehe...” Riri menyengir kuda ketika mengingat kemampuan suaminya. “Emangnya kamu punya rumah di sana?”

“Punya.”

Riri menatap dengan sangat intens ke arah suami barunya. Ingatan tentang pembicaraan Leon semalam terlintas di benak Riri. “Kamu mau pindah?” tanyanya lembut.

“Nggak.”

“Ck... Terserah!”

Sepertinya dia sudah pasrah dengan tutur bahasa suaminya yang terdengar sangat kasar. Padahal tadi malam Leon berbicara biasa saja dengan teman-temannya, tapi kenapa giliran dengannya, laki-laki itu justru berbicara dengan nada kasar?

Riri hanya bisa menggelengkan kepalanya keheranan. “Nanti mampir ke rumah sepupu aku dulu. Aku mau ambil barang-barangku di sana.”

“Hm...” Hanya itu balasan dari Leon.

Mereka menyelesaikan kegiatan sarapan mereka lalu cek out dari hotel itu untuk pergi ke tempat tinggal lama Leon lalu, baru pergi ke rumah sepupu Riri.

Setelah menempuh perjalanan 10 menit, mereka berdua sampai ditempat tinggal Leon.

Riri hanya melihat sekeliling rumah kecil itu dari luar, sedangkan Leon sudah dari tadi masuk ke dalam sana untuk mengemasi barang-barangnya.

Di saat sedang melihat-lihat, pandangan Riri tak sengaja jatuh ke arah segerombolan laki-laki bertato dengan wajah menyeramkan sedang berjalan ke arah rumah yang pernah disinggahi suaminya itu.

Seketika, Riri panik dan ketakutan. Dia ingin bersembunyi secepat mungkin, tapi tak tahu harus bersembunyi di mana.

Riri mengintip ke dalam rumah melihat apakah Leon sudah selesai mengemasi barang-barangnya. “Mana sih dia?! Kok lama banget.”

Akhirnya Riri memutuskan untuk bersembunyi di balik tembok samping rumah, dengan harapan mereka tak akan melihatnya.

“Hallo bos... Gimana malam pertamanya?”

Riri mendekatkan telinganya ketika mendengar suara itu dari dalam rumah. Sepertinya salah satu dari laki-laki menyeramkan itu sedang berbicara dengan suaminya.

“Malam pertama apanya?! Sana minggir!” usir Leon.

“Jadi pindah bos? Katanya nggak mau?”

Laki-laki yang dipanggil bos itu berdecak mendengar pertanyaan anak buahnya. “Jakarta Bandung dekat, nanti bisa bolak-balik. Lagian gue ke sana juga mau ngantar dia doang kok, nanti balik lagi ke sini.”

Riri memelototkan matanya ketika mendengar percakapan orang-orang yang ada di dalam rumah.

“Sialan! Jadi dia bener-bener mau ninggalin aku di sana sendirian?Dasar Preman bajingan!” umpatnya kesal saat mendengar suara suaminya, bahkan tangan Riri kini sudah mengepal kuat dan memukul-mukul tembok yang tak bersalah.

Riri memajukan badannya untuk mendengar pembicaraan mereka dengan jelas. Namun nahasnya Riri malah tersandung dan terjatuh. Yang lebih parahnya lagi, gadis itu terjatuh tepat di kubangan air lumpur yang sangat keruh.

“Sial--"

“Ngapain kamu?”

Badan Riri meremang ketika mendengar suara suaminya. Dia menundukkan kepalanya dan menutup matanya kuat-kuat untuk menahan rasa malu.

Dalam hati, Riri meringis. 'Semoga yang lihat aku cuman sedikit.'

“Nggak ada yang lihat!” ucap Leon yang berhasil membuat Riri tersenyum.

Riri membuka matanya lebar lalu menengok ke atas dan benar saja, di sana hanya ada Leon yang sedang bersedekap dada dengan tatapan mengejek. “Masa kecil belum bahagia ya?”

Riri buru-buru berdiri dengan setengah badannya yang sudah terkena lumpur. “Yang lain pada kemana?” tanya Riri untuk menghilangkan Rasa malunya.

“Kenapa? Sakit?” Bukannya menjawab Leon malah bertanya balik.

“Hah?...”

“Bukan apa-apa.”

Riri menyengitkan alisnya karena kesal dengan kelakuan Leon.

Sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya itu yang luar biasa! Nggak akan pernah lupa sampai hari tua.”

“Prftt.”

Mata Riri terbelalak dengan mulut yang ternganga di saat melihat Leon yang tengah ketawa.

Pipi Riri memerah melihat wajah suaminya yang terlihat semakin tampan ketika tertawa. 'Gila! Ternyata dia ganteng juga!'

Related chapters

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   4. Kawin Duluan.

    “Ya ampun! Padahal yang mau menikah itu kakak kamu, tapi kok bisa sih keduluan sama kamu?”Setelah selesai bersih-bersih di rumah lama sang suami, Riri dan Leon pergi ke rumah tantenya. Dan di sinilah mereka, di rumah sepupunya Riri. Namun baru saja dia dan Leon sampai dan turun dari motor, Riri dan Leon sudah disambut dengan suara-suara tak mengenakkan dari mulut saudara-saudara ibunya.Inilah yang Riri sebalkan dari keluarga besar ibunya. Semuanya punya mulut biadab yang tidak bisa direm kalau sudah membicarakan orang lain.'Baru juga sampe udah pada nyinyir aja tuh emak-emak rempong!'Kesal Riri hanya bisa disuarakan dalam hati. Bisa gawat kalau dia menghujat tante-tantenya langsung di depan. Bukannya takut, Riri hanya tak mau saja hubungan ibunya dengan saudaranya merenggang hanya karna kemarahannya saja.Pandangan Riri kini beralih pada Leon yang sepertinya juga tak suka pada omongan tantenya.Sambil menyenggol tangan Leon, Riri berbicara dalam hati, 'Yang sabar, ya. Emang gitu mulutny

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   5. Pengangguran.

    Teriakan Riri yang sangat nyaring membuat orang-orang berhenti sejenak dari aktivitasnya untuk melihat apa yang tengah terjadi.“Apa sih! Nggak jelas.”Sedangkan, wanita yang diteriaki Riri justru masih duduk di atas pangkuan Leon, menatapnya dengan pandangan tak suka.Riri menatap tajam ke arah Leon untuk meminta penjelasan mengenai siapa wanita yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.“Teman sekelas waktu SMA.” Respon Leon yang terlihat sangat santai membuat Riri memikirkan satu hal ‘dia sudah terbiasa'. Tak terlihat pergerakan sama sekali dari suaminya, Riri memutuskan untuk meletakkan piring satenya dan menarik wanita itu untuk menjauh dari suaminya. “Minggir!!” Bukannya menyingkir dari pangkuan Leon, wanita itu justru merangkul leher Leon dengan kedua tangannya.Dan lagi-lagi, Leon tak bergerak sedikit pun ketika wanita itu sedang memeluk lehernya.Kesal karna tak dapat mengusir wanita itu, Riri menghentakkan kakinya berkali-kali seperti bocah kecil yang sedang merajuk. “Leon!!” Kemu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   6. Uang Mahar.

    “Itu mahar.” Leon menjawab pertanyaan Riri yang menggebu dengan santai.Mata Riri melotot karna tak terima. Walaupun sudah mendapatkan jawabannya, dia tetap saja kesal dengan hal yang dilakukan orang tua dan suaminya di belakang tanpa sepengetahuannya. “Tetap aja kenapa nggak bilang dulu ke aku? Kalian anggap aku itu apa?!”Leon menatap Riri yang sudah meneteskan air mata dengan tatapan kosong, entah apa yang saat ini ada dipikiran laki-laki berbadan kekar itu.Karena melihat orang-orang di sekelilingnya yang sudah mulai menggosipkannya, Riri melepas baju Leon dan pergi meninggalkan suaminya begitu saja.Leon tak banyak bicara dan hanya mengikuti Riri dari belakang dengan berbagai pikiran yang sedang berkecamuk diotaknya.'Aku harus tanya sama ibu secepatnya! Bisa-bisanya mereka sembunyiin hal besar seperti ini dari aku!' Riri berhenti lalu menengok ke kanan dan kiri untuk mencari angkutan umum. Namun setelah 10 menit berlalu, tak ada satu pun kendaraan umum yang lewat di depannya.“Kita na

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   7. Apartmenen Leon.

    “Ke Apartemenku.”Mata Riri menyipit tak percaya, rumah kecil saja digunakan bersama-sama, masa iya Leon mempunyai sebuah Apartemen? Kalaupun iya, kenapa Leon tak menggunakannya? Itulah yang ada di pikiran Riri saat ini.Ada banyak sekali rasa keraguan yang ada di dalam hatinya. Namun Riri tetap mencoba untuk percaya.Riri mengangguk lalu berjalan ke arah Leon yang sudah duduk manis di atas motornya, kendaraan beroda dua itu melaju kembali ke kota Jakarta untuk pergi ke tempat yang akan disinggahi oleh Riri.Tak terasa satu jam berlalu, montor yang dikendarai mereka kini berbelok ke arah gedung pencakar langit yang ada di salah satu kota metropolitan.Riri memandang tanpa berkedip ketika motor Leon sudah memasuki area basemen yang hanya ada mobil mahal di dalamnya.‘Ini serius? Aku bakal tinggal di sini?’Riri tak bisa mengalihkan pandangannya dari beberapa mobil mahal yang terparkir di sana. Rasa takjub dan kagum tak bisa dia kendalikan lagi, bahkan Riri sampai tak sadar kalau motor

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   8. Mantan Teman Sekelas.

    "Pria itu tidak pulang?"Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tetapi suamibarunya belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Walaupun sudah tahu Leontak akan pulang ke apartemen, Riri tetap saja menunggunya dengan harapansetidaknya laki-laki itu bisa menemaninya. Tidurnya sampai tak tenang.Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru menambah kesulitan tidur yangdialami Riri. Ia yang sulit merasa nyaman di tempat baru, terlebih kali inisendirian ... membuat matanya enggan terpejam. Akhirnya, karena kantuk tak kunjung datang, Riri memutuskan pergi ke balkonuntuk melihat pemandangan kota Jakarta di pagi dini hari. Cahaya dari berbagaigedung membuat pemandangannya menjadi sangat indah, apa lagi dengan banyaknyakendaraan yang berlalu lalang. Sedikit ramai dan bising memang untuk ukuranpemandangan di pagi dini hari. Namun apalah daya, yang saat ini ada di depannyaadalah kota yang mendapatkan julukan sebagai kota metropolitan.“Nggak papa! Aku kan selama ini udah hidup serb

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   9. Sindiran.

    Zahra berjalan mendekat ke arah Riri lalu berbisik.“Udahlah, kalau iri bilang aja, lagian yang ngajak pacaran kan Adi, mana bisaditolak. Kamu tahu sendiri kan kalau Adi itu banyak duitnya?!”Dengan perasaan kesal campur kasihan, Riri memegang bahu Zahra lalu membalasbisikan Zahra. “Gws deh. Hati-hati, Adi punya banyak cewek.”Setelah membisikkan itu Riri berjalan melewati Zahra dan Adi untuk pergi keapartemennya.“Dasar nyebelin!!...” teriak Zahra saat melihat Riri sudah berjalan menjauh. “Ohiya!! Besok anniversary aku sama Adi!! Datang ya ke hotel Arjuna!” lanjutnya.Riri hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tetap berjalan. Ketika Riri sampaidi depan pintu unit apartemennya, Riri baru saja mengingat kalau dirinya sedangmarah dan ingin pergi ke orang tuanya yang masih berada di rumah budenya.“Sial! Aku lupa lagi.”Di sepanjang lorong berbagai sumpah-serapah keluar dari mulut Riri, entah ituuntuk Leon, Zahra, ataupun pamanya.Di tengah-tengah kekesalan Riri, tiba-tiba saja a

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   10. Selingkuhan.

    “Dia ayahnya Adi.” Bisik Riri yang berhasil membuat Zahra berteriak.“Serius kamu?!!” Tanya Zahra tak percaya.Mata Zahra kini tertuju pada Adi yang sudah menatapnya dengan wajah kebingungan. “Kamu nggak lagi ngawur kan?” Bisik Zahra takut-takut.Riri menggeleng karna yakin sekali dengan penglihatannya, matanya memang rabun tapi Riri tidak buta, apa lagi waktu itu Nafi dan Ayah Adi berjalan secara terang-terangan."Kalau kamu nggak percaya, tanya saja langsung sama calon ayah mertua kamu. Di jamin langsung dapat jawaban yang pasti.""Jawaban kapan hancurnya hubungan aku sama Adi maksudnya?! Bisa hilang sumber penghasilan ku."Mata Riri terbelalak tak percaya, walaupun sudah mendapatkan tamparan dulu sepertinya Zahra masih belum sadar juga."Hati-hati, nanti kena karma lagi baru tahu rasa kamu." Kesal Riri yang sudah berdiri dari duduknya. "Aku pergi dulu ya, ada urusan.""Cih urusan dia bilang, emang pengangguran sepertimu punya acara apa? Paling juga rebahan di kasur." Ejek Farikha.S

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   11. Penyakit Lama.

    “Riri!!...” Suara teriakan Leon yang menggema terdengar sangat menyeramkan yang membuat nyali Riri menciut seketika.Dengan emosi yang meledak-ledak, Leon yang baru saja kembali ke apartemen langsung menarik Riri dengan kasar saat melihat Riri yang ingin melompat dari gedung apartemennya.“Kamu gila ya?!! Bisa gak sih kalau punya otak itu di pakai!! Kamu kira bakal selamat setelah lompat dari lantai 19?!!”Sepertinya takdir tak menginginkan Riri pergi begitu cepat. Leon memarahi Riri habis-habisan yang membuat Riri tak memiliki niat untuk bunuh diri lagi.“Kalau ada masalah itu bilang baik-baik!! Kamu kira setelah lompat semuanya akan baik-baik saja?!!”“Maaf.” Cicit Riri pelan.“Ayo masuk!!” Bentak Leon dengan suara tingginya, tak lupa Leon juga menarik tangan Riri dengan kasar.“Ya kamu kalau bicara juga pelan-pelan, sakit tau tangan aku.”Leon melepaskan tangan Riri lalu duduk di sofa dengan tatapan menyeramkan. “Cerita!!”Air mata Riri menetes satu demi persatu, ternyata rasa takut

Latest chapter

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   125. Tak Tega. (Tamat).

    Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   124. Kekejaman Leon.

    “Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   123. Bayi Istimewa.

    “Mereka semua pergi dengan keinginan mereka sendiri. Tapi kalau kamu mau, aku bisa bawa mereka kembali ke sini.” Riri kembali terdiam, sudah banyak hal yang dia lewatkan setelah berada di Villa selama tiga bulan, dan segalanya kini menjadi rumit. Bagi Riri yang telah lama merasa bosan dan kesepian, dia pasti akan tetap memilih untuk membawa keluarganya kembali pulang ke rumah, namun hati nurani Riti tidak mengizinkannya untuk bersikap egois, karna bagaimana pun semua berhak untuk hidup sesuai dengan keinginannya masing-masing. “Lalu Satria bagaimana?.” Tanya Riri yang melewatkan satu orang. “Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya dan meninggalkan jurusan bisnis seperti yang dia inginkan. Sekarang dia berada di Inggris bersama tiga bocah kematian itu, jadi kamu tidak perlu khawatir.” ***** Leon mengeluarkan sebuah bungkus rokok dari sakunya. Sudah sangat lama sekali dia tidak merokok, terakhir kali pun Leon merokok ketika mendapatkan kabar kalau mertuanya terk

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   122. Mengadopsi Aksa.

    Kedua mata Riri perlahan-lahan terbuka, hal yang pertama kali di lihat oleh Riri adalah sebuah langit-langit putih berhiaskan emas yang berkilauan. “Akhirnya kamu sadar juga nak, Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, untung saja dokter bilang tidak apa-apa.” ‘Ada apa ini, apa yang sudah terjadi kepadaku?.’ Tanya Riri dalam hati. Riri menoleh kearah Ibunya yang dengan khawatir memegang salah satu tangannya erat-erat. Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat Riri kesulitan untuk berpikir. Berbagai pertanyaan mengenai kondisinya berkecamuk di pikiran Riri yang membuat rasa sakit di kepalanya bertambah semakin menjadi-jadi. Riri merintih kesakitan, telinganya juga tiba-tiba berdenging sangat nyaring, tubuh Riri meringkuk ketika kepalanya terserang rasa sakit yang luar biasa. Melihat putrinya yang merintih kesakitan, bu Khansa berteriak memanggil nama Leon. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya, Leon bergegas menghampiri sumber suara. Ketika sudah berada di depan kamar

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   121. Menyelesaikan Semuanya.

    “Malu kamu bilang?! Kalau kamu masih memiliki rasa malu! Ganti rugi atas kematian anakku! Kalian harus membayarnya!.”“Benar! Kamu harus membayar empat triliun kepada kami!. Kalau kamu tidak membayarnya, kami akan menghancurkan rumah ini!.”Tangan Riri mengepal kuat dan akan bersiap untuk menghantam wajah empat orang yang berada di depan matanya. Di saat Karina sedang di kabarkan sakit bahkan sampai sekarat di rumah sakit, bukannya menjenguk mereka malah datang meminta sejumlah uang ganti rugi.“Anak yang mana? Kalau maksud tante itu kak Karina, sampai saat ini dia masih hidup dan masih bisa bernafas!.”“Tapi kak Karina sekarat karna kalian! Kalian sudah menaruh racun ke dalam makanannya!. Kalau kalian tidak suka setidaknya jangan membunuh kak Karina!.”Riri mengelus dadanya sembari mengatur nafas agar tidak terbawa emosi, cerita tentang kekejaman mereka yang di ceritakan oleh Leon melekat jelas di ingatan Riri. Peran saudara dan ibu tiri yang mereka lakukan sangat baik hingga me

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   120. Makanan Beracun.

    Suara ketukan terdengar di pintu kamar pengantin yang akan menghabiskan waktu bersama setelah serangkaian acara yang melelahkan. Suara ketukan itu tak kunjung berhenti sampai salah satu dari kedua orang yang berada di kamar itu membuka pintu. “Kenapa Leon? Apa kamu tidak akan membiarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini?.” Leon menatap wajah pamannya lalu mengintip ke dalam kamar. Di sana sudah terdapat sebuah meja dengan berbagai makanan yang di hidangkan. Di salah satu sisi meja sudah ada seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun putih yang cantik, jika di lihat dari posisinya wanita itu terlihat akan segera menyantap hidangan di depannya. “Jangan makan apa pun sampai besok siang.” Asrof menatap heran kearah Leon, dan seketika ekspresi wajah Asrof berubah menjadi panik. Asrof menoleh ke belakang dan menatap istrinya yang akan memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Tanpa berpikir lama Asrof langsung berlari dan menepis tangan Karina dengan kasar. Sendok

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   119. Adik Tiri.

    “Asal kamu tahu ya, aku berhasil menggoda suamimu dan membuatnya menerimaku." Bagi orang yang tidak tahu apa-apa pasti akan berpikiran negatif, tapi bagi Riri yang sudah mendengar semua ceritanya dari Leon, itu bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan. “Iya, aku sudah mendengar semuanya dari yang bersangkutan kok. Padahal hanya bisa duduk di pangkuan suamiku dengan telanjang tanpa di usir, tapi kamu membanggakannya seolah-olah pernah tidur berdua saja dengan suamiku. Ya setidaknya sekarang aku tahu betapa murahnya dirimu yang bangga karna menjadi bahan tontonan orang lain ketika telanjang.” Mereka berdua meninggalkan tempat pelaminan dengan wajah memerah. Melihat mereka berdua pergi dengan kesal, Riri tersenyum puas walaupun sedikit menyimpan kekesalan karna mereka mengungkit tentang kelakuan busuk suaminya. Riri kembali menatap Karina yang sudah bisa mengangkat kepalanya. “Jangan di pikirkan lagi, kakak lebih baik dari pada mereka kok.” “Tapi apakah yang kamu katakan itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   118. Jauh Lebih Baik.

    “Mah, aku tidak mau menikah dengan dia. Aku tidak suka dengan dia mah.”“Diam kamu! Kalau bisa di ganti dengan adikmu, mamah akan dengan suka rela menggantimu!. Seharusnya kamu bersyukur karna ada orang yang mau menikahimu dengan mahar tinggi, apa lagi sampai mengadakan pesta di hotel begini.”Riri memperhatikan anak dan ibu yang berada di depannya, bisik-bisik yang mereka lakukan membuat Riri penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sampai serius begitu.Semuanya sudah siap, kedua pengantin telah duduk berdampingan dan siap mengikat diri dengan janji suci pernikahan.Dari awal sampai akhir raut wajah sang pengantin wanita berhasil menyita perhatian Riri. Riri merasa dia pasti terpaksa seperti yang pernah terjadi padanya dulu, tapi Riri merasa kali ini hubungannya sedikit rumit dari yang pernah dulu dirinya alami.“Kenapa merasa seperti melihat diri sendiri ya? Kalau dulu kamu tidak menuruti apa yang Ibu katakan, cerita hidupmu pasti tidak akan seperti ini.”Bu Khansa kembali

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   117. De Javu.

    “Lihatkan, akulah pemenangnya, sekarang jangan ganggu istriku lagi.” ‘Dasar menyebalkan!.’ Kesal Dion dalam hati. Kedatangan Leon dan Riri di sambut hangat oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, terutama orang-orang yang mengetahui kehamilan Riri. Tentu saja di antara orang-orang yang berbahagia itu ada beberapa orang yang tidak senang dengan kedatangan Leon dan Riri. Salah satunya adalah paman Riri yang sering membuat masalah di mana-mana menggunakan nama Leon sebagai tamengnya. “Leon, di mana bude dan sepupumu? Kenapa mereka tidak datang bersama kalian?.” Tanya paman Abdul yang tidak melihat keberadaan adik, istri, anak, serta keponakannya. “Sepupu? Mana mungkin aku memiliki sepupu, paman kandungku satu-satunya baru menikah, bagaimana bisa aku memiliki sepupu.” Sindiran yang di ucapkan Leon berhasil mengenai tiga orang sekaligus. Pak Abdul, Asrof dan juga Dimas terdiam tak berkutik saat mendapatkan kata-kata menohok dari Leon. Pak Abdul sebisa mungkin mengontrol

DMCA.com Protection Status