Share

2. Malam Pertama.

Penulis: Seoravry
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Mempelai wanita bisa mencium tangan mempelai pria.”

Suara pak penghulu membuyarkan lamunan Riri. Gadis itu terlalu lama melamun memikirkan dari mana Leon mendapatkan uang itu, sampai-sampai dia tak sadar bahwa acara ijab kabulnya sudah selesai.

Riri melihat ke arah Leon yang sudah dibalas Leon dengan tatapan yang sangat tajam sambil menyodorkan tangannya. Riri menghela napas pasrah, dia hanya bisa mengikuti alur takdir yang sedang mempermainkannya. Mau mengeluh juga sudah terlambat. Pernikahan mereka telah sah secara agama dan negara.

“Saya titip anak saya ya, Nak. Tolong dijaga baik-baik.”

Bu Khana, ibunya Riri kembali berpesan pada laki-laki yang telah jadi menantunya itu. Dilihat dari penampilannya, dua orang tua Riri itu jelas sudah tahu tahu apa pekerjaan menantunya. , begitu juga dengan Ayah Riri yang sudah lepas tangan terhadap anak sulungnya.

“Iya bu.” Hanya itu saja jawaban Leon.

Selepas itu, Bu Khana dan yang lainnya membubarkan diri.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, yang berarti sudah saatnya mereka harus mengistirahatkan diri.

Riri hanya diam seperti patung. Dia tak tahu harus bicara apa, kenal saja tidak, bagaimana caranya dia membuka topik? Lagipula, suasananya sudah sangat canggung.

“Ayo.” Suara bariton Leon terdengar. Riri yang tadinya melamun langsung tersentak kaget ketika mendengar suara Leon.

“Oh... I-iya,” jawab Riri tergagap.

Leon dan Riri menaiki sebuah motor menuju suatu tempat. Sebagai seorang istri, dia menurut saja dengan suami barunya itu. Selain itu, jujur saja, dia juga masih takut dengan Leon.

Motor Leon yang melaju kencang kini sudah berhenti di depan sebuah hotel.

“Ayo turun.”

Lagi, laki-laki itu mengajak Riri untuk turun dan masuk ke dalam hotel.

“Jadi, kita bakalan malam pertama di hotel?”

Wanita itu menelan salivanya dengan sulit. Dia sudah mewanti-wanti jika Leon meminta haknya sebagai suami. Meski belum siap, tentu saja dia tidak bisa menolak.

Tidak ada sahutan dari Leon, sebab gumaman Riri yang mungkin terdengar sayup-sayup sementara laki-laki itu sudah masuk ke dalam hotel.

Seorang resepsionis menyambut mereka berdua dengan hangat. Sementara Riri sibuk memperhatikan interior hotel tersebut, sampai-sampai dia tak sadar bahwa transaksi Leon sudah selesai.

“Hei! Kenapa bengong, ayo!”

Riri tersentak kaget ketika mendengar suara tinggi suaminya.

'Cih... Dasar preman!' decihnya dalam hati.

Bruk!!!

"Aw!!" Riri meringis kesakitan ketika menabrak punggung Leon yang berhenti secara tiba-tiba.

“Kamu tadi ngomong apa? Berani kamu ngatain suami kamu sendiri?” tanya Leon yang sudah menatap tajam ke arah Riri.

Riri yang sudah ketakutan setengah mati hanya bisa menundukkan kepalanya. “Maaf...”

Leon langsung melengos pergi masuk ke dalam lift.

'Ya ampun, bodoh banget sih kamu Ri! Bisa-bisanya ngatain orang di depannya langsung!' Riri merutuki kebodohannya, hampir saja jantungnya berhenti karena saking takutnya dia dengan tatapan Leon barusan. 'Eh, tapi tadi kan aku bicara di dalam hati, kenapa bisa sampai terdengar?'

Leon dan Riri masuk ke dalam lift untuk menuju ke kamar mereka. Lift terbuka di lantai 6. Leon berjalan lebih dulu dan membuka pintu kamar tersebut.

Mata Riri terbelalak ketika melihat ada dua tempat tidur di sana. “Ki-kita tidur terpisah?”

Dia tidak menyangka, ternyata pikiran liarnya ketika baru turun dari motor soal malam pertama mereka kemungkinan tidak akan terjadi.

Leon menatap Riri dengan tatapan meremehkan. “Kenapa? Kamu mau tidur satu ranjang?”

Riri merasa sangat kesal karena ditatap seperti itu oleh Leon. “Nggak kok!” jawabnya Cepat. 'Sialan tuh orang, dasar preman kampungan! Aku juga kenapa bodoh banget sih nanya kayak gitu!'

Sekarang Riri tahu kenapa para warga di sana ingin sekali mengusir Leon. Semua ini pasti karena watak laki-laki itu dan komplotannya yang kejam!

“Udah sana tidur! Nggak usah banyak bacot!”

Lagi-lagi Riri dibuat kaget dengan suara Leon yang sudah meninggi. Riri tak banyak bicara walaupun dia ingin sekali berteriak di depan wajah Leon.

Karena tak mau menambah masalah, Riri memutuskan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka sekaligus gosok gigi. Namun saat dia keluar dari kamar mandi, Leon sudah tidak ada.

Riri membenarkan hijabnya dan keluar mencari Leon. Dia punya pikiran buruk jika laki-laki itu mungkin saja meninggalkannya tanpa membayar kamar hotel lebih dulu. "Bisa gawat kalau dia pergi tanpa bayar dulu. Mana ada uang, aku?”

Riri keluar hotel untuk mencari suami barunya. Dan tiba-tiba saja dia mendengar suara Leon yang sedang berbicara dengan beberapa orang yang berada di balik tembok.

“Selamat nih, udah nikah. Jadi nggak sabar aku nunggu ponakan baru.”

“Ponakan pala bapak kau! Nggak ada kerjaan banget aku bikin anak!”

Di sana terlihat beberapa orang yang sedang mengobrol sambil merokok, dan tentu saja di antara mereka ada sesosok Leon d isana.

Riri meringis ketika melihat orang-orang menyeramkan yang ada di sana, mereka semua bertato dan juga berjenggot tebal. Jangan lupakan juga wajah seram mereka.

“Gimana? Mau pindah lo? Dari informasi yang gue dapat dia asli Bandung.” Salah seorang di antara mereka berucap.

Riri sendiri kebingungan, siapa yang sedang mereka bicarakan? “Hah informasi?... Informasi apa? Mereka dapat dari mana?”

Leon sambil membuang putung rokoknya sembarangan. Laki-laki itu terlihat kesal. “Ngapain gue pindah? Lagian gue juga mau balas dendam sama warga sialan itu!”

Riri yang mendengar itu mengangguk setuju, dia juga harus ikut balas dendam. Gara-gara mereka dia harus menikah dengan seorang preman yang sangat kasar.

“Terus istri lo gimana?”

“Ya gimana apanya? Biarin aja dia ngelakuin hal yang dia suka. Nggak ada urusannya sama gue," jawab Leon santai.

Seperti ada sebuah pisau tajam menerjang dada Riri. Sakit dan sesak sekali jantungnya saat mendengar itu.

Walaupun dia kesal karna disuruh menikah dengan seorang preman seperti Leon, namun bagaimana pun juga mereka itu sudah menikah. Jadi, bagaimanapun kondisi dan situasinya, saat ini Riri sudah menjadi tanggung jawab Leon sepenuhnya.

'Sialan itu orang! Nggak tahu diri banget sih. Awas aja kamu!' Riri kembali menggeram dalam hati.

Dia tak berani mengucapkan isi hatinya. Tak ingin si Leon itu sampai mendengar suaranya yang sedang mencaci maki, bisa gawat kalau ketahuan.

“Udahlah gue mau masuk dulu." Mendengar Leon berpamitan pada komplotannya, Riri langsung bersiap untuk pergi dari sana. Dia tak mau ketahuan kalau sedang menguping pembicaraan mereka.

“Selamat malam pertama, Bro! Haha.”

Mereka semua tertawa terbahak-bahak menertawakan Leon yang sudah berjalan menjauh dari kerumunan.

“Sialan lo pada!” Leon yang masih mendengar pun mencoba melemparkan sebuah bungkus rokok ke arah sekerumunan orang yang sedang menertawakannya.

Di sisi lain, Riri kini tersipu malu ketika membayangkan dirinya sedang melakukan malam pertama dengan Leon. Namun sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran kotor itu.

'Mikir apa sih aku... Bisa-bisanya aku punya pikiran kayak gitu.'

Riri segera pergi dari sana untuk masuk ke hotel agar tidak didahului oleh Leon.

Dengan napas terengah-engah karna berlari, Riri kini sudah bersiap untuk berbaring di tempat tidur.

Namun sayangnya dia terlambat. Belum juga memosisikan dirinya dengan benar di ranjang, Leon sudah lebih dulu masuk ke kamar itu.

Laki-laki itu tersenyum sinis ketika melihat Riri yang belum tertidur. “Kamu belum tidur?”

'Pasti dia curiga kenapa aku belum tidur.' Lagi, Riri membatin dalam hati. Tak ingin acara mengupingnya tadi ketahuan, gadis itu pun mencari alasan. “A-aku habis buang hajat di kamar mandi.”

“Terus itu kenapa kotor?”

Leon menunjuk ke arah sepatu Riri yang sudah kotor dengan lumpur. Padahal sebelum keluar dari kamar tadi, Leon tak melihat sepatu Riri kotor. Bahkan tempat sepatu Riri diletakkan kini sudah berubah.

“I-itu... Aku nggak tahu... Mungkin waktu mau masuk ke hotel tadi.”

Riri tak sepenuhnya berbohong. Sepatunya memang terkena lumpur ketika ingin masuk ke dalam hotel. Namun lebih tepatnya di samping hotel, di mana Leon dan teman-temannya mengobrol.

Mendengar itu Leon hanya mengangguk saja.

Dengan kepala yang tertunduk dalam, Riri bertanya sesuatu kepada Leon. “Terus kamu habis dari mana?”

Riri ingin memastikan apakah Leon berbohong atau tidak.

Leon menatap tajam kearah Riri masih menundukkan kepala sambil memainkan jarinya. “Ngerokok di samping hotel.”

“Ouh... Ya udah aku tidur dulu.”

Riri menarik selimutnya. Namun, baru saja dia merasa lega akibat kebohongannya dia kira tertutupi sempurna, kalimat Leon setelahnya justru membuat jantung Riri kembali berdebar kuat.

“Lain kali jangan menguping pembicaraan orang lain.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
nurdianis
ups ketahuan nguping
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   3. Cenayang.

    'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'“Nggak bisa.” Lagi-lagi.'Apa dia cenayang ya?'“Bukan.”Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!” “Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?” Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.Me

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   4. Kawin Duluan.

    “Ya ampun! Padahal yang mau menikah itu kakak kamu, tapi kok bisa sih keduluan sama kamu?”Setelah selesai bersih-bersih di rumah lama sang suami, Riri dan Leon pergi ke rumah tantenya. Dan di sinilah mereka, di rumah sepupunya Riri. Namun baru saja dia dan Leon sampai dan turun dari motor, Riri dan Leon sudah disambut dengan suara-suara tak mengenakkan dari mulut saudara-saudara ibunya.Inilah yang Riri sebalkan dari keluarga besar ibunya. Semuanya punya mulut biadab yang tidak bisa direm kalau sudah membicarakan orang lain.'Baru juga sampe udah pada nyinyir aja tuh emak-emak rempong!'Kesal Riri hanya bisa disuarakan dalam hati. Bisa gawat kalau dia menghujat tante-tantenya langsung di depan. Bukannya takut, Riri hanya tak mau saja hubungan ibunya dengan saudaranya merenggang hanya karna kemarahannya saja.Pandangan Riri kini beralih pada Leon yang sepertinya juga tak suka pada omongan tantenya.Sambil menyenggol tangan Leon, Riri berbicara dalam hati, 'Yang sabar, ya. Emang gitu mulutny

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   5. Pengangguran.

    Teriakan Riri yang sangat nyaring membuat orang-orang berhenti sejenak dari aktivitasnya untuk melihat apa yang tengah terjadi.“Apa sih! Nggak jelas.”Sedangkan, wanita yang diteriaki Riri justru masih duduk di atas pangkuan Leon, menatapnya dengan pandangan tak suka.Riri menatap tajam ke arah Leon untuk meminta penjelasan mengenai siapa wanita yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.“Teman sekelas waktu SMA.” Respon Leon yang terlihat sangat santai membuat Riri memikirkan satu hal ‘dia sudah terbiasa'. Tak terlihat pergerakan sama sekali dari suaminya, Riri memutuskan untuk meletakkan piring satenya dan menarik wanita itu untuk menjauh dari suaminya. “Minggir!!” Bukannya menyingkir dari pangkuan Leon, wanita itu justru merangkul leher Leon dengan kedua tangannya.Dan lagi-lagi, Leon tak bergerak sedikit pun ketika wanita itu sedang memeluk lehernya.Kesal karna tak dapat mengusir wanita itu, Riri menghentakkan kakinya berkali-kali seperti bocah kecil yang sedang merajuk. “Leon!!” Kemu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   6. Uang Mahar.

    “Itu mahar.” Leon menjawab pertanyaan Riri yang menggebu dengan santai.Mata Riri melotot karna tak terima. Walaupun sudah mendapatkan jawabannya, dia tetap saja kesal dengan hal yang dilakukan orang tua dan suaminya di belakang tanpa sepengetahuannya. “Tetap aja kenapa nggak bilang dulu ke aku? Kalian anggap aku itu apa?!”Leon menatap Riri yang sudah meneteskan air mata dengan tatapan kosong, entah apa yang saat ini ada dipikiran laki-laki berbadan kekar itu.Karena melihat orang-orang di sekelilingnya yang sudah mulai menggosipkannya, Riri melepas baju Leon dan pergi meninggalkan suaminya begitu saja.Leon tak banyak bicara dan hanya mengikuti Riri dari belakang dengan berbagai pikiran yang sedang berkecamuk diotaknya.'Aku harus tanya sama ibu secepatnya! Bisa-bisanya mereka sembunyiin hal besar seperti ini dari aku!' Riri berhenti lalu menengok ke kanan dan kiri untuk mencari angkutan umum. Namun setelah 10 menit berlalu, tak ada satu pun kendaraan umum yang lewat di depannya.“Kita na

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   7. Apartmenen Leon.

    “Ke Apartemenku.”Mata Riri menyipit tak percaya, rumah kecil saja digunakan bersama-sama, masa iya Leon mempunyai sebuah Apartemen? Kalaupun iya, kenapa Leon tak menggunakannya? Itulah yang ada di pikiran Riri saat ini.Ada banyak sekali rasa keraguan yang ada di dalam hatinya. Namun Riri tetap mencoba untuk percaya.Riri mengangguk lalu berjalan ke arah Leon yang sudah duduk manis di atas motornya, kendaraan beroda dua itu melaju kembali ke kota Jakarta untuk pergi ke tempat yang akan disinggahi oleh Riri.Tak terasa satu jam berlalu, montor yang dikendarai mereka kini berbelok ke arah gedung pencakar langit yang ada di salah satu kota metropolitan.Riri memandang tanpa berkedip ketika motor Leon sudah memasuki area basemen yang hanya ada mobil mahal di dalamnya.‘Ini serius? Aku bakal tinggal di sini?’Riri tak bisa mengalihkan pandangannya dari beberapa mobil mahal yang terparkir di sana. Rasa takjub dan kagum tak bisa dia kendalikan lagi, bahkan Riri sampai tak sadar kalau motor

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   8. Mantan Teman Sekelas.

    "Pria itu tidak pulang?"Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tetapi suamibarunya belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Walaupun sudah tahu Leontak akan pulang ke apartemen, Riri tetap saja menunggunya dengan harapansetidaknya laki-laki itu bisa menemaninya. Tidurnya sampai tak tenang.Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru menambah kesulitan tidur yangdialami Riri. Ia yang sulit merasa nyaman di tempat baru, terlebih kali inisendirian ... membuat matanya enggan terpejam. Akhirnya, karena kantuk tak kunjung datang, Riri memutuskan pergi ke balkonuntuk melihat pemandangan kota Jakarta di pagi dini hari. Cahaya dari berbagaigedung membuat pemandangannya menjadi sangat indah, apa lagi dengan banyaknyakendaraan yang berlalu lalang. Sedikit ramai dan bising memang untuk ukuranpemandangan di pagi dini hari. Namun apalah daya, yang saat ini ada di depannyaadalah kota yang mendapatkan julukan sebagai kota metropolitan.“Nggak papa! Aku kan selama ini udah hidup serb

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   9. Sindiran.

    Zahra berjalan mendekat ke arah Riri lalu berbisik.“Udahlah, kalau iri bilang aja, lagian yang ngajak pacaran kan Adi, mana bisaditolak. Kamu tahu sendiri kan kalau Adi itu banyak duitnya?!”Dengan perasaan kesal campur kasihan, Riri memegang bahu Zahra lalu membalasbisikan Zahra. “Gws deh. Hati-hati, Adi punya banyak cewek.”Setelah membisikkan itu Riri berjalan melewati Zahra dan Adi untuk pergi keapartemennya.“Dasar nyebelin!!...” teriak Zahra saat melihat Riri sudah berjalan menjauh. “Ohiya!! Besok anniversary aku sama Adi!! Datang ya ke hotel Arjuna!” lanjutnya.Riri hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tetap berjalan. Ketika Riri sampaidi depan pintu unit apartemennya, Riri baru saja mengingat kalau dirinya sedangmarah dan ingin pergi ke orang tuanya yang masih berada di rumah budenya.“Sial! Aku lupa lagi.”Di sepanjang lorong berbagai sumpah-serapah keluar dari mulut Riri, entah ituuntuk Leon, Zahra, ataupun pamanya.Di tengah-tengah kekesalan Riri, tiba-tiba saja a

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   10. Selingkuhan.

    “Dia ayahnya Adi.” Bisik Riri yang berhasil membuat Zahra berteriak.“Serius kamu?!!” Tanya Zahra tak percaya.Mata Zahra kini tertuju pada Adi yang sudah menatapnya dengan wajah kebingungan. “Kamu nggak lagi ngawur kan?” Bisik Zahra takut-takut.Riri menggeleng karna yakin sekali dengan penglihatannya, matanya memang rabun tapi Riri tidak buta, apa lagi waktu itu Nafi dan Ayah Adi berjalan secara terang-terangan."Kalau kamu nggak percaya, tanya saja langsung sama calon ayah mertua kamu. Di jamin langsung dapat jawaban yang pasti.""Jawaban kapan hancurnya hubungan aku sama Adi maksudnya?! Bisa hilang sumber penghasilan ku."Mata Riri terbelalak tak percaya, walaupun sudah mendapatkan tamparan dulu sepertinya Zahra masih belum sadar juga."Hati-hati, nanti kena karma lagi baru tahu rasa kamu." Kesal Riri yang sudah berdiri dari duduknya. "Aku pergi dulu ya, ada urusan.""Cih urusan dia bilang, emang pengangguran sepertimu punya acara apa? Paling juga rebahan di kasur." Ejek Farikha.S

Bab terbaru

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   125. Tak Tega. (Tamat).

    Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   124. Kekejaman Leon.

    “Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   123. Bayi Istimewa.

    “Mereka semua pergi dengan keinginan mereka sendiri. Tapi kalau kamu mau, aku bisa bawa mereka kembali ke sini.” Riri kembali terdiam, sudah banyak hal yang dia lewatkan setelah berada di Villa selama tiga bulan, dan segalanya kini menjadi rumit. Bagi Riri yang telah lama merasa bosan dan kesepian, dia pasti akan tetap memilih untuk membawa keluarganya kembali pulang ke rumah, namun hati nurani Riti tidak mengizinkannya untuk bersikap egois, karna bagaimana pun semua berhak untuk hidup sesuai dengan keinginannya masing-masing. “Lalu Satria bagaimana?.” Tanya Riri yang melewatkan satu orang. “Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya dan meninggalkan jurusan bisnis seperti yang dia inginkan. Sekarang dia berada di Inggris bersama tiga bocah kematian itu, jadi kamu tidak perlu khawatir.” ***** Leon mengeluarkan sebuah bungkus rokok dari sakunya. Sudah sangat lama sekali dia tidak merokok, terakhir kali pun Leon merokok ketika mendapatkan kabar kalau mertuanya terk

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   122. Mengadopsi Aksa.

    Kedua mata Riri perlahan-lahan terbuka, hal yang pertama kali di lihat oleh Riri adalah sebuah langit-langit putih berhiaskan emas yang berkilauan. “Akhirnya kamu sadar juga nak, Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, untung saja dokter bilang tidak apa-apa.” ‘Ada apa ini, apa yang sudah terjadi kepadaku?.’ Tanya Riri dalam hati. Riri menoleh kearah Ibunya yang dengan khawatir memegang salah satu tangannya erat-erat. Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat Riri kesulitan untuk berpikir. Berbagai pertanyaan mengenai kondisinya berkecamuk di pikiran Riri yang membuat rasa sakit di kepalanya bertambah semakin menjadi-jadi. Riri merintih kesakitan, telinganya juga tiba-tiba berdenging sangat nyaring, tubuh Riri meringkuk ketika kepalanya terserang rasa sakit yang luar biasa. Melihat putrinya yang merintih kesakitan, bu Khansa berteriak memanggil nama Leon. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya, Leon bergegas menghampiri sumber suara. Ketika sudah berada di depan kamar

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   121. Menyelesaikan Semuanya.

    “Malu kamu bilang?! Kalau kamu masih memiliki rasa malu! Ganti rugi atas kematian anakku! Kalian harus membayarnya!.”“Benar! Kamu harus membayar empat triliun kepada kami!. Kalau kamu tidak membayarnya, kami akan menghancurkan rumah ini!.”Tangan Riri mengepal kuat dan akan bersiap untuk menghantam wajah empat orang yang berada di depan matanya. Di saat Karina sedang di kabarkan sakit bahkan sampai sekarat di rumah sakit, bukannya menjenguk mereka malah datang meminta sejumlah uang ganti rugi.“Anak yang mana? Kalau maksud tante itu kak Karina, sampai saat ini dia masih hidup dan masih bisa bernafas!.”“Tapi kak Karina sekarat karna kalian! Kalian sudah menaruh racun ke dalam makanannya!. Kalau kalian tidak suka setidaknya jangan membunuh kak Karina!.”Riri mengelus dadanya sembari mengatur nafas agar tidak terbawa emosi, cerita tentang kekejaman mereka yang di ceritakan oleh Leon melekat jelas di ingatan Riri. Peran saudara dan ibu tiri yang mereka lakukan sangat baik hingga me

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   120. Makanan Beracun.

    Suara ketukan terdengar di pintu kamar pengantin yang akan menghabiskan waktu bersama setelah serangkaian acara yang melelahkan. Suara ketukan itu tak kunjung berhenti sampai salah satu dari kedua orang yang berada di kamar itu membuka pintu. “Kenapa Leon? Apa kamu tidak akan membiarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini?.” Leon menatap wajah pamannya lalu mengintip ke dalam kamar. Di sana sudah terdapat sebuah meja dengan berbagai makanan yang di hidangkan. Di salah satu sisi meja sudah ada seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun putih yang cantik, jika di lihat dari posisinya wanita itu terlihat akan segera menyantap hidangan di depannya. “Jangan makan apa pun sampai besok siang.” Asrof menatap heran kearah Leon, dan seketika ekspresi wajah Asrof berubah menjadi panik. Asrof menoleh ke belakang dan menatap istrinya yang akan memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Tanpa berpikir lama Asrof langsung berlari dan menepis tangan Karina dengan kasar. Sendok

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   119. Adik Tiri.

    “Asal kamu tahu ya, aku berhasil menggoda suamimu dan membuatnya menerimaku." Bagi orang yang tidak tahu apa-apa pasti akan berpikiran negatif, tapi bagi Riri yang sudah mendengar semua ceritanya dari Leon, itu bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan. “Iya, aku sudah mendengar semuanya dari yang bersangkutan kok. Padahal hanya bisa duduk di pangkuan suamiku dengan telanjang tanpa di usir, tapi kamu membanggakannya seolah-olah pernah tidur berdua saja dengan suamiku. Ya setidaknya sekarang aku tahu betapa murahnya dirimu yang bangga karna menjadi bahan tontonan orang lain ketika telanjang.” Mereka berdua meninggalkan tempat pelaminan dengan wajah memerah. Melihat mereka berdua pergi dengan kesal, Riri tersenyum puas walaupun sedikit menyimpan kekesalan karna mereka mengungkit tentang kelakuan busuk suaminya. Riri kembali menatap Karina yang sudah bisa mengangkat kepalanya. “Jangan di pikirkan lagi, kakak lebih baik dari pada mereka kok.” “Tapi apakah yang kamu katakan itu

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   118. Jauh Lebih Baik.

    “Mah, aku tidak mau menikah dengan dia. Aku tidak suka dengan dia mah.”“Diam kamu! Kalau bisa di ganti dengan adikmu, mamah akan dengan suka rela menggantimu!. Seharusnya kamu bersyukur karna ada orang yang mau menikahimu dengan mahar tinggi, apa lagi sampai mengadakan pesta di hotel begini.”Riri memperhatikan anak dan ibu yang berada di depannya, bisik-bisik yang mereka lakukan membuat Riri penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sampai serius begitu.Semuanya sudah siap, kedua pengantin telah duduk berdampingan dan siap mengikat diri dengan janji suci pernikahan.Dari awal sampai akhir raut wajah sang pengantin wanita berhasil menyita perhatian Riri. Riri merasa dia pasti terpaksa seperti yang pernah terjadi padanya dulu, tapi Riri merasa kali ini hubungannya sedikit rumit dari yang pernah dulu dirinya alami.“Kenapa merasa seperti melihat diri sendiri ya? Kalau dulu kamu tidak menuruti apa yang Ibu katakan, cerita hidupmu pasti tidak akan seperti ini.”Bu Khansa kembali

  • Suami Premanku Ternyata Sultan   117. De Javu.

    “Lihatkan, akulah pemenangnya, sekarang jangan ganggu istriku lagi.” ‘Dasar menyebalkan!.’ Kesal Dion dalam hati. Kedatangan Leon dan Riri di sambut hangat oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, terutama orang-orang yang mengetahui kehamilan Riri. Tentu saja di antara orang-orang yang berbahagia itu ada beberapa orang yang tidak senang dengan kedatangan Leon dan Riri. Salah satunya adalah paman Riri yang sering membuat masalah di mana-mana menggunakan nama Leon sebagai tamengnya. “Leon, di mana bude dan sepupumu? Kenapa mereka tidak datang bersama kalian?.” Tanya paman Abdul yang tidak melihat keberadaan adik, istri, anak, serta keponakannya. “Sepupu? Mana mungkin aku memiliki sepupu, paman kandungku satu-satunya baru menikah, bagaimana bisa aku memiliki sepupu.” Sindiran yang di ucapkan Leon berhasil mengenai tiga orang sekaligus. Pak Abdul, Asrof dan juga Dimas terdiam tak berkutik saat mendapatkan kata-kata menohok dari Leon. Pak Abdul sebisa mungkin mengontrol

DMCA.com Protection Status