“Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu
Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.
“Saya tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu Bu! Saya berani sumpah!” Riri yang sudah gemetar karena marah, sudah mencoba berkali-kali membela diri dan beradu mulut dengan beberapa warga. Saat ini dia sedang dituduh melakukan perbuatan zina dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.Padahal, Riri hanya berteduh. Dan secara kebetulan, tempatnya berteduh itu adalah rumah pria asing itu yang juga ditinggali bersama teman-temannya.“Jangan mencoba mengelak kamu! Sudah jelas ada saksi di sana!” ucap ibu-ibu yang sendari tadi mengoceh dan terus-terusan menuduh Riri.'Bahkan tidak ada satu pun saksi yang mengatakan kami berzina!' batin Riri kesal dengan fitnahan Bu Ajeng yang sedari tadi terlihat begitu vokal memojokkannya.“Tenang dulu ibu-ibu bapak-bapak kita bicarakan ini baik-baik...” Ketua Rt mencoba untuk menenangkan situasi. Namun belum selesai dia menyelesaikan kata-katanya, salah satu ibu yang sedari tadi memanasi keadaan mencubit pinggang Pak RT dan berbisik, “Ssttt..
“Mempelai wanita bisa mencium tangan mempelai pria.”Suara pak penghulu membuyarkan lamunan Riri. Gadis itu terlalu lama melamun memikirkan dari mana Leon mendapatkan uang itu, sampai-sampai dia tak sadar bahwa acara ijab kabulnya sudah selesai. Riri melihat ke arah Leon yang sudah dibalas Leon dengan tatapan yang sangat tajam sambil menyodorkan tangannya. Riri menghela napas pasrah, dia hanya bisa mengikuti alur takdir yang sedang mempermainkannya. Mau mengeluh juga sudah terlambat. Pernikahan mereka telah sah secara agama dan negara.“Saya titip anak saya ya, Nak. Tolong dijaga baik-baik.” Bu Khana, ibunya Riri kembali berpesan pada laki-laki yang telah jadi menantunya itu. Dilihat dari penampilannya, dua orang tua Riri itu jelas sudah tahu tahu apa pekerjaan menantunya. , begitu juga dengan Ayah Riri yang sudah lepas tangan terhadap anak sulungnya. “Iya bu.” Hanya itu saja jawaban Leon.Selepas itu, Bu Khana dan yang lainnya membubarkan diri.Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam,
'Apa aku tadi terlalu kelihatan ya ngupingnya?'Riri tersentak kaget, dirinya tak menyangka akan ketahuan secepat ini.“Iya!” balas Leon dengan suara sedikit meninggi.Untuk yang kedua kalinya Riri dibuat kaget dengan ucapan suaminya. 'Dia bisa baca isi pikiranku?'“Nggak bisa.” Lagi-lagi.'Apa dia cenayang ya?'“Bukan.”Kali ini, rasa penasaran Riri sudah tak terelakkan lagi. Untuk itu, dia berteriak dengan sangat kencang. “Kamu bisa baca isi pikiranku?!!” “Kenapa?” Nada suara laki-laki itu terdengar meremehkan.Riri kaget bukan main. Perlahan-lahan, dia memutar badannya dan menengok ke arah Leon berada.Di sana terlihat Leon yang sedang duduk di tepi ranjang sambil menatap tajam ke arahnya.“Udah sana tidur! Awas saja kalau berani berisik lagi!... Aku tak akan segan-segan untuk mengusirmu dari sini!” Pria itu mengancam.“Tapikan yang berisik dari tadi dia. Kok malah aku sih yang disalahin?” Riri berucap pelan. Akhirnya, karena tak mau memperpanjang masalah, Riri pun memilih untuk tidur saja.Me
“Ya ampun! Padahal yang mau menikah itu kakak kamu, tapi kok bisa sih keduluan sama kamu?”Setelah selesai bersih-bersih di rumah lama sang suami, Riri dan Leon pergi ke rumah tantenya. Dan di sinilah mereka, di rumah sepupunya Riri. Namun baru saja dia dan Leon sampai dan turun dari motor, Riri dan Leon sudah disambut dengan suara-suara tak mengenakkan dari mulut saudara-saudara ibunya.Inilah yang Riri sebalkan dari keluarga besar ibunya. Semuanya punya mulut biadab yang tidak bisa direm kalau sudah membicarakan orang lain.'Baru juga sampe udah pada nyinyir aja tuh emak-emak rempong!'Kesal Riri hanya bisa disuarakan dalam hati. Bisa gawat kalau dia menghujat tante-tantenya langsung di depan. Bukannya takut, Riri hanya tak mau saja hubungan ibunya dengan saudaranya merenggang hanya karna kemarahannya saja.Pandangan Riri kini beralih pada Leon yang sepertinya juga tak suka pada omongan tantenya.Sambil menyenggol tangan Leon, Riri berbicara dalam hati, 'Yang sabar, ya. Emang gitu mulutny
Teriakan Riri yang sangat nyaring membuat orang-orang berhenti sejenak dari aktivitasnya untuk melihat apa yang tengah terjadi.“Apa sih! Nggak jelas.”Sedangkan, wanita yang diteriaki Riri justru masih duduk di atas pangkuan Leon, menatapnya dengan pandangan tak suka.Riri menatap tajam ke arah Leon untuk meminta penjelasan mengenai siapa wanita yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.“Teman sekelas waktu SMA.” Respon Leon yang terlihat sangat santai membuat Riri memikirkan satu hal ‘dia sudah terbiasa'. Tak terlihat pergerakan sama sekali dari suaminya, Riri memutuskan untuk meletakkan piring satenya dan menarik wanita itu untuk menjauh dari suaminya. “Minggir!!” Bukannya menyingkir dari pangkuan Leon, wanita itu justru merangkul leher Leon dengan kedua tangannya.Dan lagi-lagi, Leon tak bergerak sedikit pun ketika wanita itu sedang memeluk lehernya.Kesal karna tak dapat mengusir wanita itu, Riri menghentakkan kakinya berkali-kali seperti bocah kecil yang sedang merajuk. “Leon!!” Kemu
“Itu mahar.” Leon menjawab pertanyaan Riri yang menggebu dengan santai.Mata Riri melotot karna tak terima. Walaupun sudah mendapatkan jawabannya, dia tetap saja kesal dengan hal yang dilakukan orang tua dan suaminya di belakang tanpa sepengetahuannya. “Tetap aja kenapa nggak bilang dulu ke aku? Kalian anggap aku itu apa?!”Leon menatap Riri yang sudah meneteskan air mata dengan tatapan kosong, entah apa yang saat ini ada dipikiran laki-laki berbadan kekar itu.Karena melihat orang-orang di sekelilingnya yang sudah mulai menggosipkannya, Riri melepas baju Leon dan pergi meninggalkan suaminya begitu saja.Leon tak banyak bicara dan hanya mengikuti Riri dari belakang dengan berbagai pikiran yang sedang berkecamuk diotaknya.'Aku harus tanya sama ibu secepatnya! Bisa-bisanya mereka sembunyiin hal besar seperti ini dari aku!' Riri berhenti lalu menengok ke kanan dan kiri untuk mencari angkutan umum. Namun setelah 10 menit berlalu, tak ada satu pun kendaraan umum yang lewat di depannya.“Kita na