Share

23. Pembantaian Sengit

Author: Emma Shu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Qizha mencuci piring dan mengemasi apa saja yang masih berserakan supaya menjadi rapi.

Sesekali ia mengelap peluh yang membanjir menggunakan lengan baju. Badannya letih sekali. Ia ingin segera beristirahat. Sudah tengah malam. Matanya pun ngantuk berat. Ia lalu masuk kamar dan tidur.

Agata memasuki kamar Sina dengan membawa kotak perhiasan, ingin menyimpannya dengan rapi supaya tidak kemalingan.

Menyusul Sina yang membawa uang ratusan juta dalan kemasan indah.

"Tarok sini aja ya biar aman?" Agata meletakkan kotak perhiasan ke bawah ranjang yang tamidak tinggi. Kemudian ditutupi dengan helm.

"Iya, Bu. Aman di situ. Ini uangnya aku tarok di sini aja." Sina meletakkan uang ke ransel.

"Besok kita belanja keperluan nikahanmu ya?"

"Iya, Bu. Kita juga bisa makan enak. Beli baju, dan beli apa aja yang bisa bikin level kita naik. Beli motor bagus mungkin."

"Eh, jangan. Soal motor mah urusan Arsen. Biar dia yang beliin motor buatmu. Uang ini milik kamu, terserah kamu mau buat apa."

"Iya juga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Billy jadi suami kok g'punya harga diri gitu sih.dimaki dan dihina agata kok malah diam saja
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
agata gila.sembarangan menuduh qizha mencuri perhiasan sina.bahkan sampai menggunakan pisau untuk mengancam qizha
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
jahat nya mereka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Preman Ternyata Sultan   24. Salah Tusuk

    “Agata! Hentikan!” Bily mengejar Agata dan menahan tangan istrinya yang hendak menghunuskan pisau dapur ke arah Qizha.“Lepas! Jangan halangi aku! Anak ini perlu dikasih pelajaran. Dia pasti akan mengaku jika sudah dihukum!” Agata memberontak, berusaha melepaskan diri dari lengan Bily yang menghalanginya.“Dia anakmu juga.”“Bukan. Dia bukan anakku.”“Setidaknya jangan berbuat kriminal. Pisau ini berbahaya.” Bily terus memegangi badan istrinya.Tepat saat kaki Bily diinjak oleh Agata, saat itulah pelukan lengan Bily menjadi longgar. Agata menendang suaminya hingga tersungkur.Qizha sudah berada di pintu hendak kabur ketika Agata menyambar sapu dan melemparnya ke kaki Qizha, seketika Qizha jatuh dan ambruk. Agata tak mau menyia- nyiakan kesempatan itu. Ia mendekati Qizha dan melukai paha Qizha dengan pisau. Darah segar mencuar dan merembes.“Aaakhh…” Qizha merintih. Tak berhenti di situ, Agata memburu Qizha dengan menjambak rambut putrinya itu hingga jilbab Qizha terlep

  • Suami Preman Ternyata Sultan   25. Pergi Saja

    “Apa yang sudah kau lakukan pada istriku?” tanya Qasam dengan tenang, sorot matanya gelap ke arah Agata.“Lihat aku! Lihat kondisiku yang kacau begini, iblis itu menyerangku!” Agata menunjuk- nunjuk pelipisnya yang dialiri darah sambil menatap Qizha. Entah bagaimana bentuk kepalanya yang terlapis rambut itu, mungkin lebam parah akibat hentaman gelas.Qasam menatap qizha, penampilan istrinya benar- benar terlihat kacau. Baju berantakan, leher bajunya menurun melewati pundak, pahanya terluka dan berdarah, rambutnya dipangkas amburadul. Andai saja ia berdiri di pinggir jalan, pasti tak akan ada orang yang mengenalnya, mengira dirinya seperti orang gila.“Kau pikir aku tidak tahu kenapa Qizha menyerangmu, hm? “ Qasam mencengkeram leher baju Agata erat- erat. “Dia hanya sedang membela diri, dia melakukan perlawanan atas seranganmu.”“Tt tidak begitu.” Agata ketakutan melihat sorot tajam mata Qasam. “Aku sudah bilang jangan lagi mengganggu istriku, kenapa kau langgar?” Suara Qasa

  • Suami Preman Ternyata Sultan   26. Berdua Bersama Suami

    Perjalanan cukup jauh. Mereka berboncengan menembus panas dan hujan. Qasam sama sekali tak menghentikan motor meski hujan mengguyur, berganti panas terik. Qizha memilih diam saja, membuarkan Qasam melakukan apa yang dia mau.Huh, jika sepanjang perjalanan terkena panas dan hujan, lama- lama Qizha bisa jadi ikan asin. Ketika hujan deras mengguyur, tubuh Qizha menggigil. Dan saat hujan berlalu, baju Qizha yang basah dengan cepat mengering oleh kencangnya angin dan panas yang menerpa.Mereka hanya berhenti saat mengisi minyak di pom bensin. Rasanya nyaris seperti musafir yang melakukan perjalanan jauh.Bleb bleb bleb ..Penyakit motor kumat lagi. Mereka terpaksa berjalan kaki. Qasam mendorong motor. Qizha mengikuti di belakang.Kaki Qizha mulai pegal dan letih berjalan agak jauh. Bisa- bisa betisnya jadi segede tales bogor jika begini terus. Pahanya yang terasa nyeri akibat terluak itu membuatnya kesulitan berjalan dengan cepat."Aku lapar!" celetuk Qizha.Kenapa suara Qizha jadi jauh?

  • Suami Preman Ternyata Sultan   27. Permulaan Dendam

    "Mulai hari ini, kau tinggal di sini. Rumah sudah kusediakan untukmu, tapi kau harus cari makan sendiri!" Kalimat yang dilontarkan Qasam membuat Qizha terkesiap dan menelan saliva. Cari makan sendiri? Apa gunanya dia memiliki suami kalau pada akhirnya harus mencari nafkah sendiri?“Kamu tahu apa aja tanggung jawab suami kan?” tanya Qizha yang saat itu tengah duduk di kursi ruang makan, berhadapan dengan Qasam yang tengah minum teh panas.Pria itu membuat teh sendiri dan menyantap roti kemasan sendiri.“Maksud pertanyaanmu apa?” Qasam menatap Qizha lekat.“Jika aku yang udah bersuami mesti harus mencari nafkah untuk hidupku sendiri, lalu apa gunanya aku memiliki suami?”“Kau ingin pisah dariku, hm?”“Aku nggak bilang begitu. Aku hanya menuntut tanggung jawabmu,” sahut Qizha dengan lirih.“Aku tidak punya pekerjaan. Aku tidak bisa menafkahimu.”Qizha menelan saliva. “Kalau begitu berusahalah supaya mendapat penghasilan.”“Kau tidak perlu mengajariku. Aku sudah melakukan apa saja

  • Suami Preman Ternyata Sultan   28. Puluhan Juta Membungkam Manusia Serakah

    Pagi itu, Qizha tengah menyantap makan dengan lauk dadar telur. Ia melihat Qasam keluar dari kamar mandi yang menyatu dengan dapur.“Hari ini adalah hari pernikahannya Sina. Kita datang ya?” tanya Qizha.“Tidak,” jawab Qasam sambil melenggang masuk kamar.“Kalau begitu, biar aku aja yang pergi ke sana,” ucap Qizha sambil mengeraskan suaranya supaya Qasam yang berada di lain ruangan itu mendengar suaranya.“Kau tahu hukum istri yang membangkang perintah suami? Aku melarangmu pergi dan kau malah melanggarnya.” Suara Qasam menyahut cukup keras dari arah kamar.“Larangan yang baik pasti akan aku lakukan. Tapi ini kamu melarangku bersilaturahmi, sma aaja kamu meminta supaya aku memutus sambungan tali silaturahmi. Ini salah.”Tak ada jawaban.Tak lama Qasam keluar dari kamar. “Ayo, pergi sekarang denganku!”Qizha tersenyum. Yes, akhirnya permintaannya dituruti juga. Qizha menghambur masuk kamar untuk menukar pakaian.***Pesta pernikahan digelar dengan mewah. Maksudnya, untuk seke

  • Suami Preman Ternyata Sultan   29. Bertemu Kekasih Qasam

    “Aku rasa segitu cukup untuk sumbangan.” Qasam menendang gepokan uang seperti menedang bola kaki. “Ayo kita pulang, sayang! Jangan berlama- lama di sini!” Qasam merangkul pundak Qizha dan menggeretnya pergi, melewati Agata dan Bily. Salah satu kakinya sempat menendang segepok uang.Agata tercekat menyaksikan uang yang tercecer di lantai. Semua orang bertanya- tanya, dari mana Qasam bisa mendapatkan uang sebanyak itu?Dan nyatanya uang dengan jumlah banyak itu mampu membungkam mulut mereka, memukul telak hingga para penghina itu mematung.Qasam terus merangkul Qizha melewati beberapa meja tamu, tanpa peduli ia mendapat perhatian semua orang.Sesampainya di luar, Qizha melepaskan lingkaran lengan Qasam dari lehernya. “Kenapa dilepas?” tanya Qasam tak terima.“Sandiwaranya udahan. Itu tadi hanya sandiwara kan? sekarang mereka nggak lihat kita lagi, jadi jangan diterusin!”Qasam tak peduli. Ia naik ke motor butut milik Qizha. “Cepat naik!” titah Qasam melihat Qizha yang mala

  • Suami Preman Ternyata Sultan   30. Teraniaya Batin

    "Ah ya ya… Ya sudah ayo kita pulang!" ajak Qasam pada Qizha. Ia membenahi posisi duduk menghadap stang sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dari Ameena."Tapi nasiku jatuh, aku mau beli nasi lagi!" ucap Qizha."Uruan itu nanti saja. Ayo, cepat pulang!" Qasam menarik lengan Qizha supaya mendekat.Tak mau berdebat, Qizha pun membonceng, duduk di belakang Qasam."Hati- hati, Mas," ucap Ameena saat motor melaju meninggalkan restoran.Kecemasan Qasam akan ketahuan oleh Ameena tidak terjadi. Penyamarannya benar- benar sempurna, bahkan Ameena pun tak mengenalinya.Malam itu, terpaksa Qizha menahan lapar sampai pagi. Saat sudah sampai rumah, warung makan di sekitar rumah sudah tutup semua mengingat hari sudah larut malam. Beras di rumah juga sudah habis, tidak ada stok makanan apa pun di rumah. Sedangkan Qasam sepanjang malam memikirkan Ameena. Gadisnya itu sedang ngambek dan sampai kini Qasam belum sempat menemuinya. Apa yang sedang dipikirkan Ameena tentangnya?Qasam tidak mau kehila

  • Suami Preman Ternyata Sultan   31. Ditipu

    Qizha duduk bersisian dengan Qasam di sofa lobi hotel. Pria itu tampak sibuk dnegan ponselnya, entah melakukan apa. sedangkan Qizha dibiarkan duduk di sisinya tanpa diajak ngobrol.Sesekali Qasam melirik ke arah Qizha seperti sedang mengawasi, namun kemudian pandangannya kembali ke arah ponsel.“Kita mau apa di sini?” tanya Qizha yang mulai bosan.“Aku pesankan kamar untukmu. Tunggu di kamar.”“Nunggu apa, sih?”Qasam menarik lengan Qizha dan membawanya masuk ke dalam lift. Ting.Suara pintu terbuka memandu langkah keduanya keluar dari lift. Qasam menggandeng Qizha memasuki kamar.“Tungg di sini!” titah Qasam kemudian menutup pintu.“Qasam, tunggu!” Terlambat, pintu sudah ditutup. Qizha tak bisa membukanya. Mode pintu yang menggunakan kartu membuatnya tak bisa membuka mengingat kartu hanya dibawa oleh Qasam.Tiga puluh menit telah berlalu, Qizha hanya bisa duduk termenung di dalam kamar mewah itu. Sebenarnya apa yang direncanakan Qasam? Kenapa pria tu membawanya ke sana?

Latest chapter

  • Suami Preman Ternyata Sultan   230. Cinta Terindah

    Qizha bermain dengan Zein di ruang main yang sengaja di desain khusus untuk anak bermain. Di sana lengkap ada berbagai macam jenis mainan, muali dari mobil-mobilan, bola, tempat mandi bola, perosotan, bahkan permainan untuk lompat-lompatan pun ada.Qizha mengawasi dari jarak beberapa meter, duduk sambil minum jus. Di sisinya ada Arini yang selalu stand by, memberikan apa saja keperluan Qizha.Si kecil mandi bila bersana dengan baby sitter yang tak pernah lepas dari posisi Zein kemana pun pergi. Qizha menatap layar ponselnya yang menunjuk tanggal dua belas, artinya tiga hari lagi Qasam pulang. Lama sekali rasanya menghitung hari. Serindu itu ternyata Qizha pada Qasam? Qizha malu jika mengingat dirinya yang nyaris seperti orang kasmaran dan jatuh cinta. Benda pipih itu kemudian berdering, nama Qasam tertera di layar. Qasam menelepon? Qizha tersenyum senang. Ia langsung menjawab telepon dan mengucap salam.“Kenapa sudah meneleponku? Kangen?” tanya Qizha.“Ha haa… tidak. Aku sama seka

  • Suami Preman Ternyata Sultan   229. Romantis Selalu

    Sudah tiga minggu Qasam pergi ke Jepang sejak terakhir kali Qizha mengantarnya ke bandara, pria itu belum kembali. Kemarin mengaku hanya akan perhi selama dua minggu, tapi ternyata sudah tiga minggu berlalu, Qasam belum kembali.Qizha mengerjakan aktivitas seperti biasanya, menghabiskan waktu dengan bermain bersama Zein, putra semata wayangnya. Kini, Zein sudah tumbuh makin besar. Usianya satu tahun. Di usia sembilan bulan, Zein sudah bisa berjalan. Sekarang, bocah itu sudah bisa berlari meski belum kencang.Qizha merindukan Qasam. Pria itu memang ngangenin. Sebentar tak ketemu, rasa rindu sudah sampai ke ubun- ubun. Sikap Qasam yang setahun belakangan terlihat memuliakan wanita, membuat Qizha merasa kalau Qasam itu seperti candu. Bayangkan saja, setiap saat, Qizha selalu saja mendapat kelembutan dan perhatian khusus dari suaminya. Lalu beberapa minggu, ia harus berpisah. Tentu saja ia rindu. Qizha baru saja meletakkan tubuh Zein ke kasur tidur khusus balita, berdekatan dengan kas

  • Suami Preman Ternyata Sultan   228. Mesra

    Baby sitter terlihat terampil ketika memandikan Zein, bayi yang baru berusia dua minggu. Qizha mengawasi di samping baby sitter. Selama ini, Qizha sendiri yang memandikan bayinya. Baru kali ini ia mengijinkan baby sitter memandikan bayinya, itu pun diawasi olehnya.“Kamu keliahtan terbiasa memandikan bayi,” komentar Qizha.“Iya, Non. Soalnya saya khusus mengurus bayi merah kan dulu sewaktu dip anti asuhan. Dan setelah masuk yayasan, saya juga jadi baby sitter,” sahut wanita yang usianya sekitar empat puluh limaan tahun itu.“Pantesan cekatan. Sini, biar aku yang pakaikan bajunya. Baju dan peralatan untuk si kecil sudah disiapkan?” Qizha mengambil alih bayinya setelah diangkat dari bak mandi.“Sudah, Non.” Qizha melangkah keluar dan segera memasang baju bayi yang sudah disediakan. Termasuk minyak kayu putih dan bedak juga sudah disediakan. Di kamar bayi itu, aroma minyam telon menguar, harum. Arini mendampingi Qizha. Dia bertugas untuk melayani Qizha. Sedangkan baby sit

  • Suami Preman Ternyata Sultan   227. Keturunan

    Qasam membawa air hangat kuku dari pemanas air di sudut kamar sesuai permintaan Qizha dan menyerahkannya kepada istrinya itu. “Ayo minum!”Qasam membantu mendekatkan gelas ke bibir Qizha.“Aku bisa sendiri, Mas,” ucap Qizha dan mengambil alih gelas tersebut lalu meminumnya “Terima kasih, Mas.”Pandangan Qasam kemudian tertuju ke bayi kecil yang ada di samping Qizha. Pipinya tebem, kulitnya putih kemerahan. Hidungnya mancung. Menggemaskan dan lucu sekali. Ini adalah hari pertama Qizha dibawa pulang ke rumah setelah menjalani perawatan selama tiga hari di rumah sakit. Padahal sebenarnya di hari kedua Qizha sudah diijinkan pulang karena kondisinya sehat dan baik-baik saja, namun seperti biasa, Qasam melarang Qizha pulang dan dia diminta untuk dirawat di rumah sakit dengan pantauan dokter. Rumah sakit milik ayahnya, jadi mudah saja baginya mengatur kondisi di rumah sakit.Bahkan, kini Qasam meminta dokter keluarga untuk mengecek kondisi ibu dan bayi ke rumah di tiga hari perta

  • Suami Preman Ternyata Sultan   226. Bayi

    “Pinggangku sakit banget, Mas!” ucap Qizha sambil memegangi pinggang. Mulutnya meringis. Sebenarnya sudah sejak di perjalanan tadi Qizha merasakan ngilu, namun ia menahannya karena rasa ngilu itu datang dan hilang begitu saja. dia mengira hal itu biasa terjadi seiring kehamilannya yang semakin membesar.Namun, kini rasa ngilu itu makin parah, hampir setiap lima belas menit sekali muncul dan rasanya melilit sampai ke perut bagian bawah. Habiba memegang perut Qizha, rasanya keras menggumpal ke satu titik. Kemudian gumpalan keras itu bergerak menuju ke titik lain. Begitu seterusnya.“Ini Qizha sudah mau melahirkan. Ayo cepat bawa ke rumah sakit,” seru Habiba, membuat Qasam langsung gerak cepat menggendong tubuh Qizha dan membawanya ke mobil.Supir menyetir dnegan kelajuan tinggi mendengar suara ritihan Qizha di belakang. Qasam menggenggam tangan Qizha sambil terus mengatakan kata-kata motifasi.Qizha berkeringat, mukanya makin memucat, lemas sekali. Sesekali meringis menahan s

  • Suami Preman Ternyata Sultan   225. Rasa Sakit

    Semenjak Qizha tahu kalau Sina rujuk dengan Arsen, ia menjadi jauh lebih lega. Kini adiknya itu sudah ada yang menanggung jawabi. Hidupnya tidak lagi mengenaskan, Qizha pun tak perlu mencemaskan keadaannya lagi. Sina kini tinggal bersama sang suami. Setelah balitanya keluar dari rumah sakit, Sina mengunjungi rumah Qasam, menemui Qizha dan Qasam untuk mengucapkan rasa terima kasih. Arsen pun menunjukkan sikap layaknya sebagai saudara ipar. Qizha memberikan beberapa helai pakaian dan jilbab baru kepada Sina seperti yang dia janjikan. Qasam pun mulai membuka hati pada Sina. Dia tidak ketus lagi melihat sikap Sina yang jelas sudah jauh berubah. Penampilan Sina pun sudah tidak lusuh lagi seperti saat dia menjanda. Sepeninggalan Sina dan Arsen, tinggal lah Qizha dan Qasam yang duduk di ruang tamu berdua. “Mas, kamu udah nggak benci lagi sama Sina, kan?” tanya Qizha sambil.memegang tangan suaminya.“Tidak.” Tatapan Qasam tertuju pada mata bulat istrinya yang menggemaskan. “Dia seperti

  • Suami Preman Ternyata Sultan   224. Penyesalan

    Qizha menatap ekspresi wajah adik tirinya yang tak pernah dia lihat selama ini, wajah itu tampak jajh lebih menyedihkan, penuh penyesalan, dan tatapan iba. Ini adalah pemandangan pertama kalinya. Wajah Sina benar-benar tampak sangat mengenaskan. Bahkan tampilannya pun berbada, dia memakai kerudung untuk menutup auratnya. Apakah ini adalah awal bagi Sina untuk taubat? Dari mata adiknya, Qizha tidak melihat dendam dan tatapan kebencian seperti dulu. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.Qizha meraih pundak Sina. “Bawa anakmu ke rumah sakit sekarang. Aku akan mengantarmu.”Sina mengangguk dengan senyum dan air matanya langsung berurai. “Iya, Kak. Makasih.”***Di rumah sakit itu, Qizha dan Sina duduk di depan balita yang terbujur dengan selang infus menusuk di kaki. Si kecil tidur pulas. Qizha didampingi oleh Arini, asisten rumah tangga yang satu itu tak diijinkan jauh dari Qizha. Selalu diminta Qasam untuk mendampingi Qizha. Wajah Sina yang tadinya murung, kini

  • Suami Preman Ternyata Sultan   223. Minta Belas Kasih

    “Mas, becandanya nggak lucu. Masak ngintip sih?” tanya Qizha yang tak terima suaminya mengucapkan kata-kata konyol tadi. “Ya, kalau aku lagi nganu sama kamu kan itu kepala bawah lagi ngintip ke dalam. He hee…” Qasam makin konyol. Ia kembali mengelus permukaan perut Qizha. Ia merasakan sensasi saat janin di dalam bergerak-gerak. “Dia bergerak. Setiap kali aku memancing dengan elusan, pasti dia bergerak-gerak.” Qasam tersenyum.“Iya, kalau ada pancingan dari luar, bayi kita pasti merespon. Dia tahu ada yang perhatian kepadanya.”“Tendangannya makin hari makin kuat.”“Namanya juga sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari, ya tentu makin kuat dong.”“Hah? Sudah sembilan bulan?” Qasam kaget. “Cepat sekali rasanya? Aku bakalam punya anak nih sebentar lagi?”Qizha tersenyum. “Kamu kok jam segini udah pulang, Mas? Biasanya pulangnya agak malam atau lebih sore. Ini baru jam tiga sore loh.”“Aku kangen sama kamu, makanya cepet- cepet pulang.”“Sekarang sudah mulai bisa gombalin ya? Receh l

  • Suami Preman Ternyata Sultan   222. Boleh Ngintip?

    Tujuh bulan sudah berlalu. Kini Qizha menghabiskan waktu di rumah saja, menikmati kehamilannya yang sudah membuncit. Dia menghabsikan waktu dengan berjalan santai di sekitar rumah. Pemandangan di sekitar rumah besar yang dikelilingi pagar beton setinggi dua meter itu sangat asri. Ada banyak tanaman hijau yang menyejukkan mata, pancuran air pun ada. Qizha ditemani asisten rumah tangga yang setia mengikutinya. Menyediakan apa saja keperluannya. Ah, Qizha benar-benar merasa speerti ratu. Iya, diratukan oleh suaminya.Saat bosan, Qizha pergi ke salon. Menikmati creambath dan berbagai jenis perawatan lainnya.Qizha juga sesekali jalan-jalan ke mall untuk melihat-lihat suasana baru. Dikawal oleh asisten rumah tangga yang ditugaskan menemani. Namanya Arini, asisten rumah tangga yang sopan dan ramah. Dia melayani Qizha mulai dari A sampai Z. dia hafal kapan Qizha harus makan, minum susu, makan buah, dan minum jus. Dia juga mengambilkan handuk saat Qizha mau mandi, menyiapkan p

DMCA.com Protection Status