Glek!Satu kalimat yang langsung membuat Dani disana nampak sedikit ragu dan memucat.Dani sendiri sudah tau dari awal jika teman satu bandnya itu bukanlah orang biasa. Namun, ia tak menyangka, bahwa Varo akan sekejam itu. Varo yang terlihat paling lemah dan dingin, ternyata jika sudah cemburu tak kenal ampun. Bahkan, kekejamannya tak mengenal siapa pun.Setelah mendapatkan perintah dari Varo, Dani pun segera menutup telponnya dan langsung bersiap untuk melakukan aksinya.Sementara Varo disana pun, setelah berbicara seperti itu, ia segera menutup telponnya dan segera kembali tidur di samping istrinya."Maafin, aku, Dek ...,"***Keesokan paginya, Tasya bangun lebih awal dengan perasaan yang lebih segar.Tasya pun mengecup pelan pipi sang suami dan segera bangkit dari tidurnya untuk mandi dan menyiapkan sarapannya.Sekitar pukul 08.30 WIB, barulah Varo bangun dari tidurnya dan sudah tak mendapati Tasya yang yang berada disampingnya."Tasya kemana yah?" tanya Varo lirih sambil mencoba b
"Mas tuh kenapa sih, dateng-dateng malah cari gara-gara aja!" seru Tasya kesal dengan kelakuan sang suami.Mendapat tamparan dari Tasya, Varo pun nampak geram dan tangannya mulai kembali naik keatas. Saat Varo hendak melayangkan pukulan, saat itu juga Revan datang dan berhasil menahan lengan Varo."Jangan main tangan! Kalau ada masalah selesaikan baik-baik," ucap Revan berusaha menengahi perdebatan antara kedua adiknya.Varo pun segera menurunkan tangannya dan Revan pun langsung melepaskan cekalannya juga."Kedaimu kenapa, Neng?" tanya Revan kepada sang adik.Tasya tak menjawab, hanya menunjuk saja, menyuruh sang kakak untuk melihat sendiri.Revan pun segera meninggalkan kedua adiknya dan melihat keadaan kedai sang adik. Rasa sakit dan marah pun mulai hinggap di hati Revan saat melihat kedai yang nampak kacau balau."Astagfirullah, ulah siapa ini, Neng? Kamu ada masalah sama orang?" tanya Revan kemudian."Neng gak tau, Bang. Neng juga bingung, ada masalah sama siapa. Perasaan Neng ja
Tatapan mata elang Varo begitu menusuk di relung hati Tasya yang paling dalam hingga membuatnya menciut seketika mendengar ucapan itu. Apalagi, Varo pun sudah mulai menggunakan kata 'saya' dan memanggil nama, itu berarti Varo benar-benar marah."Terus, kalau misalnya aku laper gimana? Kan dirumah gak ada makanan," ucap Tasya sedikit memelas."Ada gofud, kan? Uang yang kemaren masih kurang?" tanya Varo kembali."Ma -- masih, sih," ucap Tasya ragu."Ya udah, gak usah ribet! Makan tinggal pesen aja, duit ada, diem dirumah ntar juga dateng sendiri," gerutu Varo seraya beranjak dari kamarnya beralih menuju ruang tamu dan segera mulai memakai sepatunya.Tasya pun menghela napasnya berat lalu segera bangkit dan mengikuti lelakinya itu."Bentar,Mas," ucap Tasya."Apa lagi?" tanya Varo sambil menghentikan aktifitasnya itu.Tasya pun berjongkok didepan suaminya, setelah itu ia mengecup pelan area leher sang suami. Awalnya hanya mengecup dan menghisap, namun lama kelamaan ia gigit, sehingga memb
"Apa?! Bagaimana bisa?!"Tasya terperanjat kaget mendengar ucapan Pak Devan --- calon mertuanya. Bagaimana tidak, pernikahannya akan terselenggara beberapa hari lagi, akan tetapi, pada malam ini mereka membatalkannya secara sepihak.Dan alasan pembatalan itu, sungguh membuat hati Tasya begitu sakit dan kecewa, karena tenyata, Bagas -- kekasihnya telah menghamili Keysa, yang tak lain adalah sahabat Tasya sendiri.Pak Devan yang ditemani oleh istrinya itu nampak tertunduk dalam sambil memainkan jari jemarinya karena rasa penyesalan yang berkecamuk.Brak!Semua orang pun terperanjat kaget karena gebrakan itu."Semudah itu kalian mempermainkan keluarga saya, hah?! Kenapa kalian tega seperti ini?!" sentak Pak Ega --- orangtua Tasya yang tadi menggebrak meja tersebut lalu menunjuk wajah kedua orang yang ada didepannya.Melihat hal itu, Tasya pun langsung buru-buru mengambil tangan sang Papa dan membelai tangan itu dengan lembut."Pah," lirih Tasya pelan sambil membelai tangan itu.Perasaann
"Sya, kenapa?" tanya Pak Ega lembut sambil membelai punggung sang anak.Namun, bukannya menjawab, Tasya hanya menggelengkan kepalanya saja."Duduk," titah Pak Ega kepada tiga orang yang ada di hadapannya itu.Dengan langkah malas-malasan, Pak Devan dan Bu Dhira yang tadi hendak pergi pun, akhirnya terpaksa duduk kembali karena permintaan lelaki itu."Kamu kenal Tasya?" tanya Pak Ega kepada lelaki itu dan mendapat anggukan darinya."Saya Varo, kebetulan saya sama Tasya satu tempat kerja di food court. Tasya jualan di sana, dan saya mengisi acara musik di sana setiap jumat sampai minggu. Saya sering memperhatikan Tasya, tapi mungkin Tasya yang gak pernah memperhatikan saya, apalagi dia juga sudah punya kekasih," ucap lelaki itu menjelaskan siapa dirinya kepada Pak Ega."Sya, daripada pernikahan ini gagal dan keluarga kita malu juga, lebih baik, izinkan aku yang gantiin Bagas jadi calon suamimu," pinta Varo lembut kepada Tasya.Tasya nampak tertunduk dan menggeleng pelan."Maaf," lirih T
'Tasya,' batin Varo sambil membelalakkan matanya saat mendengar jeritan itu.Dengan langkah perlahan dan sedikit mengendap-endap, Varo pun menghampiri Tasya, dan saat melihat apa yang terjadi."Astagfirullah, Tasyaa ...."***Tasya menyayat pergelangan tangannya dengan sebuah cutter yang tadi ia ambil dari kedai.Perlahan, darah segar pun mulai mengalir dari pergelangan tangannya yang tersayat itu bersamaan dengan air mata yang mengalir deras dari manik matanya.Tak lama Tasya pun ambruk dan terduduk disana."Astagfirullah, Tasya," ucap Varo sambil terkejut.Varo pun segera berjongkok di depan Tasya dan bermaksud mengambil cutter yang di pegang olehnya. Namun, tangannya kalah cepat karena Tasya berhasil mengacungkan cutter itu persis ke hadapan Varo.Varo pun lalu melangkah mundur sambil memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Tasya."Pergi, sana! Ngapain kamu disini!" seru Tasya menyuruh Varo pergi.Varo pun menggeleng pelan dan hal itu membuat Tasya semakin murka."Pergi, gak!" s
"Tak ada tapi - tapian!" seru Varo dengan sedikit ketus, bahkan tanpa menengok sedikit pun ke arah Tasya.Tasya pun hanya bisa menghembuskan napasnya kasar dan tak berani berontak lagi.Ia membiarkan Varo menggandeng tangannya hingga mereka tiba di parkiran.Setelah menstarter motornya dan menyuruh Tasya untuk naik, perlahan motor pun mulai bergerak meninggalkan kawasan hutan pinus.Hening pun melanda mereka selama di atas motor itu. Baik Tasya maupun Varo tak ada niat untuk memulai obrolan mereka, keduanya nampak kalut dengan pikiran masing-masing.Merasa sedikit jengah dan khawatir, Varo pun membenarkan kaca spion motornya menghadap Tasya agar ia bisa memantau apa yang dilakukan oleh wanita itu.Tak lama, motor pun akhirnya berhenti di sebuah klinik yang berada di sana."Kok berhenti di sini, gak jadi pulang?" tanya Tasya sedikit penasaran."Iya, kita berobatin tanganmu dulu,," jawab Varo sambil memarkirkan motornya."Gak usah, lukaku kecil kok, tenang aja," ucap Tasya berusaha meno
"Kenapa, Bu? Apa ada yang salah?" tanya Tasya sedikit bingung saat melihat ibu tadi tertawa."Nggak ada kok, Mbak, hanya aja, kok kaya kasian ya," ucap Ibu itu kembali."Kasian kenapa, Bu?" tanya Tasya sedikit penasaran.Sebenarnya, perasaannya sedikit tak enak saat melihat ibu itu dan beberapa ibu lainnya yang nampak tertawa meremehkannya."Gak papa kok, Mbak. Semoga bisa bahagia ya sama Mas Varo. Gak nyangka aja sih, kok bisa-bisanya Mbak nyia-nyiain Mas Bagas yang udah mapan dan lebih memilih Mas Varo yang cuma penyanyi cafe itu," ucap Ibu tersebut sambil tersenyum meremehkan."Ma -- maksud ibu apa?" tanya Tasya nampak tak paham."Ya ilah, Mbak, gak perlu berkelit lagi, kita semua udah tau kok yang sebenarnya kalau Mbak itu yang selingkuh di belakang Mas Bagas. Ya ampun, gak nyangka yah kalau ternyata seleranya sedikit lebih rendah haha," ucap Ibu tersebut.Beberapa ibu yang lain pun nampak menimpalinya.Semua sama, menyalahkan Tasya yang 'katanya' berselingkuh di belakang Bagas de