Share

205). Demam

***

"Mana airnya, Fel. Lama banget."

Felicya yang baru saja datang sambil membawa segelas air lantas berdecak mendengar rengekan Rafly yang saat ini tidur dengan posisi miring di kasur.

"Tunggu, aku kan harus jalan dulu. Enggak terbang," kata Felicya.

Berjalan mendekat, dia duduk di pinggir kasur lalu memberikan gelas yang dia bawa pada Rafly.

"Nih minum dulu."

"Enggak bisa bangun."

"Hah?"

"Aku enggak bisa bangun, Felicya. Bangunin," rengek Rafly seperti anak kecil.

Beberapa hari selalu lembur di kantor—berangkat pagi pulang larut, Rafly akhirnya tumbang juga.

Malam-malam, tepatnya pukul sebelas, Felicya terpaksa bangun setelah mendengar racauan Rafly yang ternyata mengalami demam cukup tinggi.

Meskipun merepotkan, sebagai seorang istri Felicya berusaha melayani suaminya itu. Setelah mengompres, dia bahkan bersedia ketika Rafly memintanya mengambilkan air minum dari dapur.

"Masa enggak bisa bangun sih, Raf?" tanya Felicya. "Aku pegang gelas nih, susah."

"Simpan dulu airnya di meja te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status