Bab 79 Dibalik Adanya Sebuah Kejutan Usai menerima panggilan telepon tersebut aku pun bergegas menuju alamat yang sudah diberikan oleh si penelepon. Sementara aku pergi, Abrisam pun ku titipkan pada neneknya. Hal biasanya yang sering aku lakukan ketika aku keluar luar dan tidak bisa membawa anak laki-lakiku itu. "Istrinya Hilman, ya?" tanya seseorang ketika aku sampai di suatu taman. Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan lelaki yang ku perkiraan seuisaku itu. Entah, apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai si penelepon yang memakai hp mas Hilman tadi memintaku untuk datang ke taman ini. "Hilman ada di sana." Laki-laki itu menujuk ke suatu arah.Aku lantas mengikuti langkah kaki laki-laki di depanku itu. Hingga akhirnya langkah kakiku terhenti ketika aku melihat Mas Hilman yang duduk sembari membawa buket bunga yang cukup besar. Suami mudaku itu tersenyum lebar ke arahku. Senyuman yang selalu mengingatkanku pada maknae dari group boy band BTS.Bukan hanya Mas Hilman yang berada di
Bab 80 Minta Maaf Dengan sangat terpaksa aku pun mengiyakan permintaan dari Mas Hilman.Meskipun aku mengalah untuk meminta maaf duluan, namun bukan berarti Mbak Susi tidak harus meminta maaf padaku. Sebuah cara pun tiba-tiba tercetus dalam pikiranku supaya aku bisa membuat Mbak Susi juga ikutan meminta maaf atas tuduhannya itu. Dan aku yakin dengan cara ini akan berhasil membuat Mbak Susi berpikir seribu kali jika kedepannya ia bersikap bod*h lagi terhadapku.***Hari yang ditunggu pun tiba. Tepatnya hari ini adalah hari dimana Mas Aryo akan mengadakan sebuah pengajian sekaligus syukuran atas pernikahan ketiganya. Dan di hari ini juga lah aku berniat untuk meminta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu pada Mbak Susi.Namun sebelum acara inti dimulai, aku akan membuat kejutan untuk orang-orang yang hadir di acara kali ini. Terutama untuk keluaga Mas Aryo dan keluarga Bulik Erni. Terkhusus Mas Hilman yang sudah mengorbankan sebagian uang gajinya untuk memberikanku kejutan dengan
Bab 81 Sejak Kapan?Tapi ... ternyata Mas Hilman malah sudah tertidur pulas. Jelas hal itu membuatku semakin kesal padanya. Kebiasaan setiap kali kami sedang berdiskusi seperti ini sering aku ditinggal tidur tanpa pamit. "Hiiiiih!!!" Hampir saja tanganku melayang ke wajah imut Mas Hilman. "Sabar, sabar, sabaaar ...," batinku sembari menarik kembali tanganku.***Singkat cerita hari pernikahan Sari pun tiba. Kini resmi lah sahabatku itu menjadi istri dari teman lamaku, Namu.Antara senang dan sedih di hari spesial ini. Senang karena melihat kedua sahabatku akhirnya menjadi pasangan halal. Di sisi lain jelas aku merasa sedih karena aku masih bertanya-tanya dengan uang yang diberikan Mas Hilman untuk sumbangan ke pengantin baru di hadapanku itu.Dapat darimana suami mudaku itu? "Kamu dapat duit darimana, Mas?" tanyaku di suatu pagi. "Duit apa?" jawab Mas Hilman sambil mengambil nasi di hadapannya. "Duit sumbangan buat Sari kemarin," kataku. "Jangan bilang pinjam sama Mas Aryo, ya,
Bab 82 Hubungan Mas Aryo dan Siska Setelah Perceraian Atau jangan-jangan ada hal lain yang sedang disembunyikan suami mudaku itu? Dan sikapnya ini ia gunakan untuk mengulur waktu supaya bisa mendapatkan jawaban yang tepat.Haduh, benar-benar Mas Hilman suka sekali membuatku berpikiran negatif terhadap dirinya. Astaghfirullah ...."Istri itu gak perlu tau berapa gaji suami. Terpenting aku sudah melaksanakan kewajibanku untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan memberikanmu nafkah," balas Mas Hilman lembut sambil mengulas senyum bak Jungkook si biasku."Aku nabung ini udah lama. Sebelum kita menikah. Tepatnya ...." Mas Hilman sengaja memperlambat bicaranya. Sontak hal itu malah semakin membuatku penasaran juga tak sabaran."Apa?!" kesalku."Sabar sayang ...," kata Mas Hilman dengan senyum menggoda.Bukannya tergoda aku malah semakin kesal dengan sikapnya.Umur Mas Hilman sudah tambah tiga tahun dari sejak kami menikah, tetapi sikap tengil dan menyebalkannya itu sama sekali tak berubah.
Bab 83 Mengapa Aku?"Jadi apa hubungannya Mas Aryo sama Siska?" kembali aku mengajukan pertanyaan yang sedari awal membuatku cukup penasaran. Mas Hilman menoleh ke arahku. Menatap kedua mataku dengan wajah seriusnya. "Jadi .... " Mas Hilman terdiam sejenak dengan tanpa mengalihkan pandangannya."Jangan bercanda, Mas!" tegurku ketika melihat Mas Hilman yang sedang menahan mulutnya untuk tidak tertawa. Aku yang dari tadi begitu serius menyikmanya mendadak merasa jengkel dengan sikapnya itu. Untungnya kali ini aku masih bisa menahan emosiku untuk tidak memukuli dirinya."Kamu cantik gitu gimana aku bisa fokus," goda Mas Hilman yang membuatku reflek mendorong gemas tubuhnya menjauh dariku.Ku paling wajahku ke arah lain. Menghindari tatapan Mas Hilman yang membuat jatungku mendadak berdegup kencang. Bahkan yang tadinya aku sempat emosi kini rasa jengkel itu perlahan mulai memudar.Dengan tersipu-sipu lantas aku berkata, "kalau gak serius tidur aja lah aku!"Mas Hilman pun tiba-tiba mend
Bab 84 Teman WanitaHingga beberapa saat kemudian ketika aku merasa sudah siap, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk membuka isi hp Mas Hilman dengan harapan bisa menemukan petunjuk perihal alasan Mas Aryo. Dan ketika aku menemukan nama Mas Aryo berada di daftar pesan WA mas Hilman dengan semangat aku membukanya isi pesan tersebut. Dan baru saja menekan untuk masuk ke dalam chat tersebut secara tiba-tiba aku dibuat tertegun tak percaya. Astaghfirullah ....Dimana ternyata isi pesan antara Mas Hilman dan Mas Aryo sudah kosong. Hanya ada beberapa kali panggilan tak terjawab dari Mas Aryo beberapa hari yang lalu.Melihat hal ini lantas aku berpikir pasti lah selain berbicara secara langsung, Mas Aryo hanya menggunakan panggilan telepon jika ada yang ingin disampaikan pada suami mudaku itu. Alhasil aku pun tak mendapatkan informasi apapun.Perasaan kesal pun tak bisa lagi terelakkan. Namun, karena posisiku membuatku dipaksa untuk bersabar. Tidak ada cara lain lagi.***Di suatu pagi s
Bab 85 Resiko Menikah Dengan Orang Tampan"Kamu sama Dewi deket, ya, Mas?" tanyaku di suatu malam. "Dewi? Kamu kenal?" Mas Hilman menoleh ke arahku. Lalu kembali sibuk dengan laptop di depannya."Dia datang ke rumah tadi pagi," jawabku membalas tolehan Mas Hilman. Lalu kembali menatap layar hp.Seperti biasa ketika Mas Hilman sibuk dengan pekerjaannya, aku sering berada di dekatnya untuk menemaninya. Supaya tidak bosan ketika menemani suami mudaku itu, aku akan menonton drama korea kesukaanku. Tapi terkadang aku juga lebih suka memilih untuk mengulang kembali menonton variety show Run BTS."Lah, tumben? Ada urusan apa dia ke rumah?" tanya Mas Hilman yang tetap sibuk memperhatikan laptopnya itu."Minta izin," jawabku singkat. "Izin apa, sih? Yang jelas kalau ngomong."Ku hela napasku usai mendengar ucapan terakhir Mas Hilman. Suara ketikan dari keyboard laptopnya menjadikan suami mudaku itu teramat serius menatap benda persegi panjang di depannya itu. Mas Hilman menghentikan ketikan
Bab 86 Terulang Kembali?"Mbak Siska!"Seketika aku dibuat tercengang mendengar Rahma menyebut nama Siska.Ya, aku tak salah dengar. Menurut kesaksian dari Rahma, ketika dirinya akan pulang ia dibuat sangat terkejut lantaran melihat Siska yang sudah berdiri di samping mobil miliknya yang terparkir di halaman rumah Bu Watik. Mengetahui hal itu lantas membuatku seakan kini tengah mengulang permasalahan yang terdahulu. Ada Siska yang menjadi dalang semuanya, ada Bu Watik dan Mas Aryo yang saat ini sedang bertengkar dan itu semua ada sangkut pautnya denganku.Di titik ini aku betul-betul dibuat tak mengerti dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Bertahun-tahun aku tidak lagi bertatap muka dengan Siska, bertahun-tahun juga Mas Aryo pergi ke negeri orang, dan selama itu pula lah hubungan antara aku dan Bu Watik mulai membaik. Apalagi Bu Watik sering membantuku mengasuh Abrisam disaat aku sedang sibuk-sibuknya mengurus pekerjaan rumah tangga.Jadi wajar jika saat itu aku berpikir jika semu