#SdmsBab 28 Sarah"Sekarang bilang ada perlu apa kamu ke sini?" tanya Mas Hilman yang tampak tak ingin berbasa-basi dengan Sarah. "Sebenarnya mereka ada masalah apa, sih?" batinku. Begitu besar rasa penasaranku dengan tujuan Sarah ke rumah ini. Sehingga ia seakan tak diterima kehadirannya oleh Mas Hilman maupun Bulik Erni sendiri. Hmm, mencurigakan.Meski begitu aku berharap tak ada masalah apapun diantara kedua orang itu. Mengingat bagaimana latar belakang Mas Hilman yang rasanya tak mungkin ada masalah dengan orang lain. Begitu juga dengan Sarah yang terlihat seperti gadis baik-baik. "Aku perlu ngomong sesuatu, Mas. Tapi sebelum itu .... " Sarah menoleh ragu kearahku. Seakan ia merasa tak nyaman jika ada aku di sini. "Eee, yaudah, aku masuk dulu, Mas." Aku pun bergegas masuk ke dalam.Membiarkan mas Hilman berbicara empat mata dengan Sarah. Walaupun agak berat meninggalkan mereka berdua saja. Tetapi aku yakin mereka tidak akan berbuat yang aneh-aneh. Selain Mas Hilman sosok yang
#SdmsBab 29 Sebuah PerubahanBeberapa hari berlalu. Mas Hilman maupun ibu mertuaku sendiri sama sekali tak menyinggung tentang Sarah. Sedangkan aku, meskipun begitu penasaran dengan sosok gadis cantik itu, namun aku tak memiliki keberanian untuk menanyakannya kembali ke Mas Hilman. Takutnya akan membuatnya marah atau malah mengganggu pekerjaannya nanti. "Halimah?" sapa Bu Ratna yang baru saja datang. Beliau tampak terpana denganku. Aku tersenyum. "Pagi, Bu." Ku balas sapaan atasanku itu seperti biasanya. "Kamu terlihat berbeda," ujar Bu Ratna. Aku menunduk malu. "Maaf, Bu kalau pakaian saya—""Enggak. Pakaian kamu gak salah. Saya malah lebih suka kamu seperti ini. Lebih cantik." Dengan wajah berseri Bu Ratna memberikanku pujian. Tentu hal itu membuat senyumku merekah. Bersyukur sekaligus berterima kasih karena beliau menerima cara berpakaianku yang bisa dibilang sangat berbeda dari biasanya. Ya, hari ini kali pertamanya aku bekerja mengenakan rok dengan jilbab segiempat pemberi
#SdmsBab 30 Rumah SakitKu perhatian dengan seksama wajah Mas Hilman. Wajah yang tampan, imut dan menggemaskan. Wajar bukan jika ada perempuan lain yang tertarik padanya? Benar, melihat Sarah ada di sini aku merasa jika Mas Hilman dan Sarah pasti ada hubungan. Hubungan lebih dari sekedar teman. Tapi ... Mungkinkah laki-laki yang sudah tahu betul bagaimana aturan agama lantas ia melakukan perselingkuhan? Atau jangan-jangan ... Sarah adalah istri kedua Mas Hilman? "Aduh!" tiba-tiba satu buah pukulan kecil dari Mas Hilman berhasil mendarat di lengan kananku. Menyadarkan pikiranku tentang suami mudaku itu dengan wanita lain. "Kenapa, sih, Mbak?" tanya Mas Hilman yang rupanya sudah memanggilku berulang kali. Namun, karena melamun aku tak merespon panggilannya itu. Padahal aku berdiri di samping ranjangnya. Ku hela napas kasarku. "Kamu kenapa sakit?" "Sudah takdirnya," balas Mas Hilman singkat. "Bukan itu maksudku!" kesalku. "Kayaknya aku kenal, deh, sama jilbab yang Mbak pakai." B
#SdmsBab 31 Sikap Bulik Erni"Buruan!" desakku. Melihat Mas Hilam tak kunjung membuka suara. "Jadi ... Yang harus Mbak lakukan sekarang adalah .... "Mas Hilman dengan sengaja memperlambat ucapannya. Sehingga membuatku semakin penasaran dengan hal yang ia maksudkan. Hal yang katanya lebih penting dari Sarah dan harus dilakukan saat ini juga.Hmmm ? "Bisa cepet gak, sih?!" tegurku. Bisa-bisanya dalam keadaan sakit begitu masih bercanda. Haduh! Suami siapa, sih, ini?"Makanya jangan dipotong," sanggah Mas Hilman."Astagaaaah! Kenapa jadi aku yang salah?" kesalku. Bukannya meminta maaf, Mas Hilman malah memasang wajah tanpa dosa. Ia tetap santai meski rasa jengkelku sudah di ubun-ubun. "Jadi, yang lebih penting dari Sarah sekarang ya ngurusin aku, Mbak. Aku, kan, lagi sakit." Melas Mas Hilman yang membuatku semakin dongkol. "Aduh!" Reflek Mas Hilman menyetuh keningnya setelah aku menoyornya. Lalu dengan langkah kesal aku berjalan menuju sofa di pojokan ruangan. Betul-betul dibuang
#SdmsBab 32 Tentang SarahSebenarnya agak heran dan sedikit membuatku bertanya-tanya dengan Bulik Erni yang terkesan terburu-buru mengajak kami pulang. Seakan ada sesuatu yang mengharuskan kami untuk cepat-cepat meninggalkan rumah sakit. Namun, aku sendiri tak mau berburuk sangka pada ibu mertuaku itu. Barang kali memang sudah waktunya Mas Hilman pulang. Tapi ... Sekuat apapun aku untuk tidak berburuk sangka, melihat sikap yang ditunjukan ibu mertuaku itu malah membuatku semakin penasaran. Mmm, semoga saja semuanya akan tetap dalam keadaan yang baik. ***"Mbak?" "Apa?" tanpa menoleh aku menjawab panggilan Mas Hilman. "Sarah itu .... " Terdengar agak ragu dari Kas Himman untuk melanjutkan ucapannya. "Kenapa?" tanyaku yang masih sibuk dengan hp ku. "Aku bingung mau jelasinnya dari mana.""Ya udah, gak usah dijelasin," balasku. Lalu menaruh hp di atas nakas lanjut menarik selimut untuk tidur. Dengan posisi membelakangi Mas Hilman yang masih menyandarkan tubuhnya pada sandaran tem
#SdmsBab 33 Tentang Sarah 2Ditambah aku melihat langsung kedua mata Mas Hilman yang berkaca-kaca seakan menahan tangisnya ketika menjelaskan tentang perjalanan cintanya dengan Sarah yang harus batal demi baktinya pada wanita yang telah melahirkannya. Sepertinya ia sangat menyesali keputusannya untuk membatalkan lamaran itu dan memilih menikahi wanita yang tak sebanding dengan Sarah. Gadis ayu yang membuat jatuh hatinya pada pandangan pertama. Tak lagi sanggup menatap wajah Mas Hilman membuatku mengubah posisi tidurku menjadi terbaring dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhku. Malu. Tentu saja aku malu dengan diriku sendiri. Ah, pantas saja sebelum menjelaskan ini semua, tadi Mas Hilman menasihatiku dengan penuh amat serius. Tak hanya itu, aku juga merasa sangat bersalah dengan Mas Hilman. Karenaku, ia harus melepas gadis idamannya. Gadis pilihan hatinya. Wanita yang memang lebih dari segalanya dari diriku. "Maafkan aku, Mas," ucapku dalam hati. "Jangan merasa bersalah
#SdmsBab 34 Sikap Mas HilmanAh, ternyata masalah suami mudaku dengan Saran sangatlah besar. Apalagi jika Mas Hilman masih menyimpan perasaan dengan Sarah. Lantas, bagaimana dengan diriku? Akankah selamanya aku bakal menjadi istri di atas kertas? "Hatimu ... Sekarang pasti masih sakit, ya?" tanyaku tanpa menoleh ke arah Mas Hilman. Air mata tak lagi bisa ku bendung. Setetes demi setetes mulai membasahi kedua pipiku. Entahlah, perih sekali hati ini melihat kenyataan Mas Hilman yang begitu besar pengorbanannya untuk bisa berbakti pada ibunya. Beberapa detik berlalu, suara Mas Hilman malah menghilang. Aku pun lantas mendongak ke arahnya. "Astagaaah!" sedikit kesal mengetahui suami mudaku itu sudah tertidur dengan posisi yang masih menyandarkan tubuhnya. Pantas saja pertanyaan yang ku ajukan tadi tak kunjung ada jawaban. "Astaghfirullah hal'adzim .... " Aku menggeleng kesal melihat Mas Hilman yang tiba-tiba mengorok. Untung saja dalam kondisi seperti itu ia masih terlihat tampan dan
#SdmsBab 35 Sopir Taksi OnlineDengan ragu aku berkata, "Telepon?" Ah, mana mungkin meminta bantuan Mas Hilman sedangkan hubungan kami dingin begini. Astagfirullah ... Aku harus bagaimana ini? Meneleponnya atau tidak? "Iya!" jawab Sari. Lalu diiyakan oleh teman-temanku yang lainnya."Iya, nanti aku telepon. Makasih udah bantuin." Setelah diam beberapa saat dengan terpaksa aku berkata demikian. Karena jika tidak pasti mereka akan mempertanyakan alasannya.Teman-temanku pun lantas pergi dan kembali bersiap untuk pulang. Hingga akhirnya tinggal aku yang ditemani Sari tengah menunggu seseorang di depan warung makan. Bukan Mas Hilman yang kami tunggu. Melainkan taksi online yang sedang ku pesan untuk mengantarku pulang. Karena aku sendiri ragu jika Mas Hilman akan menjemputku walaupun ia tahu kondisiku sekarang. Batinku merasa tersiksa berada dalam kondisi seperti ini. Namun pada akhirnya aku terpaksa menceritakannya masalahku pada Sari. Meskipun tak semuanya namun setidaknya Sahabatk