#SdmsBab 34 Sikap Mas HilmanAh, ternyata masalah suami mudaku dengan Saran sangatlah besar. Apalagi jika Mas Hilman masih menyimpan perasaan dengan Sarah. Lantas, bagaimana dengan diriku? Akankah selamanya aku bakal menjadi istri di atas kertas? "Hatimu ... Sekarang pasti masih sakit, ya?" tanyaku tanpa menoleh ke arah Mas Hilman. Air mata tak lagi bisa ku bendung. Setetes demi setetes mulai membasahi kedua pipiku. Entahlah, perih sekali hati ini melihat kenyataan Mas Hilman yang begitu besar pengorbanannya untuk bisa berbakti pada ibunya. Beberapa detik berlalu, suara Mas Hilman malah menghilang. Aku pun lantas mendongak ke arahnya. "Astagaaah!" sedikit kesal mengetahui suami mudaku itu sudah tertidur dengan posisi yang masih menyandarkan tubuhnya. Pantas saja pertanyaan yang ku ajukan tadi tak kunjung ada jawaban. "Astaghfirullah hal'adzim .... " Aku menggeleng kesal melihat Mas Hilman yang tiba-tiba mengorok. Untung saja dalam kondisi seperti itu ia masih terlihat tampan dan
#SdmsBab 35 Sopir Taksi OnlineDengan ragu aku berkata, "Telepon?" Ah, mana mungkin meminta bantuan Mas Hilman sedangkan hubungan kami dingin begini. Astagfirullah ... Aku harus bagaimana ini? Meneleponnya atau tidak? "Iya!" jawab Sari. Lalu diiyakan oleh teman-temanku yang lainnya."Iya, nanti aku telepon. Makasih udah bantuin." Setelah diam beberapa saat dengan terpaksa aku berkata demikian. Karena jika tidak pasti mereka akan mempertanyakan alasannya.Teman-temanku pun lantas pergi dan kembali bersiap untuk pulang. Hingga akhirnya tinggal aku yang ditemani Sari tengah menunggu seseorang di depan warung makan. Bukan Mas Hilman yang kami tunggu. Melainkan taksi online yang sedang ku pesan untuk mengantarku pulang. Karena aku sendiri ragu jika Mas Hilman akan menjemputku walaupun ia tahu kondisiku sekarang. Batinku merasa tersiksa berada dalam kondisi seperti ini. Namun pada akhirnya aku terpaksa menceritakannya masalahku pada Sari. Meskipun tak semuanya namun setidaknya Sahabatk
#SdmsBab 36 Romantis Bukan? Aku tersenyum miring ke arah mantan suamiku itu. Mas Hilman mungkin tidak akan marah, namun bukan berarti lantas aku percaya dengan ucapannya begitu saja.Bu Watik, Mbak Susi bahkan Mas Aryo sendiri lah yang selama ini membuatku dibenci banyak orang. Membuat hidupku tak tenang bahkan disaat aku sudah menikah. Cukup bukan jika ucapannya tak pantas di percaya? "Jangan mendekat!" sergahku ketika Mas Aryo akan berjalan mendekatiku. "Aku gak akan ngapa-ngapain kamu. Tenang!" balas Mas Aryo. Mas Aryo tak melanjutkan langkahnya. Ia mengeluarkan hp dari saku celananya. Lalu menelepon entah siapa. Setelah menutup sambungan teleponnya Mas Aryo lantas mengambil sebuah payung dari bagasi mobilnya dan memberikannya padaku. "Bawa ini. Hilman akan segera datang," katanya lalu berlalu masuk ke dalam mobil. Mas Aryo pergi. Memang benar yang dikatakan Mas Aryo. Beberapa saat kemudian, Mas Hilman memang datang menjemputku. Antara percaya tak percaya. Apalagi situasi s
#Sdms Bab 37 Yang akan dilakukan Mas HilmanKu tatap wajah tampan di depanku itu. Seorang laki-laki muda yang sering ku samakan dengan Kookie itu mungkin lebih pantas menjadi adikku. Bukan suamiku. Astagfirullah .... Aku kembali ke kamar guna mengambilkan selimut untuk Mas Hilman. Beberapa detik kemudian setelah aku kembali di hadapan Mas Hilman yang masih tetidur, dengan pelan dan berhati-hati ku selimuti ia sampai hampir menutupi seluruh tubuhnya. Sengaja aku tak membangunkannya. Aku takut jika akan menganggu waktu tidurnya. Apalagi kalau pada dasarnya ia sengaja tidur di sofa untuk menghindariku. Rasanya batinku akan semakin perih jika hal itu benar adanya. Walaupun seharian ini ia bersikap dingin, namun ia tetap menunjukkan rasa pedulinya terhadapku. Bahkan ia rela menggendongku dan menjadi pusat tontonan banyak orang. Sudah tampan, shalih, dan penuh tanggung jawab. Pantas saja jika Sarah masih sulit melepaskan dirinya. Ketika hendak meninggalkan Mas Hilman tanpa sengaja aku
#SdmsBab 38 Masalah? "Gak akan sakit, kok, Mbak," kata Mas Hilman pelan. Kembali kedua mataku dibuat terbelalak mendengar perkataan Mas Hilman barusan. Astagaaah, jangan-jangan ia akan melakukan hal itu pagi ini? Sungguh, aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa sekarang? Membayangkannya saja takut, apalagi .... Haduh! Astaghfirullah .... Ku pejamkan mataku. Tak ingin melihat apa yang akan dilakukan Mas Hilman. Beberapa detik kemudian aku merasa kaki ku seperti di olesi sesuatu. Sontak hal itu membuat kedua mataku terbuka. Mas Hilman tertawa kecil. Memamerkan dua gigi kelincinya itu. "Kenapa, Mbak?" tanya Mas Hilman dengan wajah tak berdosa. "Kenapa kenapa! Kamu tuh bikin otak traveling!" Mendadak Mas Hilman tertawa kembali. Tapi kali ini tertawanya lebih keras. Bahkan saking kerasnya ia sampai menutupi wajahnya dengan telapak tangan kirinya. "Mbak ... Mbak .... " Mas Hilman menggeleng sambil menahan tawanya. "Aku tuh cuma mau ngolesin salep di kakimu." Mas Hilman kembali
#SdmsBab 39 Menolong SarahDi suatu malam ketika aku hendak tidur, tiba-tiba aku dibuat terheran-heran dengan sikap Mas Hilman. Ia menyingkirkan satu guling yang biasanya menjadi pembatas kami. "Kenapa?" Mas Hilman memposisikan dirinya untuk tidur. Aku yang masih tercengang pun hanya bisa menggeleng. Tak bisa berkata apapun. "Tidur." Mas Hilman bersiap untuk memejamkan matanya. Dengan senyum tak karuan, serta pandangan yang tak lepas dari wajah Kookie kw ku itu aku menempatkan kepalaku di atas bantal. Mas Hilman terpejam dengan kedua tangan meliat di dada. Dalam posisi tidur saja ia masih terlihat tampan dan stay cool. Astagaaaaah! Meski sudah menguap berulang kali, namun nyatanya aku malah tak bisa memejamkan mataku. Pandanganku belum bisa lepas dari Mas Hilman yang sudah terlelap. Apalagi malam ini pertama kalinya kami tidur dengan hanya satu guling yang menjadi pembatas. "Kayaknya aku beneran jatuh cinta, deh, sama kamu, Mas." Dengan senyum yang terus merekah aku menatap wa
#SdmsBab 40 Penawaran dari Bu WatikTiba-tiba ada pesan wa masuk. Aku yang awalnya agak malas membukanya dibuat terkejut setelah mengetahui siapa pengirimnya. Tambah tercengang lagi saat aku membuka isi pesannya. Astagaaaah. [Tidur]Pesan yang sangat singkat itu ku terima dari Mas Hilman. Darimana dia tahu kalau aku belum tidur? [Iya] Ku kirimkan balasan untuk Mas Hilman. Sayangnya malah centang satu. Dasar aneh! Bisa-bisanya mematikan hp tanpa menunggu balasan pesan dariku. ***[Antar seragamku sekarang]Seketika kedua alisku mengernyit melihat pesan dari Mas Hilman sepagi ini. Apa ia tak ingin pulang walaupun hanya sekedar berganti pakaian? [Iya] Balas ku yang lagi-lagi hanya centang satu. Benar-benar dibuat heran dengan suami mudaku itu. "Mau kemana, Mbak?" Langkahku terhenti melihat Sarah yang sudah sibuk di dapur. Rajin juga gadis itu. Aku tersenyum. "Nganterin seragam buat Mas Hilman," jawabku sambil menujukkan seragam yang di tanganku. "Oh, iya," balas Sarah setengah
#SdmsBab 41 Dipecat Beberapa hari berlalu. Dan hari ini adalah hari pertamaku masuk kerja setelah sekian lama aku libur. Aku pun berangkat dengan penuh semangat, pasalnya aku sudah begitu rindu dengan aktivitasku yang bisa bertemu banyak orang. Termasuk teman-teman kerjaku atau para pelanggan yang sudah akrab denganku. "Ikut saya, ya," kata Bu Ratna setelah beberapa saat aku sampai di rumah makan. Aku mengikuti langkah Bu Ratna yang menuju ruangannya. Sedikit merasa curiga lantaran terakhir kali aku dipanggil ke ruangannya disuruhnya aku mengantar makanan ke kantor keponakannya, Siska. "Maaf Halimah, saya terpaksa melakukan ini," kata Bu Ratna. Wajahnya tampak sedih. Aku tertegun mendengar ucapan Bu Ratna barusan. "Ma-maksud Bu Ratna apa?" dengan terbata-bata aku bertanya. Bu Ratna berjalan mendekatiku hingga jarak kami kurang dari kurang dari sepuluh langkah. Bu Ratna terlihat seperti berat untuk berbicara. "Saya harus memberhentikan kamu." Sontak aku tercengang setelah Bu