#SdmsBab 15 Sebuah RahasiaMenyebalkan? Tentu saja. Bukan karena Sari atau mas Hilman atau pun Rahma. Tetapi karena momen manis yang sudah terlanjur aku bayangkan telah hancur. Prasangkaku tentang kebuncinan mas Hilman pun hilang sudah. Ku telan ludahku secara kasar. Ingin sekali mencak-mencak tapi malu. Akhirnya apalah daya. Terima pasrah. ***"Besok?!" mataku membulat seketika setelah mendengar penjelasan dari bulik Erni. Benar, aku terkejut bukan main karena bulik Erni memintaku datang ke rumahnya lantaran beliau ingin menyampaikan jika pernikahanku dimajukan besok pagi. Katanya semua keperluan termasuk urusan penghulu dan wali hakim untukku sudah beliau urus dengan bantuan pak Yadi selaku Rt di sini berserta istrinya. Bu Marni. Tak hanya aku saja yang terkejut. Bahkan calon suamiku, mas Hilman pun juga demikian. Rupanya, setelah dari kantor bu Siska kemarin mas Hilman langsung pergi ke pondok tempat ia mengajar. Karena itu lah ia tak tahu-menahu perihal rencana ibunya ini. B
#SdmsBab 16 Sah! Pagi harinya aku bergegas mempersiapkan diri untuk pergi ke KUA. Mengenakan gamis stelan putih dengan sepatu flat yang ternyata sudah diambil Sari dengan Rahma usai waktu subuh berlalu. Untuk masalah pekerjaanku, bulik Erni pun juga sudah memintakan izin pada bu Ratna supaya memberikanku libur untuk tiga hari ke depan. Sedangkan untuk Sari hanya satu hari ini. Hal itu karena jika Sari juga tiga hari ditakutkan akan menimbulkan kecurigaan pada bu Ratna. Mengingat kami belum tahu apakan bu Ratna ada keterlibatan dengan kejadian di kantor bu Siska tempo hari. Sampai sepatu flat ini ku pakai aku masih bertanya-tanya siapa pengirim sebenarnya. Namun, kali ini aku cenderung tak begitu memikirkannya. Sebab aku yakin barang kali memang mas Hilman yang memberikannya, hanya saja ia gengsi mengakuinya. Sehingga ia menggunakan nama ibunya untuk menutupi perasaanya itu. Setelah semuanya siap aku bersama Sari dan bulik Erni akan berangkat ke KUA dengan mobil yang sudah disewa
#SdmsBab 17 Rumah bu WatikAku sendiri memang amat penasaran dengan mobil yang berhenti di rumah bu Watik. Ditambah pernyataan bulik Erni yang rupanya ini bukan kali pertama ada mobil berhenti di rumah bu Watik di jam dini hari. Sungguh, pantas dicurigai bukan? ***"Keluaaarrrr!!!" teriak seseorang dari arah luar rumah. Aku, bulik Erni, Sari dan Rahma yang mendengar pun seketika berlari kearah teras guna memastikan siapa gerangan yang teriak-teriak di sore menjelang petang ini. Dan ternyata kami melihat bu Marni yang sedang diusir oleh bu Watik. Sontak hal itu pun membuat kegaduhan hingga tak hanya aku yang terkejut. Namun, juga beberapa tetangga yang rupanya sudah berada di sekitar jalan depan rumah bu Watik. Melihat bulik Erni berlari kecil kearah rumah kakak iparnya itu, aku, Sari dan Rahma pun bergegas menyusul beliau. Karena aku sendiri juga penasaran dengan apa yang terjadi dan apa yang hendak dilakukan ibu mertuaku itu. Selain itu, seingatku tadi setelah pulang dari maka
#SdmsBab 18 Mencurigai Bu Siska"Ibu-ibu ... Perkenalkan saya Siska. Istri mas Aryo. Belum lama ini kami sudah menikah meskipun masih secara agama. Dan mobil yang ibu-ibu maksudkan adalah mobil saya," kata bi Siska memberi penjelasan. Mendengar penjelasan dari bu Siska malah membuatku bertanya-tanya dengan usia pernikahan yang ia singgung barusan. Pasalnya saat acara di rumah makan bu Ratna waktu itu, bu Siska mengatakan jika pernikahannya dengan mas Aryo sudah berjalan tujuh bulanan. Mengapa sekarang berubah? Apa jangan-jangan .... Aku dan Sari kompak saling menatap setelah mendengar penjelasan bu Siska. Sepertinya Sari juga memikirkan hal yang sama dengan kecurigaanku. "Kalau terus terang dari awal, saya rasa tidak akan ada prasangka seperti ini," kata bu Marni. "Betul itu. Lagian kenapa harus nikah siri segala, sih?" gerundel seseibu yang tampak kepo. Sama hal nya denganku. "Jangan-jangan hamidun lagi!" timpal yang lainnya. "Wah, jangan-jangan iya lagi," seru lainnya. Menda
#SdmsBab 19 Acara WalimahanAcara pengajian sekaligus walimahan pun lancar digelar. Banyak tamu undangan terutama para tetangga pun ikut membersamainya. Meskipun tak sedikit juga dari beberapa orang yang memandang tak suka padaku. Wajar, mungkin mereka masih mempercayai tuduhan bu Watik waktu itu. Keluarga bu Watik sendiri juga turut hadir. Termasuk bu Siska yang mendampingi suaminya. Akan tetapi kehadiran mereka sejujurnya amat membuatku terganggu. Hal itu lantaran sikap mereka yang selalu tampak acuh dari awal acara hingga selesai. Bahkan, sesekali aku sempaglt mendengar langsung obrolan bu Watik dengan lainnya yang menjelekkan diriku. Menyudutkanku sampai menuduhku lagi dengan hal-hal yang tak berdasar. "Heran aku, tuh, sama ponakanku itu. Kok, bisa-bisanya nikah sama bekas sepupunya sendiri. Ini, sih pasti si perempuan gat*l itu pakai dukun. Gak mungkin enggak!" ujar bu Watik pada ibu-ibu se-gengnya. Terdengar jelas tuduhan tak berdasar itu ke telingaku ketika acara masih ber
#SdmsBab 20 Setelah Beberapa Hari BerlaluBeberapa hari telah berlalu. Dan selama itu juga aku telah berhasil menjadi istri dan menantu di rumah ini. Ku lewati hari-hariku dengan sangat menyenangkan. Meskipun terkadang masih terdengar cibiran-cibiran dari para tetangga yang sejak awal memang tak menyukai kehadiranku. Walaupun begitu aku berusaha keras untuk mengabaikannya. Tak perlu diambil hati karena hanya akan menjadikan sampah yang menumpuk di dalam hatiku. Dan itu akan berbahaya bagi fisik, mental dan keimananku. "Ajar ndablek!" ujar ibu mertuaku kala itu. Ya, beliau sendiri sudah sering menjadi saksi ketika ada tetangga yang dengan mudahnya menghinaku. Melihatku dengan tatapan tak suka, bahkan menyidirku dengan hal-hal masa lalu yang menjadikan pernikahanku dengan mas Aryo kandas. Tak hanya itu, ujaran kebencian dari ibu-ibu yang julid pun semakin bertambah manakala si tukang kompor, bu Watik mengatakan jika diriku begitu hina dan tak tahu malu karena berani menikah dengan
#SdmsBab 21 Flashback "Ada satu hal yang membuat Ibu penasaran dengan dirimu." Bulik Erni tampak serius. Begitu juga denganku. Mendengar perkataan yang belum tuntas itu sudah berhasil membuat jantungku berdebar lebih kencang. Hal apa yang sekiranya ingin diketahui ibu mertuaku itu? "Apa, Bu .... ?" Dengan sedikit merendahkan nada aku menatap kearah ibu mertuaku. "Kamu masih ingat, kan, rahasia yang ingin Ibu bilang ke kamu setelah kamu dan Hilman menikah?"Aku mengangguk pelan. "Iya .... Ibu mau bilang sekarang? Tapi ... Mas Hilman, kan, lagi gak ada di rumah," balasku. Bulik Erni menghela napasnya. "Enggak, kok. Ibu akan bilang nanti kalau Hilman sudah di rumah saja. Bagaimana pun juga dia suamimu. Dan soal rahasia itu Hilman juga harus tau secara langsung," tutur bulik Erni. Dalam hati aku berkata," terus kenapa nanyain soal rahasia ituuuu?" Sebenarnya aku mulai agak kesal dengan sikap ibu mertuaku ini yang bertele-tele. Sudah macam sinetron di negeri konoha saja. Akan teta
#SdmsBab 22 Flashback 2Tak ingin membuat bulik Erni menunggu lama, lantas aku pun melanjutkan ceritaku. Dimana hal yang mendasari adanya perjanjian tersebut adalah ... karena tanah dan rumah satu-satunya peninggalan bapak ternyata masih atas nama kedua orang tuanya. Alhasil setelah kepergian bapak, tanah tersebut menjadikan budhe Menik meminta haknya. Saat itu aku tidak mempunyai cukup uang untuk bisa membayar notaris. Tetapi budhe Menik dengan teganya mengatakan jika aku tak perlu ikut membayar notaris asalkan tanah bagian bapak dijual kepadanya. Tentu saja aku menolaknya. Karena aku tahu bagaimana sifat saudara kandung bapak satu-satunya itu. "Budhe Menik pasti gak akan ngasih uangnya kalaupun aku menjual tanah itu. Aku tau siapa dia. Aku tau gimana sifatnya. Aku tau betul, Bu!" ucapku yang sedikit emosi manakala mengingat kembali perlakuan budhe Menik kepadaku saat itu. Ya, meskipun bapak masih ada namun budhe Menik selalu bersikap kasar pada kami. Entah apa alasannya. Namun,