#SdmsBab 18 Mencurigai Bu Siska"Ibu-ibu ... Perkenalkan saya Siska. Istri mas Aryo. Belum lama ini kami sudah menikah meskipun masih secara agama. Dan mobil yang ibu-ibu maksudkan adalah mobil saya," kata bi Siska memberi penjelasan. Mendengar penjelasan dari bu Siska malah membuatku bertanya-tanya dengan usia pernikahan yang ia singgung barusan. Pasalnya saat acara di rumah makan bu Ratna waktu itu, bu Siska mengatakan jika pernikahannya dengan mas Aryo sudah berjalan tujuh bulanan. Mengapa sekarang berubah? Apa jangan-jangan .... Aku dan Sari kompak saling menatap setelah mendengar penjelasan bu Siska. Sepertinya Sari juga memikirkan hal yang sama dengan kecurigaanku. "Kalau terus terang dari awal, saya rasa tidak akan ada prasangka seperti ini," kata bu Marni. "Betul itu. Lagian kenapa harus nikah siri segala, sih?" gerundel seseibu yang tampak kepo. Sama hal nya denganku. "Jangan-jangan hamidun lagi!" timpal yang lainnya. "Wah, jangan-jangan iya lagi," seru lainnya. Menda
#SdmsBab 19 Acara WalimahanAcara pengajian sekaligus walimahan pun lancar digelar. Banyak tamu undangan terutama para tetangga pun ikut membersamainya. Meskipun tak sedikit juga dari beberapa orang yang memandang tak suka padaku. Wajar, mungkin mereka masih mempercayai tuduhan bu Watik waktu itu. Keluarga bu Watik sendiri juga turut hadir. Termasuk bu Siska yang mendampingi suaminya. Akan tetapi kehadiran mereka sejujurnya amat membuatku terganggu. Hal itu lantaran sikap mereka yang selalu tampak acuh dari awal acara hingga selesai. Bahkan, sesekali aku sempaglt mendengar langsung obrolan bu Watik dengan lainnya yang menjelekkan diriku. Menyudutkanku sampai menuduhku lagi dengan hal-hal yang tak berdasar. "Heran aku, tuh, sama ponakanku itu. Kok, bisa-bisanya nikah sama bekas sepupunya sendiri. Ini, sih pasti si perempuan gat*l itu pakai dukun. Gak mungkin enggak!" ujar bu Watik pada ibu-ibu se-gengnya. Terdengar jelas tuduhan tak berdasar itu ke telingaku ketika acara masih ber
#SdmsBab 20 Setelah Beberapa Hari BerlaluBeberapa hari telah berlalu. Dan selama itu juga aku telah berhasil menjadi istri dan menantu di rumah ini. Ku lewati hari-hariku dengan sangat menyenangkan. Meskipun terkadang masih terdengar cibiran-cibiran dari para tetangga yang sejak awal memang tak menyukai kehadiranku. Walaupun begitu aku berusaha keras untuk mengabaikannya. Tak perlu diambil hati karena hanya akan menjadikan sampah yang menumpuk di dalam hatiku. Dan itu akan berbahaya bagi fisik, mental dan keimananku. "Ajar ndablek!" ujar ibu mertuaku kala itu. Ya, beliau sendiri sudah sering menjadi saksi ketika ada tetangga yang dengan mudahnya menghinaku. Melihatku dengan tatapan tak suka, bahkan menyidirku dengan hal-hal masa lalu yang menjadikan pernikahanku dengan mas Aryo kandas. Tak hanya itu, ujaran kebencian dari ibu-ibu yang julid pun semakin bertambah manakala si tukang kompor, bu Watik mengatakan jika diriku begitu hina dan tak tahu malu karena berani menikah dengan
#SdmsBab 21 Flashback "Ada satu hal yang membuat Ibu penasaran dengan dirimu." Bulik Erni tampak serius. Begitu juga denganku. Mendengar perkataan yang belum tuntas itu sudah berhasil membuat jantungku berdebar lebih kencang. Hal apa yang sekiranya ingin diketahui ibu mertuaku itu? "Apa, Bu .... ?" Dengan sedikit merendahkan nada aku menatap kearah ibu mertuaku. "Kamu masih ingat, kan, rahasia yang ingin Ibu bilang ke kamu setelah kamu dan Hilman menikah?"Aku mengangguk pelan. "Iya .... Ibu mau bilang sekarang? Tapi ... Mas Hilman, kan, lagi gak ada di rumah," balasku. Bulik Erni menghela napasnya. "Enggak, kok. Ibu akan bilang nanti kalau Hilman sudah di rumah saja. Bagaimana pun juga dia suamimu. Dan soal rahasia itu Hilman juga harus tau secara langsung," tutur bulik Erni. Dalam hati aku berkata," terus kenapa nanyain soal rahasia ituuuu?" Sebenarnya aku mulai agak kesal dengan sikap ibu mertuaku ini yang bertele-tele. Sudah macam sinetron di negeri konoha saja. Akan teta
#SdmsBab 22 Flashback 2Tak ingin membuat bulik Erni menunggu lama, lantas aku pun melanjutkan ceritaku. Dimana hal yang mendasari adanya perjanjian tersebut adalah ... karena tanah dan rumah satu-satunya peninggalan bapak ternyata masih atas nama kedua orang tuanya. Alhasil setelah kepergian bapak, tanah tersebut menjadikan budhe Menik meminta haknya. Saat itu aku tidak mempunyai cukup uang untuk bisa membayar notaris. Tetapi budhe Menik dengan teganya mengatakan jika aku tak perlu ikut membayar notaris asalkan tanah bagian bapak dijual kepadanya. Tentu saja aku menolaknya. Karena aku tahu bagaimana sifat saudara kandung bapak satu-satunya itu. "Budhe Menik pasti gak akan ngasih uangnya kalaupun aku menjual tanah itu. Aku tau siapa dia. Aku tau gimana sifatnya. Aku tau betul, Bu!" ucapku yang sedikit emosi manakala mengingat kembali perlakuan budhe Menik kepadaku saat itu. Ya, meskipun bapak masih ada namun budhe Menik selalu bersikap kasar pada kami. Entah apa alasannya. Namun,
#SdmsBab 23 Sebuah Alasan"Kamu kenapa pulang malam-malam gini? Katanya mau nginep?" tanya bulik Erni pada anak lelakinya. Mas Hilman terdiam. Ia tampak berpikir untuk menjawab pertanyaan sederhana dari ibunya. Sontak hal itu malah membuatku penasaran akan alasan sebenarnya. Mungkinkah terjadi sesuatu dengannya? "Heh!" tegur bulik Erni melihat mas Hilman yang masih melamun. "Aduh! Sakit, Bu!" keluh mas Hilman karena pukulan dari ibunya yang amat keras. "Ditanya kok malah diem!"Mas Hilman tersenyum nyengir kearah ibunya. Lalu membisikkan sesuatu yang membuat bulik Erni mengubah ekspresinya. Ya, bulik Erni tercengang setelah mendengar apa yang dikatakan anak lelakinya itu. "Ini, kan, sudah hampir seminggu!" ujar bulik Erni yang membuatku terheran-heran. Apa maksudnya? Mas Hilman sendiri hanya mengangguk dengan menunjukkan wajah imutnya. "Yasudah besok aja. Ibu juga mau tidur!" cetus bulik Erni yang secara tiba-tiba sembari turun dari tempat tidur. "Siap-siap, ya, Nduk!" ucap b
#SdmsBab 24 TerungkapSambil membereskan sisa-sisa sarapan aku berusaha menyimak apa yang akan diucapkan ibu mertuaku itu. Meskipun mencoba untuk tidak tegang namun nyatanya aku begitu dibuat deg-degan dengan situasi yang ada. Rahasia yang seperti apa sih yang dimaksud ibu mertuaku itu? Bulik Erni menatapku. "Jadi ... Mas Wanto memberikan sebidang tanah untuk kamu dan Aryo sebagai hadiah pernikahan kalian. Tapi belum sempat disampaikan ke kamu mas Wanto sudah meninggal lebih dulu," kata ibu mertuaku padaku. Aku hanya bisa menelan ludahku setelah mendengar perkataan bulik Erni barusan. Betul-betul tak menyangka sekaligus tak percaya jika rahasia yang dimaksudkan berkaitan dengan harta. "Masalah ini baru diketahui bu Watik beberapa hari setelah meninggalnya mas Wanto. Ya ... Pas kamu udah keluar dari rumah itu," lanjut bulik Erni. "Terus kenapa budhe mau jahatin Imah, Bu?" tanya mas Hilman penasaran. "Dugaan Ibu karena mereka gak mau berbagi soal tanah itu. Kamu tau sendiri lah gi
Bab 25 Kekecewaan Mas Hilman"Soal itu ... Maafkan Ibu Imah, maafkan Ibu Hilman. Maafkan Ibu." Wajah bulik Erni memelas. Lalu kembali memelukku dari samping. Membuatku dan mas Hilman keheranan. "Ibu ngomong yang jelas dulu. Kenapa?" tanya mas Hilman.Bulik Erni melepaskan pelukannya. Lantas menjelaskan jika sebenarnya beliau berbohong perihal rahasia ini. Dimana beliau memang sudah mengetahuinya sejak lama. Sejak aku dan mas Aryo belum menikah. "Astaghfirullah ... Kenapa Ibu berbohong?" mas Hilman menatap kecewa kearah ibunya. "Kenapa, Bu?" tanya mas Hilman lagi. "Ibu tau gak akibat kebohongan Ibu itu?" mas Hilman terus mencerca ibu kandungnya itu yang malah membuatku kasihan pada bulik Erni. "Sabar Mas ...," kataku pada mas Hilman.Baru kali ini aku melihat mas Hilman begitu marah dengan ibunya. Sampai-sampai wajah imut bak Jungkook itu pun seketika berubah. Suami mudaku terlihat sangat kecewa dengan wanita yang telah melahirkannya itu.Aku tahu jika sebuah kebohongan itu tidak