“Kamu nggak berniat untuk membunuh istrimu sendiri ‘kan, Indra?” tanya Haily agak curiga dengan gelagat aneh Indra.“Untuk saat ini mungkin tidak. Tapi, jika aku lepas kendali. Aku tidak akan mengelak,” jawab Indra enteng.Sebelum melanjutkan kalimatnya. Indra menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan jika sekeliling mereka tak ada orang yang menguping obrolan mereka.“Hey, mau aku beri tahu rahasiaku?” Indra mencodongkan tubuhnya ke arah Haily.“Rahasia apa?”Indra tersenyum miring, lalu berbisik, “Aku pernah melenyapkan beberapa nyawa. Hal itu sudah biasa di hidupku.”Haily mengeluarkan ekspresi terkejut. Tentu hanya sekedar kepura-puraan belaka. Haily sudah pernah mendengar mengenai Indra yang pernah menghabisi nyawa seseorang dari Albert.Namun, Haily tak menyangka, Indra akan mengakuinya sendiri. Padahal Indra hanya orang biasa yang hidup di negara paling damai di dunia. Tetap memberi kesan bagi Haily. Haily jadi pen
“Apa yang kamu lihat? Ibu tiriku yang sangat baik? Kok kayaknya seru banget.” Suara Cani membuat Bu Helena tersentak. Bu Helena menoleh ke belakang. Ia menatap Cani yang terus berjalan mendekatinya. Cani duduk santai di seberang kiri Bu Helena. “Cani, ngapain kamu ada di sini?” tanya Bu Helena bingung. “Aku juga ingin melihat apa yang kamu lihat,” jawab Cani enteng. Cani menoleh ke arah layar besar yang menampilkan adegan panas yang dilakukan Victory bersama banyak pria. Dengan tersenyum, Cani berkomentar. “Adikku tercinta berbakat juga jadi bintang film porno. Baru aku tahu. Kamu pasti sangat bangga pada anakmu.” Bu Helena langsung panik. Ia meraih remot televisi di depannya. Bu Helena berusaha mematikan televisi yang menampilkan tubuh telanjang Victory yang sedang digagahi oleh bermacam-macam pria. Namun sayang, r
Hari telah berganti, namun perasaan sayang Cani ke Han tak pernah berganti, apalagi berubah. Justru Cani makin tergila-gila dengan suaminya yang begitu perhatian. Meskipun semenjak menikah dengan Han, hidup Cani selalu ditimpa banyak rintangan. Kebahagiaan yang Cani rasakan jauh lebih besar. Cani merasa sangat beruntung, telah memiliki Han di sisinya. Setidaknya, itulah yang dirasakan Cani saat ini. Kehidupannya bisa dibilang sempurna. “Cani! Kamu ngapain di sini? Cari siapa?” sapa Dewi menghampiri Cani. Dewi merupakan menantu Mak Ti yang bekerja di pabrik sepatu, sama seperti Han. Namun Dewi sebagai pegawai pabrik. Sedangkan Han merupakan satpam. “Eh? Mbak Dewi. Ini, aku lagi nyari suamiku. Mau ngasih bekal makanan. Kasihan, tadi pagi nggak sempat sarapan. Aku bangun kesiangan,” jelas Cani tersenyum ramah. “Suamimu kerja di sini? Emangnya kamu sudah nikah? Ko
Haily berdecap melihat Victory yang tak menghiraukan dirinya. Haily kembali berbicara. Namun, lagi-lagi Victory tak peduli. Victory justru fokus pada novel yang ia baca. Karena geram tak dianggap ada. Haily yang sedikit kesal pun merebut buku yang digenggam Victory. Tindakan Haily yang tiba-tiba, sukses mengejutkan Victory. Perhatian Victory langsung sepenuhnya tertuju pada Haily. "Sebenarnya, kamu dari tadi dengar aku, atau tidak?" tanya Haily mencoba menghilangkan kekesalannya. Kedua mata Victory berkaca-kaca waktu melihat sosok Haily. "Haily, keluarkan aku dari sini." Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut Victory. Victory bahkan sampai besimbah di kaki Haily. Berharap Haily akan membantunya kali ini. "Aku tahu, kamu adalah orang kepercayaan suamiku. Tolong yakinkan suamiku, agar mau melepasku. Aku siap diceraikan," mohon Victory merengek di kaki Haily. Mendengar ocehan Victory, Haily makin senang. Itu artinya, rencana Haily akan berjalan lancar, sesuai dengan keingin
Tentu Victory menerima tawaran menggiurkan dari Haily. Lagipula, Victory memang sudah tak memiliki pilihan lain. Saat ini, tak ada satu pun orang yang membantu Victory, kecuali Haily. “Iya, aku mau,” kata Victory yakin. “Tapi, ingat! Kamu harus nurut sama aku. Jangan melakukan hal yang tidak aku perintahkan. Bagaimana? Kamu bersedia?” tanya Haily memastikan jika Victory akan menurut. Victory tak kunjung mengeluarkan suara. “Ini semua demi kebaikanmu. Yang terpenting, kamu harus bebas dari cengkeraman Indra. Tubuhmu yang indah, tidak boleh makin hancur.” Haily mengelus pipi tirus Victory sembari terus meyakinkan adik kandung Cani itu. Victory menatap Haily penuh harap. “Kamu baik sekali,” lirih Victory. “Jika sudah ditolong orang. Kamu harus menunjukkan rasa terima kasihmu. Kamu mengerti?” balas Haily melempar senyuman ke arah Victory.
“Nggak usah bawa polisi segala.” Haily mencegah. “Loh? Kenapa, Mbak? Lebih aman kalau ada polisi juga,” terang Cani bingung. “Emangnya polisi di negara ini bisa melakukan pekerjaan mereka dengan baik?” Haily meremehkan pihak kepolisian. “Kamu percaya sama polisi?” tanya Haily. Mendengar semua perkataan Haily, Cani teringat akan kinerja polisi yang tahu. Seperti kasus di konter ponsel tetangga Cani. Dan masih banyak lagi. Cani jadi ragu sekarang. “Lantas, aku hanya pergi berdua dengan Mas Han? Tapi, kamu bilang Indra bahaya banget.” Haily tersenyum tipis. “Han itu seorang satpam. Meskipun tidak pernah terlihat berantem. Aku yakin, Han pasti bisa menghadapi Indra. Apalagi badan Han jauh lebih besar daripada Indra,” jelas Haily. Haily sengaja memberi arahan kepada Cani. Haily tidak ingin ada orang luar ikut campur.
Indra tertawa nyaring setelah mendengar perkataan penuh tekanan yang dilontarkan Han. “Apa? Kamu akan meratakan rumahku? Orang miskin, rupanya suka berhayal ya?” cemooh Indra. “Orang sepertimu mau meratakan rumahku? Jangan mimpi!” geram Indra. “Bos! Ada apa?! Kok ribut sekali?” Indra tersenyum senang melihat anak buahnya yang berbadan kekar menghampirinya. “Kamu tidak mengambil waktu liburanmu?” tanya Indra pada anak buahnya itu. “Mana mungkin aku meninggalkan Bos sendirian di rumah sebesar ini. Aku akan selalu menjagamu, Bos.” Anak buah Indra berdiri di depan Indra. Memberi penjagaan pada Indra. “Mereka siapa, Bos? Tamu?” “Mereka pengganggu. Usir mereka dari sini. Tapi, jangan melukai si wanita,” perintah Indra. “Cani, aku ini masih baik sama kamu. Mangkanya aku nggak mungkin nyur
Han melempar tongkat besi ke sembarang arah. Dengan cepat, Han sudah berdiri tepat di depan Indra. Sebelah tangan Han menarik kerah Indra, hingga membuat tubuh Indra terangkat ke atas. “Hey, Pendek. Mau sebanyak apa pun uang yang kamu miliki. Kamu tidak bisa melawanku,” ringis Han. Indra tiba-tiba takut dengan aura yang dikeluarkan Han. “Be-beraninya kamu!” jerit Indra berusaha melepasakan diri. Namun gagal. Kini, Indra merintih kesakitan saat Han beralih mencekik leher Indra hanya menggunakan satu tangan. “Mari kita lihat. Berapa lama uang berada dipelukanmu,” desis Han. Han menekan leher Indra. Hal tersebut membuat Indra tak sadarkan diri. Han menghempas tubuh Indra di atas sofa. “Sodah lama aku tidak melakukan ini. Rasanya, aku seperti kembali ke diriku dulu,” gumam Han menatap Indra yang pingsan. “A-anu, maaf. Apakah