Beberapa pelayan masuk ke dalam ruangan. Mereka menyajikan makanan pembuka bagi para tamu spesial Marci. Setelah hidangan tertata rapi di atas meja makan. Pelayan meninggalkan ruangan.“Silakan dinikmati,” ucap Marci melihat sekilas satu per satu teman-temannya. Tak terkecuali Han.Mereka mulai mencicipi masakan bintang lima tersebut.“Bagaimana, Baby? Kamu menyukai makanan yang barusan kamu santap?” tanya Marci pada Hime.Rupanya, pertanyaan Marci itu tak hanya didengar oleh Hime. Melainkan Victory juga mendengarnya. Dan Victory amat sangat tidak nyaman, dengan interaksi yang ditunjukkan oleh Marci dan Hime.Seperti ada kekesalan tersendiri di hati Victory. Mungkin karena Victory cemburu.“Di acara ini, aku juga ingin menyampaikan sesuatu yang penting,” ujar Marci.Suara Marci yang lantang dan serius. Menarik perhatian seisi ruangan. Kini, mereka fokus pada Marci sembari menunggu Marci melanjutkan kalimatnya.“Kemarin aku dan kekasihku telah melangsungkan acara pertunangan. Yang dis
“Oh? Tuan Marci? Sedang apa anda di sini?” tanya Victory setelah berhasil melawan rasa terkejutnya.Saat ini, Victory bersikap formal. Seakan-akan, Marci hannyalah orang asing baginya.“Aku sedang mengisi liburanku di sini. Aku kira tadi siapa, ternyata kalian berdua. Senang sekali bisa bertemu kalian,” tutur Marci mengeluarkan senyuman di wajahnya.“Kami juga senang, bertemu denganmu. Kamu ‘kan kawanku,” timpal Indra menepuk bahu Marci.Indra mengajak Marci nongkrong di dalam cafe. Mereka bertiga pun duduk bersama. Victory benar-benar tak menggubris Marci. Malahan, Victory seperti sengaja pamer kemesraan.Karena telah dibuat sakit hati. Victory sama sekali tak peduli dengan Marci sekarang. Rasa sukanya pada Marci seakan meluap entah ke mana.“Apakah kalian juga berlibur?” tanya Marci.“Kami tak hanya berlibur. Kami juga sedang menikmati bulan madu kami. Aku ingin memiliki keturunan. Semoga saja, setelah pulang dari sini. Aku lekas hamil,” cerocos Victory menunjukkan kegembiraan.Marc
Dengan senyuman penuh arti, Marci membalas, “Terima kasih, Victory.” Karena Marci dan Hime masih sibuk menyambut tamu lain. Indra mengajak Victory untuk menikmati fasilitas pesta yang disajikan. Keduanya tak sengaja bertemu dengan Cani dan Han yang juga menghadiri pesta resepsi. Indra yang malas berinteraksi dengan Han dan Cani pun, lebih memilih untuk menghampiri rekan-rekan bisnisnya. “Aduh, ketemu lagi sama orang miskin. Bosan aku lama-lama,” ejek Victory memutar kedua bola matanya. Meskipun Han tampak sangat tampan. Bibir Victory tetap gatal, dan ingin menghina kakak iparnya itu. “Kalian berdua, tuh! Udah kayak kuman tahu, nggak? Kalian punya rasa malu atau tidak? Bisa-bisanya berkeliaran di lingkungan kalangan atas,” hina Victory berbicara dengan nada ketus. Cani sangat terkejut dengan ucapan pedas Victory. Victory telah ingkar janji. Padahal, Victory sendiri yang bersumpah. Tidak akan pernah menghina Han, dan Cani. Nyatanya, Victory mengingkari janjinya sendiri. “Mas Ha
Setelah menghitung uang satu koper pemberian dari Albert. Cani memutuskan untuk membaginya menjadi dua. Yang satu untuk ditabung. Dan satu bagian lagi untuk disedekahkan di masjid, dan panti asuhan yang ada di desa.Keputusan Cani yang bijak, membuat Han makin jatuh hati pada sosok Cani. Bagaimana tidak? Tak hanya paras Cani yang cantik. Perilaku, serta hati Cani juga tak kalah cantik. Bagi Han, Cani sangat kayak untuk dikagumi.“Sayang, kita bisa menggunakan seluruh uang itu untuk membeli tanah di sebelah rumah kita,” tutur Han. “Tapi, kamu malah memilih untuk membaginya,” tambah Han.“Mas, setiap rezeki yang kita peroleh. Ada hak orang lain. Jadi, tidak ada ruginya ketika kita membagi,” terang Cani.Han menganggukkan kepala, tanda mengerti.“Kalau dapat rezeki lagi, kita bisa beli perkerangan di samping rumah. Itu pun, kalau Pak Lurah bersedia menjualnya,” kata Cani.“Kenapa begitu? Kalau kita membelinya dengan harga pantas. Pak Lurah pasti akan menjualnya,” ujar Han tak mengerti
Hime mengajak Cani pergi berbelanja di salah satu supermarket besar di pusat kota. Selain terdapat kebutuhan pokok. Di sana juga tersedia segala kebutuhan sekunder. “Biasanya aku berbelanja di Mall. Tapi, letak Mall lumayan jauh dari rumah kamu. Jadi, aku pilih lokasi terdekat saja,” ujar Hime memberi tahu Cani. “Iya, Mbak. Aku takut Roni rewel kalau perjalanan jauh. Roni suka mabuk perjalanan,” terang Cani merasa bersyukur. “Berarti, keputusanku tepat, dong,” seloroh Hime mencolek punggung tangan Cani. Cani menganggukkan kepala sebagai jawaban. Mereka pun kembali menyusuri rak-rak berisi berbagai macam merk dagangan. Sementara itu, di sisi lain, di tempat yang sama. Hanya berbeda satu gang. Marci tengah menemani Victory yang sedang berbelanja kebutuhan pokok. Victory baru saja mendapatkan uang bulanan dari Indra. Dan kebetulan, Indra sedang berada di luar kota. Jadi, tak ada salahnya bagi mereka berdua untuk berjumpa.“Aku kagum denganmu. Meskipun kamu punya banyak pembantu di
Hime tertawa kecil mendengar perkataan Victory yang seakan ingin menantangnya.“Kamu mengajakku bersaing? Demi mendapatkan cinta Marci?” tanya Hime memastikan.“Iya. Biar kamu tahu, kalau suamimu itu tidak mencintaimu. Dan menikahimu hanya untuk menutupi hubungan kami berdua,” jawab Victory terkesan mengejek Hime.“Lantas, bagaimana dengan suamimu?” Sekali lagi, Hime menyinggung soal Indra.“Suamiku? Biarkan itu menjadi urusanku. Yang terpenting kita pertegas dulu. Siapa wanita yang nantinya dipilih oleh Mas Marci. Aku atau kamu,” jelas Victory.Cani tak menyangka, adiknya berubah menjadi wanita seperti ini. Sudah memiliki suami kaya raya. Memiliki segalanya. Namun masih mengincar pria lain yang sudah beristri. Jujur, sebagai seorang kakak, Cani merasa sangat malu sekarang.“Baiklah ... Jika itu yang kamu inginkan. Aku menerima tantanganmu,” kata Hime.“Tapi, kalau kamu kalah. Jangan pernah menyalahkanku. Jika nantinya, kamu kehilangan segalanya,” tambah Hime menatap tajam Victory. M
“Kamu dukung siapa? Aku atau Victory?” tanya Hime bermaksud untuk menggoda Albert.“Memangnya, kamu membutuhkan dukungan dariku? Dari segi mana pun. Kamu tetap pemenangnya. Nggak perlu sampai membuang waktu, meladeni orang tidak penting,” celoteh Albert.Hime menghembuskan napas. “Kamu tidak akan mengerti. Para pria tidak pernah bersaing dalam urusan asmara,” kata Hime menatap lurus ke depan.Tak lama mereka berkendara. Akhirnya, mobil Albert sampai di depan kediaman Marci.Satpam rumah Marci membukakan pintu gerbang utama, setelah mengetahui jika yang ada di dalam mobil adalah Hime, istri Bos mereka.Hime keluar dari dalam mobil. Dia mengajak Albert untuk ikut masuk ke dalam rumah. Namun Albert menolak, dan beralasan ingin mengurus sebuah pekerjaan penting.Apa boleh buat? Hime tak bisa memaksa Albert. Alhasil, Hime membiarkan Albert pergi.Setelah mobil Albert melaju pesat di telan tikungan. Hime melangkahkan kakinya. Memasuki mansion milik sang suami. Tak lupa, dia juga didampingi
Marci penasaran dengan jawaban apa yang akan Hime lontarkan.Hime menganggukkan kepalanya. “Iya, terasa sekali bumbunya. Tidak seperti makananku sehari-hari,” komentar Hime.“Semua makanan di Negara ini sangat enak,” kata Marci sambil menyuapi Hime.“Aku bakal kursus memasak. Biar bisa masakin makanan buat kamu.”“Kamu akan pergi kursus memasak?” tanya Marci pada Hime.Setelah menganggukkan kepala, Hime menjawab, “Iya, kamu bakal bayar biaya kursus aku ‘kan? Aku ingin menggunakan uang suamiku.”Marci tertawa kecil mendengar perkataan Hime yang menurutnya terdengar sangat lucu.“Kamu mau menggunakan uangku? Selama ini kamu menolak,” goda Marci menganggap Hime hanya bercanda.“Kali ini, aku tidak akan menolak apa pun yang kamu kasih ke aku. Termasuk uang, dan harta lainnya,” timpal Hime mengerucutkan bibir.“Tingkahmu aneh sekali. Jika kamu sibuk di sini, lantas, bagaimana dengan perusahaanmu?” tanya Marci tak habis pikir dengan jalan pikiran Hime.“Aku berniat untuk menyatukan perusaha