Setelah menghitung uang satu koper pemberian dari Albert. Cani memutuskan untuk membaginya menjadi dua. Yang satu untuk ditabung. Dan satu bagian lagi untuk disedekahkan di masjid, dan panti asuhan yang ada di desa.Keputusan Cani yang bijak, membuat Han makin jatuh hati pada sosok Cani. Bagaimana tidak? Tak hanya paras Cani yang cantik. Perilaku, serta hati Cani juga tak kalah cantik. Bagi Han, Cani sangat kayak untuk dikagumi.“Sayang, kita bisa menggunakan seluruh uang itu untuk membeli tanah di sebelah rumah kita,” tutur Han. “Tapi, kamu malah memilih untuk membaginya,” tambah Han.“Mas, setiap rezeki yang kita peroleh. Ada hak orang lain. Jadi, tidak ada ruginya ketika kita membagi,” terang Cani.Han menganggukkan kepala, tanda mengerti.“Kalau dapat rezeki lagi, kita bisa beli perkerangan di samping rumah. Itu pun, kalau Pak Lurah bersedia menjualnya,” kata Cani.“Kenapa begitu? Kalau kita membelinya dengan harga pantas. Pak Lurah pasti akan menjualnya,” ujar Han tak mengerti
Hime mengajak Cani pergi berbelanja di salah satu supermarket besar di pusat kota. Selain terdapat kebutuhan pokok. Di sana juga tersedia segala kebutuhan sekunder. “Biasanya aku berbelanja di Mall. Tapi, letak Mall lumayan jauh dari rumah kamu. Jadi, aku pilih lokasi terdekat saja,” ujar Hime memberi tahu Cani. “Iya, Mbak. Aku takut Roni rewel kalau perjalanan jauh. Roni suka mabuk perjalanan,” terang Cani merasa bersyukur. “Berarti, keputusanku tepat, dong,” seloroh Hime mencolek punggung tangan Cani. Cani menganggukkan kepala sebagai jawaban. Mereka pun kembali menyusuri rak-rak berisi berbagai macam merk dagangan. Sementara itu, di sisi lain, di tempat yang sama. Hanya berbeda satu gang. Marci tengah menemani Victory yang sedang berbelanja kebutuhan pokok. Victory baru saja mendapatkan uang bulanan dari Indra. Dan kebetulan, Indra sedang berada di luar kota. Jadi, tak ada salahnya bagi mereka berdua untuk berjumpa.“Aku kagum denganmu. Meskipun kamu punya banyak pembantu di
Hime tertawa kecil mendengar perkataan Victory yang seakan ingin menantangnya.“Kamu mengajakku bersaing? Demi mendapatkan cinta Marci?” tanya Hime memastikan.“Iya. Biar kamu tahu, kalau suamimu itu tidak mencintaimu. Dan menikahimu hanya untuk menutupi hubungan kami berdua,” jawab Victory terkesan mengejek Hime.“Lantas, bagaimana dengan suamimu?” Sekali lagi, Hime menyinggung soal Indra.“Suamiku? Biarkan itu menjadi urusanku. Yang terpenting kita pertegas dulu. Siapa wanita yang nantinya dipilih oleh Mas Marci. Aku atau kamu,” jelas Victory.Cani tak menyangka, adiknya berubah menjadi wanita seperti ini. Sudah memiliki suami kaya raya. Memiliki segalanya. Namun masih mengincar pria lain yang sudah beristri. Jujur, sebagai seorang kakak, Cani merasa sangat malu sekarang.“Baiklah ... Jika itu yang kamu inginkan. Aku menerima tantanganmu,” kata Hime.“Tapi, kalau kamu kalah. Jangan pernah menyalahkanku. Jika nantinya, kamu kehilangan segalanya,” tambah Hime menatap tajam Victory. M
“Kamu dukung siapa? Aku atau Victory?” tanya Hime bermaksud untuk menggoda Albert.“Memangnya, kamu membutuhkan dukungan dariku? Dari segi mana pun. Kamu tetap pemenangnya. Nggak perlu sampai membuang waktu, meladeni orang tidak penting,” celoteh Albert.Hime menghembuskan napas. “Kamu tidak akan mengerti. Para pria tidak pernah bersaing dalam urusan asmara,” kata Hime menatap lurus ke depan.Tak lama mereka berkendara. Akhirnya, mobil Albert sampai di depan kediaman Marci.Satpam rumah Marci membukakan pintu gerbang utama, setelah mengetahui jika yang ada di dalam mobil adalah Hime, istri Bos mereka.Hime keluar dari dalam mobil. Dia mengajak Albert untuk ikut masuk ke dalam rumah. Namun Albert menolak, dan beralasan ingin mengurus sebuah pekerjaan penting.Apa boleh buat? Hime tak bisa memaksa Albert. Alhasil, Hime membiarkan Albert pergi.Setelah mobil Albert melaju pesat di telan tikungan. Hime melangkahkan kakinya. Memasuki mansion milik sang suami. Tak lupa, dia juga didampingi
Marci penasaran dengan jawaban apa yang akan Hime lontarkan.Hime menganggukkan kepalanya. “Iya, terasa sekali bumbunya. Tidak seperti makananku sehari-hari,” komentar Hime.“Semua makanan di Negara ini sangat enak,” kata Marci sambil menyuapi Hime.“Aku bakal kursus memasak. Biar bisa masakin makanan buat kamu.”“Kamu akan pergi kursus memasak?” tanya Marci pada Hime.Setelah menganggukkan kepala, Hime menjawab, “Iya, kamu bakal bayar biaya kursus aku ‘kan? Aku ingin menggunakan uang suamiku.”Marci tertawa kecil mendengar perkataan Hime yang menurutnya terdengar sangat lucu.“Kamu mau menggunakan uangku? Selama ini kamu menolak,” goda Marci menganggap Hime hanya bercanda.“Kali ini, aku tidak akan menolak apa pun yang kamu kasih ke aku. Termasuk uang, dan harta lainnya,” timpal Hime mengerucutkan bibir.“Tingkahmu aneh sekali. Jika kamu sibuk di sini, lantas, bagaimana dengan perusahaanmu?” tanya Marci tak habis pikir dengan jalan pikiran Hime.“Aku berniat untuk menyatukan perusaha
Seiring berlalu, bergulirnya waktu. Kedekatan di antara Hime dan Cani makin terjalin erat. Hime sangat dibuat nyaman oleh sifat, dan segala perhatian yang diberikan oleh Cani.Cani tak pernah mengeluh, atau pun kesal, saat Hime melakukan kesalahan dalam memasak. Yang terpenting bagi Cani, Hime bisa mengerti dengan apa yang diajarkan.“Wah, Mbak Hime sekarang sudah bisa membuat rica-rica bekicot. Hm ... Enak banget rasanya,” puji Cani sambil mencicipi masakan Hime.“Akhirnya, setelah sekian kali gagal! Aku bisa membuat makanan ini,” ucap Hime girang.“Berati, Mbak Hime makin jago. Beneran definisi istri idaman deh, pokoknya.” Cani merasa bangga dengan perjuangan Hime dalam memasak.“Aku jadi nggak sabar ketemu Marci. Terus masak yang enak buat dia,” ungkap Hime tersenyum senang.Han yang sedari tadi melihat tingkah mereka berdua pun merasa aneh. Terutama pada Hime yang sering tersenyum. Seperti orang yang sedang bahagia. Padahal Han tahu persis, jika Hime terlalu termakan oleh masa lal
“Jangan bercanda seperti itu. Aku tidak suka,” ucap Victory melempar senyumannya pada Marci.“Sayangnya, aku sedang tidak bercanda,” tukas Marci menatap lurus Victory.Biasanya, Marci suka sekali menebar senyuman. Namun kali ini berbeda. Sedari tadi, wajah Marci datar. Malah cenderung tanpa ekspresi.“Apa sih maksudmu?” Victory menatap nyalang Marci.“Hubungan kita tidak akan ada masa depannya. Maka dari itu, akan jauh lebih baik jika kita akhiri saja. Kamu bisa menganggap jika hubungan kita tidak pernah ada,” tutur Marci.Marci mengakhiri hubungan, tanpa memedulikan perasaan Victory yang hancur. Bagaimana pun juga, yang memulai hubungan terlarang ini adalah Marci. Bukan Victory.“Meskipun hubungan kita singkat. Tapi, aku tetap merasa senang,” tambah Marci berusaha tersenyum.“Kamu kejam sekali. Membuangku setelah aku sudah menyukaimu,” ketus Victory berusa keras agar tidak menangis.Marci menganggukkan kepalanya. “Aku memang kejam. Aku akui itu. Sebelum cinta terlarang kita makin jau
Tanpa menutupi apa pun dari Han. Albert langsung melaporkan semua yang terjadi. Termasuk kaburnya Haily. Sesuai dengan dugaan Albert tentang respons Han. Han terlihat begitu marah.Sepertinya, kelakuan Haily mampu membangunkan serigala yang sedang tertidur. Terbukti dengan Han yang langsung meminta algojonya untuk mencari keberadaan Haily.Padahal, selama ini Han tak pernah menyuruh algojonya untuk mengejar seseorang. Kali ini benar-benar berbeda. Bahkan Han tak berharap algojonya akan membawa Haily secara hidup.Yang penting, Haily bisa tertangkap.“Siapa yang membantu Haily membebaskan diri?” tanya Han pada Albert.“Aku belum mendapatkan informasi tentang hal tersebut. Namun, jika boleh menduga. Kemungkinan besar, anggota CIA yang membantu Haily kabur,” urai Albert setelah berpikir sejenak.“Bukankah CIA terlalu berlebihan? Sampai menghabisi seluruh anak buahmu yang ada di dalam kapal?” Han mempertanyakan jawaban Albert yang terdengar tidak masuk di akalnya.“Jika itu benar-benar