Seiring berlalu, bergulirnya waktu. Kedekatan di antara Hime dan Cani makin terjalin erat. Hime sangat dibuat nyaman oleh sifat, dan segala perhatian yang diberikan oleh Cani.Cani tak pernah mengeluh, atau pun kesal, saat Hime melakukan kesalahan dalam memasak. Yang terpenting bagi Cani, Hime bisa mengerti dengan apa yang diajarkan.“Wah, Mbak Hime sekarang sudah bisa membuat rica-rica bekicot. Hm ... Enak banget rasanya,” puji Cani sambil mencicipi masakan Hime.“Akhirnya, setelah sekian kali gagal! Aku bisa membuat makanan ini,” ucap Hime girang.“Berati, Mbak Hime makin jago. Beneran definisi istri idaman deh, pokoknya.” Cani merasa bangga dengan perjuangan Hime dalam memasak.“Aku jadi nggak sabar ketemu Marci. Terus masak yang enak buat dia,” ungkap Hime tersenyum senang.Han yang sedari tadi melihat tingkah mereka berdua pun merasa aneh. Terutama pada Hime yang sering tersenyum. Seperti orang yang sedang bahagia. Padahal Han tahu persis, jika Hime terlalu termakan oleh masa lal
“Jangan bercanda seperti itu. Aku tidak suka,” ucap Victory melempar senyumannya pada Marci.“Sayangnya, aku sedang tidak bercanda,” tukas Marci menatap lurus Victory.Biasanya, Marci suka sekali menebar senyuman. Namun kali ini berbeda. Sedari tadi, wajah Marci datar. Malah cenderung tanpa ekspresi.“Apa sih maksudmu?” Victory menatap nyalang Marci.“Hubungan kita tidak akan ada masa depannya. Maka dari itu, akan jauh lebih baik jika kita akhiri saja. Kamu bisa menganggap jika hubungan kita tidak pernah ada,” tutur Marci.Marci mengakhiri hubungan, tanpa memedulikan perasaan Victory yang hancur. Bagaimana pun juga, yang memulai hubungan terlarang ini adalah Marci. Bukan Victory.“Meskipun hubungan kita singkat. Tapi, aku tetap merasa senang,” tambah Marci berusaha tersenyum.“Kamu kejam sekali. Membuangku setelah aku sudah menyukaimu,” ketus Victory berusa keras agar tidak menangis.Marci menganggukkan kepalanya. “Aku memang kejam. Aku akui itu. Sebelum cinta terlarang kita makin jau
Tanpa menutupi apa pun dari Han. Albert langsung melaporkan semua yang terjadi. Termasuk kaburnya Haily. Sesuai dengan dugaan Albert tentang respons Han. Han terlihat begitu marah.Sepertinya, kelakuan Haily mampu membangunkan serigala yang sedang tertidur. Terbukti dengan Han yang langsung meminta algojonya untuk mencari keberadaan Haily.Padahal, selama ini Han tak pernah menyuruh algojonya untuk mengejar seseorang. Kali ini benar-benar berbeda. Bahkan Han tak berharap algojonya akan membawa Haily secara hidup.Yang penting, Haily bisa tertangkap.“Siapa yang membantu Haily membebaskan diri?” tanya Han pada Albert.“Aku belum mendapatkan informasi tentang hal tersebut. Namun, jika boleh menduga. Kemungkinan besar, anggota CIA yang membantu Haily kabur,” urai Albert setelah berpikir sejenak.“Bukankah CIA terlalu berlebihan? Sampai menghabisi seluruh anak buahmu yang ada di dalam kapal?” Han mempertanyakan jawaban Albert yang terdengar tidak masuk di akalnya.“Jika itu benar-benar
Hime benar-benar serius dengan keinginannya tempo hari. Tentang menyerahkan perusahaan kepada Marci. Lebih tepatnya, Hime melakukan marge dengan perusahaan Marci.Kabar tersebut menjadi berita nasional. Dan membuat harga saham meningkat tajam. Permintaan produk juga makin besar. Sepertinya, masyarakat menyambut baik keputusan Hime dan Marci.Demi merayakan menyatunya dua perusahaan. Marci sengaja menggelar pesta meriah yang dihadiri oleh para kolega, dan petinggi perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan Marci.“Tak hanya pintar mencari uang. Tuan Marci juga pintar memilih istri.” Rekan Marci memuji sekaligus menggoda Marci.“Jodoh sudah ada yang ngatur, Pak,” balas Marci tersenyum ramah.Marci pun kembali mengobrol asyik bersama teman-temannya. Tak terkecuali Indra yang juga menghadiri acara Marci.Sementara para pria saling berbincang seru. Berbeda dengan para wanita yang terlihat canggung satu sama lain. Terutama bagi Victory dan Hime.Dari tadi, sejak pertama kali Victory men
“Apa pun yang kamu minta. Akan aku laksanakan, Baby,” cakap Marci mantap.“Ada satu hal yang tidak boleh kamu langgar,” ucap Hime.“Apa?”“Kamu tidak boleh menemui Victory. Apalagi sampai bertatap muka dengannya. Jika kamu melanggar pantangan yang aku berikan. Aku tidak akan pernah memaafkanmu,” tandas Hime.“Aku mengerti, Baby,” ucap Marci menganggukkan kepalanya.“Sebelum aku berhasil mewujudkan keinginanmu. Bisakah kamu tetap berada di sisiku? Dan berpura-pura tak menganggap kejadian ini pernah ada,” pinta Marci penuh harap.Hime tersenyum lembut. Sebelah tangannya terulur untuk mengelus pipi Marci. Menandakan jika Hime menerima permintaan Marci.“Pernikahan menyatukan kita berdua. Hubungan kita berlangsung selamanya. Bahkan ketika kita telah meninggalkan dunia ini. Kita akan selalu bersama,” tutur Hime berubah menjadi wanita yang penuh kelembutan.Marci menyentuh jemari kecil Hime yang mengelus pipinya.“Yeah, kita sudah mengucapkan janji suci di depan Tuhan. Kita tidak boleh meng
Dengan berat hati, Cani melepas kepergian Roni yang memilih ikut bersama Mas Samsul. Sementara Bu RT berusaha menenangkan Cani yang terlihat sangat tidak rela.Karena Cani gondok. Cani berpamitan pada BU RT untuk pergi tidur. Bagaimana pun juga, Cani sangat kecewa dengan tindakan Bu RT yang seperti tak memihak dirinya.Cani masuk ke dalam rumah dalam kondisi lemas. Kalau saja Cani tidak ada tanggung jawab memasak makanan untuk para tukang. Cani pasti sudah merengut di dalam kamar, dan menangis. Meratapi kepergian Roni.“Semoga Mas Samsul bisa menjadi ayah yang baik buat Roni. Dan benar-benar berubah,” gerutu Cani sambil mengiris wortel untuk menu makan siang para tukang.Kelakuan Mas Samsul tempo hari, tak hanya merusak keripik pisang yang terpajang di etalase. Mas Samsul dan teman-temannya juga merusak kaca, dan berbagai perabotan di dalam toko.Untung saja, Cani memiliki uang tabungan. Sehingga bisa langsung memperbaiki kerusakan toko.***Sementara itu, di kediaman megah Indra dan
Waktu berlalu dengan begitu lambat bagi Cani. Bagaimana tidak? Semenjak kepergian Roni, Cani seakan kehilangan separuh hidupnya. Cani sudah menganggap Roni seperti anaknya sendiri.“Kamu masak apa, Sayang?” tanya Han memeluk tubuh Cani dari belakang.“Aku masak makanan kesukaan Roni, Mas. Kangen banget sama Roni,” jawab Cani berusaha menggulung senyuman di wajahnya yang elok.“Kebetulan hari ini aku libur. Bagaimana jika kita menjenguk Roni? Sekalian kasih uang ke Mas Samsul. Hitung-hitung buat jajan Roni. Di sini ‘kan Roni suka jajan,” gagas Han mengajak Cani.Seperti tanah gersang yang disiram oleh air hujan. Hati Cani terasa segar begitu mendengar ajakan dari sang suami tercinta.“Ayo, Mas! Aku lanjut masak dulu ya! Mas Han mandi dulu, gih!”Han langsung menuruti perkataan Cani. Dia bergegas membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi, Han masuk ke dalam kamar. Dia meraih parfum mahal miliknya. Menyemprotkan parfum itu ke seluruh tubuh bagian atas.Bersamaan dengan kegiatan Han.
Semua orang di sana terkejut,sekaligus kebingungan dengan apa yang baru saja dilontarkan oleh Si Wanita.“Maksud, Mbak apa?” tanya Cani menggoyang-goyangkan pundak Si Wanita agak kasar.Pak Lurah mencoba menenangkan Si Wanita yang menangis tanpa henti. Setelah Si Wanita berhasil ditenangkan, barulah Pak Lurah bertanya dengan nada rendah, supaya Si Wanita tak panik lagi.“Mas Samsul pukul Roni sampai kepala Roni pecah. Aku nggak ikut-ikut, Pak ....” Si Wanita merengek sambil terus mengeluarkan tangis.“Apa? Maksudmu, Mbak? Di mana Roni?” tanya Cani menatap tajam Si Wanita.Cani tak mau percaya. Tapi, hatinya sakit mendengar semua yang dikatakan oleh Si Wanita.“Aku nggak salah,” rintih Si Wanita tak berani mendongakkan kepalanya.“Di mana kamu mengubur Roni?” tanya Pak Lurah yang sebenarnya juga sangat berat.“Di belakang rumah. Di dekat kandang kambing,” jawab Si Wanita lirih.“Apaan, sih, Mbak? Bohong ‘kan! Nggak mungkin!” cecar Cani menangis.Han langsung memeluk sang istri, guna m
Mobil bagaikan sebuah peti mati yang beroda. Gelap, sempit, dan mencekik. Tali nilon yang melilit pergelangan tangan Cani terasa semakin mengerat, menciptakan rasa sakit yang membakar.Cani mencoba lagi, dan lagi, menarik-narik tali itu, namun hanya rasa perih yang menusuk kulitnya. Di bibirnya, lirih dan putus asa, terucap hanya satu kalimat, "Mas Han ... Tolong aku ...." Kalimat itu bergema dalam kegelapan, sebuah permohonan yang mungkin tak akan pernah sampai.Di luar, kegelapan pedesaan berganti dengan pemandangan jalan raya yang semakin ramai. Lampu-lampu kota mulai bermunculan, tapi bukan kota yang dikenalnya. Cani menyadari, ia dibawa jauh, jauh dari tempat tinggalnya. Jalan raya berganti dengan jalan yang menuju bandara.Hati Cani mencelos. Ia jelas sudah dibawa ke luar kota, dan sekarang ... Sebuah bandara? Ke mana ia akan dibawa? Keputusasaan mencengkeram Cani lebih erat."Mas Han ... Kamu di mana?" isakannya terdengar di antara giginya yang terkatup.Cani menendang k
Kedatangan Rio membuat Han makin memperketat penjagaannya. Terutama pada Cani yang sepertinya diincar oleh Rio. Han ingin melakukan pertemuan kembali dengan Rio, guna mempertanyakan maksud, dan tujuan Rio datang ke Indonesia. Akan tetapi, Rio seperti belut yang licin. Tak mudah untuk bertemu Rio lagi. Bahkan Han tak mampu melacak keberadaan Rio. "Ke mana si keparat itu?" geram Han meremas gelas yang ia genggam. "Entah lah, apa mungkin dia kembali? Tapi, aku sudah mengecek di seluruh bandara, dan pelabuhan. Rio belum keluar dari negara ini," jelas Marci. "Mungkin Rio hanya menggertak saja," sahut Hime. Semua orang tampak panik, dan gelisah saat mengetahui Rio mengunjungi Han, kecuali Hime yang terlihat biasa saja, malah cenderung ke santai. "Rio itu pembisnis, kalau boleh menebak, mungkin ada pekerjaan di sini, berhubung dia tahu kamu bersembunyi di sini, Rio mengunjungimu," urai Hime. Han menyipitkan matanya saat mendengar celoteh Hime. "Jadi, Rio sudah tahu aku bersembunyi d
Seiring berjalannya waktu, akhirnya hari ini Indra bebas dari penjara. Indra merasa sangat lega. Ias sempat mengumpat, dan bersumpah tidak akan sudih kembali lagi ke tempat mengerikan seperti penjara. Indra turun dari mobil yang ia tumpangi tepat di depan gerbang rumahnya. Baru saja Indra membuka gerbang, ia dikejutkan dengan dua buldoser yang terparkir di halaman rumahnya. "Apa-apaan ini!" geram Indra mengetahui jika tamanan hias ratusan juta miliknya telah digilas oleh roda buldoser. Seorang pria bertubuh tinggi turun dari buldoser. Ia tersenyum menyambut kedatangan Indra. "Han?" lirih Indra terkejut. "Ngapain kamu di sini?" sungutnya risih. "Aku ingin menyambutmu. Aku sudah menyiapkan hadiah yang bagus untukmu," ringis Han. "Tutup mulutmu! Pergi dari rumahku!" usir Indra. "Rumahmu? Sepertinya kamu melupakan sesuatu. Sebelum kamu di penjara, rumahmu sudah disita pihak bank, karena kamu tidak sanggup membayar hutang," ujar Han. Indra tak mampu menutupi keterkejutannya, kedua
Persidangan atas kasus penyebaran video tak senonoh yang dilakukan oleh Indra telah membuahkan hasil. Semua sesuai dengan keinginan Han. Indra hanya dihukum selama tiga tahun kurungan penjara, dan denda sebanyak satu juta rupiah.Bagi Cani dan Victory, hukuman tersebut sangatlah ringan, tak sebanding dengan kerugian yang diderita oleh Victory. Belum lagi, Indra juga melaporkan Victory atas tuduhan perzinahan.Sepertinya Cani tak mau kalah. Ia juga berniat untuk melaporkan Indra karena Indra telah melakukan kekerasan terhadap Victory. Akan tetapi, Victory tidak ingin masalah ini makin panjang. Sehingga Cani terpaksa menahan diri.“Hanya dihukum tiga bulan? Hakim itu pasti sudah disuap sama Indra!” Sedari tadi Cani ngedumel. Menunjukkan ketidakterimaannya terhadap putusan sang hakim agung.“Indra sudah tidak memiliki uang. Mustahil jika ia bisa menyuap hakim,” sahut Marci membela hakim yang ternyata kenalannya sendiri.“Sebelum memutuskan h
Suasana di rumah Cani dan Han terasa berat. Cani, dengan tegar, memeluk Victory erat-erat, meyakinkan adiknya bahwa ia tetap dicintai dan didukung. Air mata Victory mengalir deras, tanpa suara, menceritakan kesedihan yang tak terucapkan. Cani terus mengusap punggung Victory, membisikkan kata-kata penghiburan, berharap bisa sedikit meringankan beban batin adiknya yang terluka. Han duduk di samping mereka, tangannya terulur untuk ikut mengusap rambut Victory dengan lembut, sentuhan yang penuh empati dan pengertian. Ekspresi wajah Han sulit diartikan. Ia terlihat tenang, namun ada semburat kekhawatiran yang terpancar dari sorot matanya. Bukan berarti Han tidak mendukung Victory, tetapi keheningan Victory, ketiadaan suara untuk menjelaskan semuanya, membuat Han semakin sulit untuk sepenuhnya memahami situasi.Han mengerti bahwa ada yang disembunyikan, lebih banyak lagi yang tak bisa diungkapkan oleh Victory karena keterbatasanny
Cani tak mampu menutupi keterkejutannya. Apa mungkin, Indra menyiksa Victoru karena memergoki hubungan terlarang yang pernah terjalin antara Marci dan Victory? Tapi, tetap saja, kekerasan dalam rumah tangga, tidak pernah bisa dibenarkan. Apalagi sampai membuat adiknya cacat permanen. Indra harus mendapat ganjaran atas perbuatannya. Keputusan Cani sudah bulat. Tidak mungkin berubah. "Bapak Indra yang terhormat. Aku pertegas sekali lagi. Mulai sekarang, perusahaan ini tidak menjalin kerja sama apa pun dengan perkebunan milikmu."Mendengar pernyataan itu, Indra jadi naik pitam. Kedua tangannya yang terkepal sudah siap untuk menghantam kepala Cani. Indra melangkahkan kakinya mendekati Cani, begitu ada di dekat Cani, Indra mengayunkan tangannya, berniat untuk memukul Cani. Namun, tangannya terhenti, ada seseorang yang menahan. "Berani memukul istriku?" tekan Han. Han mendorong Indra hingga membuat tubuh Indra mundur ke
“Dimakan? Memangnya Mas Han kanibal?” Cani menimpali perkataan nyeleneh Marci.“Mungkin saja,” balas Marci seadanya. Cani menggelengkan kepalanya, dan lebih memilih untuk tak melanjutkan obrolan yang menurutnya tidak akan ada ujungnya jika terus diladeni.“Setelah ini apa?” tanya Han seakan tidak sabar ingin mempermainkan Indra.“Sabar dulu. Kita harus menunggu waktu yang pas. Seperti ketika kebun kelapa sawit Indra mulai panen,” jawab Marci menyeringai lebar.***Haily keluar dari dalam kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Ia baru saja membersihkan tubuhnya, setelah seharian menjalani aktivitas yang cukup melelahkan.Haily duduk santai di meja rias. Ia sangat terkejut, bahkan sempat berteriak, ketika melihat sosok Hime dari pantulan cermin di depannya. Sontak Haily langsung menoleh ke belakang. “Ngapain kamu di sini? Kok kamu bisa masuk ke dalam kamarku?” sungut Haily
Kedua mata Victory yang berkaca-kaca terbuka dengan lebar. Badan Victory juga bergetar hebat, menandakan jika sang pemilik tubuh tengah diliputi rasa takut yang amat luar biasa.Victory tahu betul bagaimana sakitnya saat lidahnya dipotong oleh Indra. Dan sekarang, Hime akan mengambil hidungnya? Victory memang pasrah apabila ia harus mati. Namun, Victory sama sekali tidak siap jika ia disiksa terlebih dahulu sebelum dibunuh.“Aku bakal bikin hidung kamu mancung kayak hidungku,” desis Hime kesetanan.Hime sengaja tak langsung melukai wajah Victory dengan pisau. Ia masih menikmati ekspresi takut yang terpantri di wajah elok Victory.“Kamu sangat suka mencibir, dan mengolok orang lain. Kamu pasti sangat menderita saat kehilangan lidahmu. Aku turut prihatin,” cerocos Hime.Suara lirih Hime masih mampu didengar oleh telinga Victory yang tidak tuli.“Bisa dibilang kamu sudah kehilangan senjatamu. Jadi, sekarang kamu tidak mung
"Mas Han, aku pengen kayak gini terus," ucap Cani sambil mengelus dada sang suami yang terekspos. Han tersenyum dengan memejamkan matanya. Ia makin mengeratkan pelukannya pada pinggang Cani yang sangat pas di genggaman Han. "Kamu senang, Sayang?" tanya Han terkesan menggoda istrinya. "Senang ples puas, Mas. Apalagi, Mas Han kuat banget, bisa main beronde-ronde, sampai bikin aku lemas tak berdaya," ungkap Cani bangga pada suaminya. Perkataan Cani sukses membuat Han tersipu malu. Niatnya ingin menggoda, malah tergoda balik. "Terima kasih, Mas Han. Aku senang sekali," imbuh Cani menggerakkan kepalanya, mencari posisi ternyaman di bahu Han."Syukurlah ... Sayang puas, Mas lemas," kelakar Han diselingi suara tawa kecil. Mereka berdua baru saja selesai mengaduk kasih di atas ranjang. Saling menukar cinta dalam balutan adegan panas yang dipenuhi gerakan erotis. "Gimana engga lemas?" kekeh Cani menepuk-nepuk pela