Share

Bab. 18. Kakak Pertama Muncul, Mas Irawan

“Pernah pukul Roni?” tanya Cani sekali lagi. Ingin memastikan.

“Bapak pelnah dolong Roni. Ibu pelnah pukul Roni. Coalnya Roni nakal,” terang Roni sambil berusaha mengingat.

Cani tersenyum tipis lalu berkata, “Mulai sekarang. Selama Bulek masih hidup. Nggak akan ada yang bisa pukul kamu lagi.”

“Bulek janji?” Roni mengangkat jari kelingkingnya. Menunjukkannya tepat di depan wajah Cani.

“Janji.” Cani menaut jari kelingking Roni sembari terus melempar senyuman manis.

“Udah kayak anak sendiri, Ni.”

Otomatis Cani menoleh ke arah seseorang yang berbicara. Senyuman di wajah Cani luntur seketika.

“Mas Irawan? Tumben ke sini? Ada apa, Mas?” tanya Cani tak berniat untuk basa-basi.

“Galak bener, Ni. Kayak sama siapa aja,” sindir Mas Irawan.

Mas Irawan merupakan Kakak Pertama Cani. Salah satu orang yang menjadi saksi, ketika ayah Cani mengatakan jika rumah Keprabon jatuh ke tangan Cani.

“Aku hanya galak kok, Mas. Enggak jahat,” tandas Cani.

Mas Irawan tersenyum tipis. Perhatiannya tertuju pada
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status