Felix sama sekali tidak menyangka ….Dihadapkan dengan ribuan pasukan, Michael ….Felix menatap Michael yang melayang di tengah udara. Dia tidak mengerti bagaimana bisa!Apa mereka terlalu lemah menghadapi Michael?Namun, para pasukan ini tidak takut dengan Biksu Iblis. Kenapa hanya Michael yang sangat kuat?!Darah mengalir keluar dari ujung mulut Felix tanpa dia sadari. Dia gagal mengalahkan Michael padahal sudah dibantu dengan kekuatan para pasukannya. Felix sendiri terluka dari serangan Michael. Apa jangan-jangan Felix harus mundur? Kalau tidak, dia bisa menyakiti dirinya sendiri. Satu pedang bisa menggemparkan langit. Michael menggoyang-goyangkan pedang giok di tangannya dan mengangkatnya lebih tinggi. Pedang itu bersinar di tangan Michael!“Hancurkan!" Pedang itu bersinar semakin terang. Sebuah kekuatan muncul dan mengarah pada pasukan di bawah sana. Boom!!!Debu beterbangan seolah-olah terjadi gelombang besar yang menghantam tanah. Hal itu menjadikan para pasukan ole
“Jika mengikuti nalurinya, hewan akan melindungi makanan mereka," Rahel berdecak ketika dia melihat kucingnya makan. Kemudian dia mengambil kucing itu dan meletakkannya lebih jauh. Karena jauh dari sumber makanannya, kucingnya mendesis. Sepertinya dia tidak puas. “Kamu memang lapar, tapi kalau aku tidak mengizinkanmu, tidak kuizinkan kamu makan," ujar Rahel. Nada suaranya meninggi. Dengan lambaian tangan, kucing itu terlempar beberapa meter dan menabrak dinding. Kucing yang tadinya lapar, sekarang terlihat ketakutan. Dia lalu menatap Rahel dengan takut. “Apa persiapannya sudah selesai?" tanya Rahel. “Semuanya sudah siap.”Rahel tersenyum dan berkata, "Bagus.”“Apa di luar akan hujan?" tanya Rahel lagi. Pelayan mengangguk dan berkata, "Ya. Terlihat ada awan yang cukup tebal. Aku yakin sebentar lagi hujan deras akan turun. Aku juga sudah mengatur agar tenda agar Nona tetap kering dan nyaman.“Rahel menggelengkan kepala, "Hujan deras itu bagus bagi orang-orang yang pantas m
Michael mengangkat kepalanya dan menatap Rahel, "Di mana Hanna?”“Bella sudah mengubah pikirannya. Aku tahu kamu pasti terpukul gara-gara masalah ini, tapi kalau kamu menghadapi musuh dengan kondisi ini, mungkin kamu bisa langsung membunuh para Biksu Iblis itu. Karena itu aku menyuruh seseorang untuk mengatakan hal ini padamu. Jika kamu berhasil melewati ini semua, kamu bisa mendapatkan putrimu kembali. Aku tidak ingin putrimu kehilangan sosok ibu dan ayahnya di usia muda. Michael, singkirkan rasa bencimu padaku dan perlakukan aku dengan hormat.”Rahel lalu berjalan keluar dari hutan. Michael tercengang!Apa jangan-jangan selama ini dia sudah salah paham dengan Rahel?Ucapannya barusan terdengar masuk akal!Termasuk Rahel yang datang sendiri untuk menyampaikan informasi pada Michael. Semuanya demi kepentingan Michael. Michael masih belum paham dengan sikap aneh Bella. Kalau Bella dipaksa berbuat hal yang tidak dia inginkan, cara apa yang dipakai? Apa jangan-jangan Hanna dipa
Michael bisa mencium bau parfum menarik dari tubuh Rahel. Begitu jarak mereka sudah cukup dekat, Michael meletakkan tangannya di pundak Rahel dan menahannya untuk tidak bergerak. “Apa yang kamu lakukan?" Rahel berpura-pura tenang, tapi dari sorot matanya menunjukkan ada perasaan marah dan terluka. “Aku yang bertanya padamu. Apa maumu sebenarnya?" tanya Michael dengan nada dingin. Meskipun Michael masih sulit menerima surat yang ditulis Bella, dia tidak akan membiarkan Rahel mendekatinya. Rahel berpura-pura tidak mendengar ucapan Michael. Dia mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Michael, "Kalau kamu menolakku, jangan lupakan apa yang tertulis di surat. Jika itu terjadi, jangan harap aku akan menerimamu.”“Aku juga ingin menyampaikan pesan agar kamu segera balik ke kota.”Rahel melangkah mundur dan menatap Michael dengan pandangan kesal. Selain ingin mengingatkan Michael, kedatangan Rahel ke tenda Michael karena menyadari ada sesuatu yang rumit terjadi di dalam ha
Suasana di dapur penginapan begitu hidup. Asap mengepul dari dalam dapur. Sementara di luar penginapan, pasukan zombi masih mengepung penginapan. Mereka mengatup-ngatupkan rahang mereka dengan marah. Dapur itu berukuran kecil dibandingkan ruangan makan di penginapan. Suara zombi yang marah membuat suasana lebih mencekam. Dinding penginapan itu dicakar-cakar oleh pasukan zombi. Nolan tidak menghiraukan pasukan zombie itu. Dia meletakkan kruk di tangannya dan melepas jubahnya. Celana yang dia pakai tampak longgar. Padahal sebelumnya tidak seperti itu. Hal ini tampak sangat berbeda. Wajah Nolan terlihat pucat. Tubuhnya bermandikan keringat. Nolan menatap lengan kirinya. Dia memegang pisau di tangan kanannya dan menggertakan gigi. Nolan memantapkan hatinya dan hendak menusuk ketika terdengar suara.“Cukup.”Sebuah tangan menghentikan aksi Nolan. Nolan tercekat. Dia menghembuskan napas. Tubuh Nolan oleng ke belakang. Tangan asing itu menahan tubuh Nolan. Mereka roboh ke lant
Dari sorot mata Mira, dia tahu ini salam perpisahan dari Nolan. “Aku tahu kamu pintar. Kamu tidak perlu berkata apa-apa lagi," Nolan berkata dengan nada tenang. Mira mengangguk. Dia menggertakkan gigi. Pipinya masih basah. Kemudian dia mengambil pisau itu dan memberikannya pada Nolan. “Satu hal lagi.”....Dua puluh menit kemudian.Orang-orang menjadi lebih bersemangat karena sudah makan. Mereka jadi lupa dengan pasukan zombi di luar sana. Ini semua berkat pemimpin mereka Nolan. Nolan yang menyediakan makanan untuk mereka. Otomatis muncul harapan di hati orang-orang tersebut. Energi mereka mulai pulih. Kemudian terdengar suara langkah kaki. Orang-orang jadi tambah bersemangat. Sebentar lagi makanan mereka datang. Seperti yang mereka duga, ada seseorang yang membawa semangkuk sop. Ternyata itu bukan Nolan, melainkan Mira. Orang-orang itu tidak menghiraukan kenapa bukan Nolan yang datang. Mira memberi mereka semangkuk sop. “Mana Nolan?" tanya Danu. Dia melihat mata Mira
Masuknya para zombi ke dalam penginapan membuat semua orang kesulitan menghadapinya. Sebelumnya mereka hanya memantau jendela lantai tiga. Sekarang mereka dikepung oleh pasukan zombi. Mereka terpaksa mundur. Mereka menyerang dan bertahan saling memunggungi satu sama lain. “Bunuh!”Danu menerjang masuk dengan para pengikut lainnya. Mereka menghantam zombi paling dekat dengan senjata masing-masing. Wuuz. Detik berikutnya terjadi baku hantam!Para zombi itu memiliki kekuatan yang cukup besar meskipun gerakan mereka lambat. Jumlah mereka sangat banyak. Para zombi itu terus menerus berdatangan dari arah jendela. Tidak hanya lantai tiga, para zombi itu mulai masuk di lantai dua.Danu melihat sudah banyak korban dari pihaknya yang digigit oleh zombi. Mustahil bisa memblokir lantai tiga. Kalau begini caranya, dia harus mundur ke lantai dua dan memblokir lantai tiga dari sana. Danu segera memberikan perintah. Para pengikut yang masih kuat segera berdatangan untuk melawan para zombi d
Di belakang Michael ada sekitar tiga ratus pasukan yang sedang berjalan menuju ke arah Michael. Wuuz. Ada beberapa anggota pasukan yang terbang dan berdiri di belakang Michael “Michael, lihat itu!" ujar Eddy sambil menunjuk ke arah penginapan. Di sekeliling mereka, kondisi kota itu sudah kosong melompong. Dari kejauhan tampak pasukan zombi yang mengepung penginapan. Pasukan zombi itu tampak seperti semut yang mengerubungi gula. “Apa ada yang masih hidup di sana?" Alis Eddy naik ketika menanyakan hal itu. Dia ingin menyampaikan pada Michael bahwa tipis harapan untuk melihat manusia yang masih hidup. Tidak perlu membuang-buang energi.“Orang harus dilihat jika mau dikatakan masih hidup. Kalau sudah mati, berarti harus ada mayatnya," wajah Michael tetap tenang meskipun hatinya merasa sangat cemas. “Kami akan membantu membersihkan jalan dari pasukan zombi. Lantai tiga penginapan itu sudah hancur. Lantai dua dipenuhi pasukan zombi. Kamu bisa masuk lewat sana,” ujar Eddy sambil
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua