“Jika mengikuti nalurinya, hewan akan melindungi makanan mereka," Rahel berdecak ketika dia melihat kucingnya makan. Kemudian dia mengambil kucing itu dan meletakkannya lebih jauh. Karena jauh dari sumber makanannya, kucingnya mendesis. Sepertinya dia tidak puas. “Kamu memang lapar, tapi kalau aku tidak mengizinkanmu, tidak kuizinkan kamu makan," ujar Rahel. Nada suaranya meninggi. Dengan lambaian tangan, kucing itu terlempar beberapa meter dan menabrak dinding. Kucing yang tadinya lapar, sekarang terlihat ketakutan. Dia lalu menatap Rahel dengan takut. “Apa persiapannya sudah selesai?" tanya Rahel. “Semuanya sudah siap.”Rahel tersenyum dan berkata, "Bagus.”“Apa di luar akan hujan?" tanya Rahel lagi. Pelayan mengangguk dan berkata, "Ya. Terlihat ada awan yang cukup tebal. Aku yakin sebentar lagi hujan deras akan turun. Aku juga sudah mengatur agar tenda agar Nona tetap kering dan nyaman.“Rahel menggelengkan kepala, "Hujan deras itu bagus bagi orang-orang yang pantas m
Michael mengangkat kepalanya dan menatap Rahel, "Di mana Hanna?”“Bella sudah mengubah pikirannya. Aku tahu kamu pasti terpukul gara-gara masalah ini, tapi kalau kamu menghadapi musuh dengan kondisi ini, mungkin kamu bisa langsung membunuh para Biksu Iblis itu. Karena itu aku menyuruh seseorang untuk mengatakan hal ini padamu. Jika kamu berhasil melewati ini semua, kamu bisa mendapatkan putrimu kembali. Aku tidak ingin putrimu kehilangan sosok ibu dan ayahnya di usia muda. Michael, singkirkan rasa bencimu padaku dan perlakukan aku dengan hormat.”Rahel lalu berjalan keluar dari hutan. Michael tercengang!Apa jangan-jangan selama ini dia sudah salah paham dengan Rahel?Ucapannya barusan terdengar masuk akal!Termasuk Rahel yang datang sendiri untuk menyampaikan informasi pada Michael. Semuanya demi kepentingan Michael. Michael masih belum paham dengan sikap aneh Bella. Kalau Bella dipaksa berbuat hal yang tidak dia inginkan, cara apa yang dipakai? Apa jangan-jangan Hanna dipa
Michael bisa mencium bau parfum menarik dari tubuh Rahel. Begitu jarak mereka sudah cukup dekat, Michael meletakkan tangannya di pundak Rahel dan menahannya untuk tidak bergerak. “Apa yang kamu lakukan?" Rahel berpura-pura tenang, tapi dari sorot matanya menunjukkan ada perasaan marah dan terluka. “Aku yang bertanya padamu. Apa maumu sebenarnya?" tanya Michael dengan nada dingin. Meskipun Michael masih sulit menerima surat yang ditulis Bella, dia tidak akan membiarkan Rahel mendekatinya. Rahel berpura-pura tidak mendengar ucapan Michael. Dia mencondongkan tubuhnya lalu berbisik di telinga Michael, "Kalau kamu menolakku, jangan lupakan apa yang tertulis di surat. Jika itu terjadi, jangan harap aku akan menerimamu.”“Aku juga ingin menyampaikan pesan agar kamu segera balik ke kota.”Rahel melangkah mundur dan menatap Michael dengan pandangan kesal. Selain ingin mengingatkan Michael, kedatangan Rahel ke tenda Michael karena menyadari ada sesuatu yang rumit terjadi di dalam ha
Suasana di dapur penginapan begitu hidup. Asap mengepul dari dalam dapur. Sementara di luar penginapan, pasukan zombi masih mengepung penginapan. Mereka mengatup-ngatupkan rahang mereka dengan marah. Dapur itu berukuran kecil dibandingkan ruangan makan di penginapan. Suara zombi yang marah membuat suasana lebih mencekam. Dinding penginapan itu dicakar-cakar oleh pasukan zombi. Nolan tidak menghiraukan pasukan zombie itu. Dia meletakkan kruk di tangannya dan melepas jubahnya. Celana yang dia pakai tampak longgar. Padahal sebelumnya tidak seperti itu. Hal ini tampak sangat berbeda. Wajah Nolan terlihat pucat. Tubuhnya bermandikan keringat. Nolan menatap lengan kirinya. Dia memegang pisau di tangan kanannya dan menggertakan gigi. Nolan memantapkan hatinya dan hendak menusuk ketika terdengar suara.“Cukup.”Sebuah tangan menghentikan aksi Nolan. Nolan tercekat. Dia menghembuskan napas. Tubuh Nolan oleng ke belakang. Tangan asing itu menahan tubuh Nolan. Mereka roboh ke lant
Dari sorot mata Mira, dia tahu ini salam perpisahan dari Nolan. “Aku tahu kamu pintar. Kamu tidak perlu berkata apa-apa lagi," Nolan berkata dengan nada tenang. Mira mengangguk. Dia menggertakkan gigi. Pipinya masih basah. Kemudian dia mengambil pisau itu dan memberikannya pada Nolan. “Satu hal lagi.”....Dua puluh menit kemudian.Orang-orang menjadi lebih bersemangat karena sudah makan. Mereka jadi lupa dengan pasukan zombi di luar sana. Ini semua berkat pemimpin mereka Nolan. Nolan yang menyediakan makanan untuk mereka. Otomatis muncul harapan di hati orang-orang tersebut. Energi mereka mulai pulih. Kemudian terdengar suara langkah kaki. Orang-orang jadi tambah bersemangat. Sebentar lagi makanan mereka datang. Seperti yang mereka duga, ada seseorang yang membawa semangkuk sop. Ternyata itu bukan Nolan, melainkan Mira. Orang-orang itu tidak menghiraukan kenapa bukan Nolan yang datang. Mira memberi mereka semangkuk sop. “Mana Nolan?" tanya Danu. Dia melihat mata Mira
Masuknya para zombi ke dalam penginapan membuat semua orang kesulitan menghadapinya. Sebelumnya mereka hanya memantau jendela lantai tiga. Sekarang mereka dikepung oleh pasukan zombi. Mereka terpaksa mundur. Mereka menyerang dan bertahan saling memunggungi satu sama lain. “Bunuh!”Danu menerjang masuk dengan para pengikut lainnya. Mereka menghantam zombi paling dekat dengan senjata masing-masing. Wuuz. Detik berikutnya terjadi baku hantam!Para zombi itu memiliki kekuatan yang cukup besar meskipun gerakan mereka lambat. Jumlah mereka sangat banyak. Para zombi itu terus menerus berdatangan dari arah jendela. Tidak hanya lantai tiga, para zombi itu mulai masuk di lantai dua.Danu melihat sudah banyak korban dari pihaknya yang digigit oleh zombi. Mustahil bisa memblokir lantai tiga. Kalau begini caranya, dia harus mundur ke lantai dua dan memblokir lantai tiga dari sana. Danu segera memberikan perintah. Para pengikut yang masih kuat segera berdatangan untuk melawan para zombi d
Di belakang Michael ada sekitar tiga ratus pasukan yang sedang berjalan menuju ke arah Michael. Wuuz. Ada beberapa anggota pasukan yang terbang dan berdiri di belakang Michael “Michael, lihat itu!" ujar Eddy sambil menunjuk ke arah penginapan. Di sekeliling mereka, kondisi kota itu sudah kosong melompong. Dari kejauhan tampak pasukan zombi yang mengepung penginapan. Pasukan zombi itu tampak seperti semut yang mengerubungi gula. “Apa ada yang masih hidup di sana?" Alis Eddy naik ketika menanyakan hal itu. Dia ingin menyampaikan pada Michael bahwa tipis harapan untuk melihat manusia yang masih hidup. Tidak perlu membuang-buang energi.“Orang harus dilihat jika mau dikatakan masih hidup. Kalau sudah mati, berarti harus ada mayatnya," wajah Michael tetap tenang meskipun hatinya merasa sangat cemas. “Kami akan membantu membersihkan jalan dari pasukan zombi. Lantai tiga penginapan itu sudah hancur. Lantai dua dipenuhi pasukan zombi. Kamu bisa masuk lewat sana,” ujar Eddy sambil
“Bunuh!”Danu berteriak dengan penuh semangat. Para pengikut yang sudah berkumpul di lantai pertama langsung naik ke lantai atas untuk membantu Michael!Terjadi pertarungan kembali. Dengan bala bantuan yang datang, Michael bisa bertarung dengan lebih tenang. Di luar penginapan, pasukan Paviliun Gunung Biru menumpas pasukan zombi sehingga menimbulkan tumpukan mayat zombi. Kejadian ini mengakibatkan jumlah zombi di luar sana berkurang banyak. Michael tampak seperti mesin pembunuh. Dia menebas pasukan zombi dengan mudah. Api Bumi.Api Langit. Naga Petir. Roda Bulan.Jurus Tujuh Puluh Dua Pedang Surgawi. Formasi Pedang. Boom!!!Ratusan para zombi itu dihantam cahaya emas. Sementara zombi yang lain ditelan oleh gas hitam. Di luar penginapan, Naga Petir menerjang tanah. Jurus Pedang Michael memunculkan hujan pedang!Boom!Tanah berguncang!Tembak!Ratusan zombi langsung tumbang!“Serahkan sisanya padaku," teriak Michael. Dia menebas kepala zombi yang menyerang Mark.