Pondok jerami di puncak gunung itu tampak sepi. Terisolasi seorang diri bagai kuburan yang senyap. Pikiran Michael melayang ke segala arah saat berdiri di sebidang tanah yang sudah tidak asing lagi baginya. Tanah yang diinjaknya pertama kali dalam perjalanan pertamanya dengan Naga Unicorn ke Dunia Bafang kini dipijaknya kembali. Michael mendatangi makam Yve lalu membakar dupa dan mengajak semua orang untuk memberi penghormatan dengan tulus. Yve tidak banyak mengajarinya tapi telah memberi banyak hal pada Michael. Dia sangat berharga bagi Michael karena sudah mengorbankan nyawanya demi Michael. Bagi Michael, Yve adalah guru pertamanya di dunia yang tidak akan pernah hilang dari hatinya. "Guru, tidak, sebaiknya aku memanggilmu dengan sebutan Istri Guru, karena mungkin kamu akan lebih memilih dipanggil Istri Guru,” Michael tersenyum lembut dan berlutut di depan makam Yve. “Michael kembali. Bagaimana kabarmu di bawah sana?” "Ya, Michael kini telah jauh lebih maju. Kamu
"Sudah, jangan bertengkar,” ucap Stephen dingin sambil menatap mereka dengan tatapan tajam. “Terserah kamu mau ke luar dan memberitahu si Pria Misterius atau Michael. Tapi hidup mati Perguruan Harapan tidak ada hubungannya dengan dia. Dia akan pulang jika dia menyadari dari mana dia berasal. Jika dia tidak kembali, susunan pertahanan Perguruan Harapanku akan selalu tertutup untuknya.” "Jangan lakukan itu, Pimpinan,” Pam memohon sambil menangis. Pam mempunyai ikatan yang kuat dengan Perguruan Harapan karena dia lahir dan besar di Perguruan Harapan. Pam tidak ingin melihat Perguruan Harapan hancur di tangan Marcus. "Baik!” si murid mengangguk lalu berbalik. Pam sedih. Dia berusaha mengejar si murid. Stephen berkata dingin, “Pam, jika kamu berani mengejarnya, kamu tidak akan lagi dianggap sebagai murid Perguruan Harapan dan juga tidak bisa masuk ke dalam perguruan ini lagi.” Pam berhenti. Dia menatap Stephen tidak mengerti, “Mengapa?” Pam tidak mengerti mengapa sikap Ste
Hiruk pikuk terjadi di pagi hari keesokan harinya. Tetua Keluarga Fu dan Keluarga Ye memimpin ratusan ribu pasukan elit Kota Tianhu beriringan menuju kaki gunung Perguruan Harapan dengan mengendarai hewan-hewan aneh untuk berhadapan dengan ratusan ribu pasukan Paviliun Dewa Pengobatan. Mereka menempuh perjalanan dari jam tujuh sampai jam sembilan pagi. Sebuah suara menggelegar tiba-tiba terdengar di lokasi Perguruan Harapan berada. Awan berwarna merah muda membentang di tengah langit. Sepotong cahaya keberuntungan keluar dari puncak gunung. Tudung energi berbentuk busur setengah lingkaran terbuka perlahan di bawah cahaya keberuntungan. Sebuah gunung berpuncak enam juga muncul di hadapan semua orang menunjukkan proses pembukaan celahnya. Semua orang bisa melihat dengan jelas enam puncak dan aula utama saat tudung energi terbuka sempurna. Dua gunung yang awalnya terpisah kini mulai terhubung. Perguruan Harapan telah membuka larangannya dan memperlihatkan wujud aslinya.
Stephen dan Guru Kedua, Ketiga dan Keempat menunggu di aula utama. Mereka mengernyitkan kening dan gugup melihat begitu banyak pasukan beterbangan. Saat mereka memutuskan untuk masuk ke aula, Marcus datang bersama beberapa orang. "Aku datang, tapi kalian tidak menyambutku sama sekali. Kalian mau pergi ke mana?” Marcus tersenyum dingin dan perlahan mendarat di depan Stephen. "Kamu harus mengikuti aturan Paviliun Dewa Pengobatan karena kamu telah bergabung dengan Paviliun Dewa Pengobatan. Mengapa kamu tidak berlutuT saat melihat kedatangan Jenderal Marcus?” tanya Wiley. Stephen, Guru Ketiga dan Nadine saling berpandangan mendengarnya. Nadine berkata dingin, “Melihat dari sisi senioritas, kami ini guru dan juga pemimpin tertinggi. Kamu ingin kami berlutut pada Marcus? Kuatkah dia menerimanya?” Meminta para senior berlutut pada junior sungguh tidak beretika. Permintaan Wiley sangat menghina Nadine dan kelompoknya. "Sudahlah!” Stephen cepat-cepat menghentikan Nadine kem
Tidak hanya Nadine, Guru Kedua pun sudah tidak dapat menahan diri lagi melihat sikap Marcus. "Marcus, kami sudah berbaik hati mau bergabung denganmu. Apa begini caramu memperlakukan kami?”"Ya, jangan berlebihan. Ini masalah besar.” Guru Kedua dan Ketiga marah besar. Mereka menyesali keputusan mereka. "Diam!” gertak Stephen dingin. Dia menggertakkan gigi dan menatap Marcus, “Aku akan menjilatnya!” Stephen berjalan beberapa langkah ke arah Marcus. "Siapa yang mengizinkanmu berjalan mendekatiku? Memangnya siapa kamu? Apa kamu pantas berdiri di hadapanku?” teriak Marcus dingin. Stephen menggertakkan gigi, berlutut dan perlahan merangkak mendekati Marcus. Guru Kedua dan Nadine tergolek lemas ke satu sisi saat Stephen memegang kaki Marcus. Stephen adalah pemimpin sekaligus simbol Perguruan Harapan. Bagaimana mungkin mereka tidak tertekan saat Stephen dipermalukan?! Stephen juga merasa malu. Ini pertama kalinya dia dipermalukan selama dia hidup puluhan tahun. Tap
Kedua belas tabib mendampingi Pam berjalan masuk ke dalam pintu gerbang aula utama. Meskipun Pam sudah melawan sekuat tenaga, sudah jelas dirinya bukan lawan yang sepadan. Setelah melawan mati-matian, Pam dikalahkan oleh kedua belas tabib. Meskipun Pam masih sadar, tapi seluruh titik energi tenaga dalamnya dikunci. Sekarang Pam seperti orang biasa. Dia ditangkap oleh kedua belas tabib dan kembali ke aula utama. "Pam!" Nadine menjadi cemas. Pam adalah anak perempuannya. Ibu mana yang tidak mengkhawatirkan anak perempuannya? Wajah Pam terluka. Dia menatap Marcus dengan pandangan menusuk. Titik tenaga dalamnya sudah ditutup. "Nah, si burung emas sudah datang," Marcus berdecak. Dia menendang Stephen supaya minggir dan berjalan mendekati Pam."Dasar binatang!" Pam berkata dengan emosi. Dia menggertakkan gigi. Pam masih mengingat dengan jelas pengkhianatan Marcus. Laki-laki ini bukan manusia, tapi iblis dari dasar neraka. "Binatang? Kamu menyamakanku dengan binatang?" Marcus ber
"Tidak!!" teriak Nadine. Air mata mengalir pipinya. Stephen dan para guru lainnya memalingkan kepala mereka. Pelecehan kepada Pam sama saja seperti melecehkan Nadine, tapi mereka tidak punya pilihan lain selain memejamkan mata mereka. Apa yang terjadi hari ini adalah pilihan dari keputusan mereka. Mereka tidak bisa menyalahkan orang lain. Mereka hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri. Jangan harap kejadian ini bakal berubah. Pam menderita gara-gara keputusan mereka. Boom!!!!!Tanah Perguruan Harapan tiba-tiba bergoyang. Semua orang merasakan badan mereka oleng. Marcus dan lainnya melihat ke sekelilingnya."Ada apa ini?" tanya Marcus. "Aku tidak tahu. Apa itu gempa?" tanya salah satu kedua belas tabib balik bertanya. "Jangan-jangan …." Wiley menggelengkan kepala. Matanya melebar, "Ada yang menyerang perbatasan!"Wiley membuat gerakan mantra dengan tangannya. Muncul pemandangan di depan mereka. Terlihat perbatasan perguruan dan sesosok laki-laki berdiri di depannya.
Wiley menggerakkan tangannya untuk membuat mantra lagi. Lingkaran cahaya bertambah dua, tiga, dan seterusnya. Kemudian lingkaran-lingkaran cahaya itu saling menyatu. Di luar perbatasan, Michael mengerutkan kening. Perbatasan Perguruan Harapan bersinar terang. Michael menutupi matanya dengan tangannya.Kemudian, sinar itu meredup dengan membentuk cangkang kura-kura. Sebelum Michael memberikan reaksi, badannya dililit oleh semacam benang yang keluar dari cangkang tersebut.Michael ingin melepaskan diri dari ikatan itu, tapi ternyata ikatan itu cukup kuat. Memang dia bisa melepaskan diri, tapi itu butuh waktu. "Pria misterius itu ingin menerobos masuk perbatasan perguruan. Percuma saja. Perbatasan itu membalikkan serangan dia dan menjerat tubuhnya," Stephen mencoba menjelaskan pada semua orang. Marcus tersenyum, "Aku pikir Pria Misterius itu orang kuat tapi ternyata dia sangat bodoh. Ini menarik.""Kamu pikir ini menarik? Aku pikir ini sudah selesai," ejek Wiley. Kemudian dia
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua