"Kita ke IGD sekarang. Aku kesal sekali dengan adik tirimu, Isya!" teriak Harvey dari atas sepeda motor yang dikendarainya. Mereka berhenti di belakang zebra cross ketika lampu lalu lintas menyala merah. Isyana melingkarkan kedua lengannya ke perut rata suaminya. Dia merasa sangat dicintai oleh Harvey. Semenjak kepergian kedua orang tuanya dari dunia, tak ada lagi orang yang menyayanginya dengan tulus."Iya, Mas. Aku nggak pengin terjadi hal buruk dengan calon anak kita!" ujarnya spontan yang pastinya membuat Harvey terkejut."Hahh?! Coba ulangi kata-katamu barusan, Isya!" seru Harvey mengalahkan suara knalpot kendaraan bermotor di sekitar mereka.Isyana agak ragu, ini hanya intuisinya bahwa dia tak lagi sendirian dan tengah berbadan dua. "Mas, besok pagi saja ya aku cek kehamilan pakai test pack. Sudah sebulan lebih kita bersama, bukan?" jawabnya ragu-ragu."Aku akan menemanimu melihat apa ada dua garis merah di alat test kehamilan pribadi itu besok pagi, Sayang! Wow aku tak sabar m
Seusai makan malam bersama Oma Widya, pasangan suami istri muda itu pun naik ke kamar mereka. Begitu pintu kamar tertutup, Harvey segera mendesak tubuh Isyana ke dinding lalu memagut bibir istrinya dengan ganas."Uuhh ... Mas Harvey ini, gaspol terus deh. Mandi!" ujar Isyana dengan napas terengah-engah kehabisan oksigen."Kamu sudah mandi ya, Sayangku?" tanya Harvey yang tak tahan lagi untuk bergumul bersama istrinya. Sepanjang sore tadi dia terus merindukan sosok Isyana."Sudah sih, tadi sampai rumah langsung mandi lalu tidur sebentar. Ya udah, Mas Harvey mandi di shower saja dulu lalu baru ganasin aku di ranjang. Kutunggu ya!" jawab Isyana sembari melepas senyuman manis dan kerlingan genitnya. Harvey meremas bokong kencang Isyana lalu terkekeh menuju ke kamar mandi. Jagoannya sudah berdemo ingin unjuk gigi malam ini. Sembari menunggu suaminya selesai mandi, Isyana berganti pakaian dari dress selutut yang sopan karena tadi menemani Oma Widya membuat kue menjadi lingerie merah maroo
"Ayo turun dari mobil, Nyonya!" ujar petugas pengawal terdakwa yang membukakan pintu mobil tahanan polisi di depan gedung pengadilan.Nyonya Marissa Gunarti yang biasanya tampil glamor di mata publik terpaksa harus muncul dengan penampilan apa adanya. Dia tertunduk malu menyembunyikan wajah dari sambaran blitz kamera wartawan yang meliput kasusnya.Besan Keluarga Husodo Terseret Dalam Skandal Percobaan Pemerkosaan dan Pembunuhan Berencana Anak Tirinya. Headline berita di internet simpang siur dan menimbulkan kehebohan di kalangan tertentu yang mengenali grup konglomerat ibu kota tersebut.Isyana dan Harvey yang duduk di dalam ruang sidang pun saling berbincang lirih seraya melirik ke kursi terdakwa. "Mas, kasihan juga Tante Marissa. Beliau kelihatan bertambah tua sekali semenjak ditahan di rutan!" ujar Isyana bersimpati.Sebaliknya Harvey yang telah berjumpa berbagai jenis manusia baik yang baik maupun keji hanya berkomentar ringan, "Biarkan dia bertanggung jawab dengan perbuatan bur
"Bagaimana perkembangan terapi PCOS yang saya derita, Dok?" tanya Alicia harap-harap cemas. Usia kehamilan palsunya telah menginjak trimester kedua. Dia pasti akan membuat keluarga Husodo curiga bila perutnya rata dan tubuhnya justru kehilangan berat badan.Stres dan kecemasan merongrong diri Alicia sehingga dirinya malas makan. Sekalipun di rumah mertuanya yang memasak menu makanan adalah chef handal, apa gunanya bila tak ada napsu makan sama sekali. Belum lagi kasus mamanya tak bisa dimanipulasi dengan menyuap petugas hukum. Otomatis Alicia harus menghadapi segala persoalan sendirian tanpa mamanya."Nyonya Alicia Herawati, maaf membuat Anda kecewa. Saya rasa jalan terbaiknya adalah membuang bagian ovarium atau indung telur yang mengalami keradangan. Sel telur yang masak selain gagal dilepaskan ke rahim juga gagal diproduksi. Ini kondisi infertil serius, kalau orang awam akan mengatakan ini mandul. Anda tak bisa punya anak, sekali lagi maaf karena tidak dapat berbuat banyak!" terang
"Ehh ... Jeng, kita coba mampir ke butik yang di seberang yuk. Lagi grand opening tuh, semuanya dipromo best price dan sale!" ujar seorang nyonya sosialita yang sedang melihat-lihat barang di butik milik Alicia bersama temannya."Wah ... boleh juga tuh, kalau jualan di mall segede ini pasti barangnya nggak yang kualitasnya jelek 'kan? Yuk nyebrang kita, Jeng Artha!" sahut wanita satunya seraya melangkah pergi meninggalkan butik Spring In New York.Nama butik yang dipilih oleh Isyana adalah Socialite Butterfly by Isyana Prameswari dengan logo SB berwarna gold. Musik lagu kekinian yang bersemangat diputar di butik agar para pengunjung merasa asik berbelanja di tempat tersebut. Para pramuniaga yang berjaga rajin membantu semua keperluan pengunjung dengan sigap."Selamat datang di Butik SB. Mari berbelanja!" seru riang salah satu pramuniaga belia berseragam maxi dress warna hitam yang elegan.Isyana yang berjaga di kasir menyapa ramah para customer yang membayar barang belanjaan mereka. D
"Jangan ikut campur, Alicia. Terserah kami mau makan apa dan di mana, itu sama sekali bukan urusanmu!" jawab telak Harvey dengan lirikan tajam ke adik ipar tirinya.Isyana yang awalnya terkejut pun merasa dia harus ikut andil dalam sandiwara Harvey. "Iya, Suamiku. Biar aku yang memikirkan tentang bill makan siang kita nanti. Lagi pula kamu sudah bekerja keras siang dan malam untuk menyenangkan hatiku serta membuatku puas. Mas Harvey pasti butuh asupan gizi yang berkualitas juga dong biar nggak loyo!" timpal Isyana dengan senyuman extra manis di hadapan Alicia.'Hiiihh, malah sok mesra sama suaminya pula, Kak Isya. Dasar mokondo, makan aja dibayarin ceweknya. Amit-amiiiitt!' batin Alicia seraya bergidik jijik."Hmm ... iya ya, oon banget aku kok masih nanya siapa yang bayar. JELASLAH!!" seru Alicia menyindir Harvey yang di matanya hanya sekadar kuli bangunan. Setelan jas necis itu hanya kamuflase karena makan di restoran mahal.Harvey tidak merasa tersinggung, dia malahan memuji akting
"Bu Alicia, ada benjolan di rahim Anda. Saya tidak bisa memastikan itu tumor jinak atau kanker. Bisa jadi kadar hormon yang tidak seimbang memicu keradangan sel di sistem reproduksi Anda sehingga muncul benjolan itu. Rasa nyeri yang Anda derita di bagian perut adalah efek tumor atau kanker rahim tersebut," tutur Dokter Mawar Lestari dengan bahasa kedokteran yang sederhana."Lantas solusi penyakit saya ini apa, Dok. Terus terang dokter kandungan yang sebelumnya memang menyarankan operasi. Namun, saya takut mengatakan hal ini ke suami saya!" ujar Alicia panik karena persoalan gangguan reproduksi itu semakin ruwet seperti benang kusut tanpa jelas ujungnya.Kemudian Dokter Mawar bertanya, "Boleh saya tahu apa alasan ketakutan Anda membicarakan hal urgent ini kepada suami?" "Dok, saya mengatakan bahwa saya sedang hamil ke suami dan keluarganya. Mereka pasti akan kecewa dan marah besar kalau ternyata kebalikannya yang terjadi. Saya malah mandul dan berpenyakit parah begini!" terang Alicia
"Aakkh ... aku tak tahan lagi menderita karena penyakit ini!" rintih Alicia yang berguling-guling di atas tempat tidur kosong malam itu. Suaminya hingga lewat tengah malam belum juga pulang."Mas Pedro sepertinya sudah bosan denganku sehingga mulai pulang pagi begini. Mungkin Dokter Mawar benar, nyawaku sendiri jauh lebih penting dibanding pernikahan ini. Hmm ... baiklah, aku akan meminta Mas Pedro untuk menanda tangani surat persetujuan operasi besok!" gumam Alicia dengan rasa penyesalan mendalam karena dahulu nekad merebut Pedro dari Isyana. Nyatanya pria itu masih mencintai Isyana, bukan dirinya. Pintu kamar terdengar dibuka dari luar. Alicia pun menengok ke arah suara tersebut. Sosok yang tengah dia nanti-nantikan akhirnya muncul dengan aroma alkohol yang menyengat bercampur parfum mahal serta keringat pria."Mas—" Alicia bimbang apakah dia harus memberi tahu Pedro sekarang atau besok pagi saja. Kondisi suaminya seperti sedang mabuk."Hey, Istriku. Apa kau menungguku? Kebetulan s