Soraya menyenderkan kepala di pundak Damar. Dia memegangi lengan tangan Damar luar."Karena mereka pasti akan membalas dendam karena terusir dari keluarga karena aku," ucap Soraya "Itu bukan salahmu, lebih tepatnya kakek menghukum mereka yang serakah. Yang jelas masih ada tempat untuk mereka di hari kakek kok," balas Damar.Soraya mengangguk pelan, rasa takut itu pasti ada karena orang seperti mereka pasti menggunakan segala cara untuk menyakiti orang yang mereka anggap menghalangi langkah mereka."Putraku adalah keturunan langsung keluarga Huang, jadi aku sangat khawatir ada orang yang menunggu untuk melenyapkannya," ucap Soraya "Pasti ada orang yang menginginkan itu. Tapi kamu jangan khawatir kita akan terus berusaha agar mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menghancurkan kita, untuk mengganggu anak kita maupun kebahagiaan kita," balas Damar.Soraya sedikit tenang karena Damar bertekad untuk melindungi keluarga segenap tenaganya. Tapi namanya seorang ibu pasti ada rasa khawatir
Damar mengambil kartu Periksa Dokter kandungan, kapan lagi dia harus periksa memeriksa kandungan Soraya. "Ini bagaimana cara bacanya?" tanya Damar menyerahkan kartu periksa itu kepada sang mama."Oh, ini tanggal periksanya," balas Bu Margaret.Bu Margaret menjelaskan sedikit tentang pemeriksaan kandungan. Soraya dan Damar mendengarkan dengan penuh semangat. Mereka berdua seperti seorang murid yang mendengarkan gurunya."Aku senang sekali ada yang membimbing kami seperti ini," ucap Soraya."Itu sudah menjadi tugasku sebagai orang tua untuk membimbing kalian berdua, jangan sungkan untuk bertanya jika kalian ada yang tidak mengerti," balas Bu Margaret.Mereka berdua mengangguk tanda mengerti. Betapa senang hati Soraya mempunyai mertua seperti itu. Bijaksana, pengertian, selalu membimbing anak dan menantu dalam segala hal. Tidak menggurui tapi lebih mendampingi pasutri baru itu. "Mama bangga pada kalian berdua," ucap Bu Margaret."Bangga pada kami? Perasaan kami tidak melakukan hal memb
Mereka bertiga masuk ruang pemeriksaan, pertama Dokter mengajak mereka mengobrol dahulu. Kemudian barulah pemeriksaan kandungan. "Dengar suara detak jantungnya 'kan?" tanya Dokter saat meletakkan alat pendengar detak jantung janin dalam kandungan. "Keras sekali," ucap Damar. "Kalau usia empat bulan itu memang sudah terdengar suara detak jantungnya, Pak," balas Dokter. "Kalau kalau jenis kelamin bagaimana, Dok?" tanya Bu Margaret. "Tunggu sebentar, harusnya sih sudah bisa dilihat. Ukuran janin dan berat badan sudah sesuai dengan usianya. Tangan dan kaki mungil juga sudah terlihat, ya," ucap Dokter. Mereka bertiga menatap layar USG dengan seksama. Bahkan Damar tidak henti memandang layar datar dimana dia bisa melihat calon buah hatinya sambil mendengarkan keterangan dari Dokter. "Yah, janinnya selalu membelakangi kita setiap ingin melihat jenis kelaminnya," ucap Dokter. "Yah," ucap Damar sedikit kecewa."Tidak apa, Nak. Masih ada pemeriksaan selanjutnya," balas Bu Margaret.Dama
Di tempat yang tidak terlihat oleh keluarga Damar yang sedang bahagia itu, ada Cakra sendirian menikmati makan siang. Dia tidak suka melihat Soraya bahagia bersama pria lain.“Aduh,” keluh Soraya.“Ada apa?” tanya Bu Margaret khawatir.“Sepertinya ada yang sedang memperhatikan kita,” jawab Soraya.Damar langsung memperhatikan sekeliling, namun dia tidak menemukan ada yang membahayakan atau mencurigakan sama sekali.“Itu hanya perasaanmu saja, pilihlah makanan yang membuatmu berselera makan,” ucap Damar.“Baiklah,” jawab Soraya.Soraya menghembuskan nafas pelan dia mencoba untuk menenangkan pikirannya. Mungkin itu hanya firsat yang belum bisa dibuktikan dengan tindakan nyata. Yah ibu hamil memang penuh dengan perasaan was-was, itu pikiran Soraya lalu dia fokus memilih menu makanan yang bisa dia santap.“Aku ingin makan daging,” ucap Soraya.“Jangan makan daging bakar dulu, ya sayang. Makan daging rebus yang diolah dengan matang saja,” balas Bu Margaret.“Baiklah,” ucap Soraya menurut s
Cakra menatap Damar lekat-lekat, dia memang sengaja memancing amarah Cakra sepertinya. "Aku tidak menyesal, Sabrina termasuk primadona pada masanya. Yah, bisa menikahi dia adalah anugerah, walau penuh penderitaan seperti ini," jawab Cakra sambil tersenyum. "Primadona yang sesungguhnya adalah Soraya, Sabrina hanya tukang klaim karya orang lain," ledek Damar. "Walaupun begitu tapi dia sangat terkenal pada masanya, biarkan saja aku menikmati takdirku, dan kamu juga menikmati takdirmu sendiri," balas Cakra. "Ya, karena aku begitu beruntung mendapatkan permata yang terkubur. Sedangkan kamu mendapatkan sampah yang dibalut kecantikan," ucap Damar lalu dia berdiri dari duduknya. Dia berucap kembali, "Takdir kita memang berbeda. Aku pandai menilai dan kamu bodoh dalam menentukan sesuatu," Raut wajah Cakra sungguh tidak suka. Kenapa Damar yang sudah kaya sejak lahir bisa sangat seberuntung itu daripada dia, sempat merasakan kesulitan hidup, lalu bahagia banyak harta eh sekarang ha
Soraya tersenyum lalu baru menjawab, "Ya karena aku ini bukan dari keluarga terpandang. Keluarga Kwong hanya mengadopsi ku saja. Kini aku dibuang olehnya," Bu Margaret mengelus rambut Soraya lembut. Lalu beliau tersenyum ke arah Soraya."Sudah mama bilang berkali-kali, mama sama sekali tidak malu mempunyai menantu sepertimu, Nak. Kamu mempunyai bakat dan prestasi yang bagus. Kamu tidak memalukan walau bukan dari keluarga berada," balas Bu Margaret.Damar juga memegang tangan Soraya lalu mengelusnya lembut. Memberikan semangat agar Soraya tidak minder atau berpikir dia tidak pantas mendampingi Damar lagi."Aku tidak pernah malu mempunyai istri sepertimu," ucap Damar."Kamu adalah yang terbaik untukku," imbuh Damar."Terima kasih," ucap Soraya sambil tersenyum.Mereka bertiga kembali tersenyum, mengobrol lagi lalu mengingatkan Soraya untuk meminum vitaminnya.Dari kejauhan Cakra masih melihat keharmonisan Soraya dan keluarga suaminya. "Soraya, jika Damar memang lelaki yang mencintaimu
Damar tampak memicingkan matanya, dia menganggap pertanyaan itu hal sepele."Kalau ngantuk ya tidur saja lagi. Memang nggak ada hari esok?" balas Damar.Bu Margaret menjitak kepala Damar dia sangat kesal dengan jawaban itu. "Kamu belum bisa dikatakan sebagai suami idaman," jawab Bu Margaret."Kok bisa. Aku tampan dan kaya raya. Bagaimana bisa aku dianggap sebagai bukan suami idaman?" tanya Damar."Biar Mama beri tahu. Kalau istri yang sedang hamil meminta sesuatu dimalam hari kamu harus berusaha menurutinya kalau memang tidak bisa bujuk dia supaya mengerti. Ingat yang ingin makan sesuatu adalah calon anakmu yang ada dikandungan bukan istrimu," balas Bu Margaret.Akhirnya Bu Margaret menjelaskan panjang lebar mengenai menjadi suami idaman bagi istri yang sedang hamil.Tidak boleh mengeluh karena menghadapi orang hamil memang serba salah. Harus kuat-kuat menjadi suami, menjalani rumah tangga itu tidak hanya semata urusan ranjang saja."Apa kamu sudah mengerti?" tanya Bu Margaret dengan
Bu Margaret menggelengkan kepalanya dia tidak ingin merepotkan anak dan menantunya. Dia punya sopir pribadi mana mungkin mau diantar oleh anaknya."Tidak terima kasih. Sopir Mama sudah sampai di depan," ucap Bu Margaret."Ya ampun, kenapa aku bisa lupa kalau punya mertua orang kaya," balas Soraya sambil menepuk jidatnya."Ah, kamu ini bisa saja," ucap Bu Margaret lalu tertawa.Setelah memperingatkan untuk jaga kesehatan dan tidak makan sembarang makanan selama hamil. Bu Margaret langsung pergi menuju dimana sopirnya menunggu, yakini di pelataran rumah Damar."Hati-hati di jalan, Ma," ucap Damar sambil melakukan cipika cipiki.".jaga istrimu baik-baik, ya, kamu sudah memilihnya jadi kamu harus merawatnya dengan baik," balas Bu Margaret.Damar mengangguk tanda menyetujui apa yang dikatakan oleh Mamanya. Setelah selesai bercakap sebentar Bu Margaret langsung masuk mobil dan pergi meninggalkan kediaman Soraya dan Damar.Damar melambaikan tangan ke arah Mamanya lalu naik ke atas lantai dua
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas