Cakra menatap Damar lekat-lekat, dia memang sengaja memancing amarah Cakra sepertinya. "Aku tidak menyesal, Sabrina termasuk primadona pada masanya. Yah, bisa menikahi dia adalah anugerah, walau penuh penderitaan seperti ini," jawab Cakra sambil tersenyum. "Primadona yang sesungguhnya adalah Soraya, Sabrina hanya tukang klaim karya orang lain," ledek Damar. "Walaupun begitu tapi dia sangat terkenal pada masanya, biarkan saja aku menikmati takdirku, dan kamu juga menikmati takdirmu sendiri," balas Cakra. "Ya, karena aku begitu beruntung mendapatkan permata yang terkubur. Sedangkan kamu mendapatkan sampah yang dibalut kecantikan," ucap Damar lalu dia berdiri dari duduknya. Dia berucap kembali, "Takdir kita memang berbeda. Aku pandai menilai dan kamu bodoh dalam menentukan sesuatu," Raut wajah Cakra sungguh tidak suka. Kenapa Damar yang sudah kaya sejak lahir bisa sangat seberuntung itu daripada dia, sempat merasakan kesulitan hidup, lalu bahagia banyak harta eh sekarang ha
Soraya tersenyum lalu baru menjawab, "Ya karena aku ini bukan dari keluarga terpandang. Keluarga Kwong hanya mengadopsi ku saja. Kini aku dibuang olehnya," Bu Margaret mengelus rambut Soraya lembut. Lalu beliau tersenyum ke arah Soraya."Sudah mama bilang berkali-kali, mama sama sekali tidak malu mempunyai menantu sepertimu, Nak. Kamu mempunyai bakat dan prestasi yang bagus. Kamu tidak memalukan walau bukan dari keluarga berada," balas Bu Margaret.Damar juga memegang tangan Soraya lalu mengelusnya lembut. Memberikan semangat agar Soraya tidak minder atau berpikir dia tidak pantas mendampingi Damar lagi."Aku tidak pernah malu mempunyai istri sepertimu," ucap Damar."Kamu adalah yang terbaik untukku," imbuh Damar."Terima kasih," ucap Soraya sambil tersenyum.Mereka bertiga kembali tersenyum, mengobrol lagi lalu mengingatkan Soraya untuk meminum vitaminnya.Dari kejauhan Cakra masih melihat keharmonisan Soraya dan keluarga suaminya. "Soraya, jika Damar memang lelaki yang mencintaimu
Damar tampak memicingkan matanya, dia menganggap pertanyaan itu hal sepele."Kalau ngantuk ya tidur saja lagi. Memang nggak ada hari esok?" balas Damar.Bu Margaret menjitak kepala Damar dia sangat kesal dengan jawaban itu. "Kamu belum bisa dikatakan sebagai suami idaman," jawab Bu Margaret."Kok bisa. Aku tampan dan kaya raya. Bagaimana bisa aku dianggap sebagai bukan suami idaman?" tanya Damar."Biar Mama beri tahu. Kalau istri yang sedang hamil meminta sesuatu dimalam hari kamu harus berusaha menurutinya kalau memang tidak bisa bujuk dia supaya mengerti. Ingat yang ingin makan sesuatu adalah calon anakmu yang ada dikandungan bukan istrimu," balas Bu Margaret.Akhirnya Bu Margaret menjelaskan panjang lebar mengenai menjadi suami idaman bagi istri yang sedang hamil.Tidak boleh mengeluh karena menghadapi orang hamil memang serba salah. Harus kuat-kuat menjadi suami, menjalani rumah tangga itu tidak hanya semata urusan ranjang saja."Apa kamu sudah mengerti?" tanya Bu Margaret dengan
Bu Margaret menggelengkan kepalanya dia tidak ingin merepotkan anak dan menantunya. Dia punya sopir pribadi mana mungkin mau diantar oleh anaknya."Tidak terima kasih. Sopir Mama sudah sampai di depan," ucap Bu Margaret."Ya ampun, kenapa aku bisa lupa kalau punya mertua orang kaya," balas Soraya sambil menepuk jidatnya."Ah, kamu ini bisa saja," ucap Bu Margaret lalu tertawa.Setelah memperingatkan untuk jaga kesehatan dan tidak makan sembarang makanan selama hamil. Bu Margaret langsung pergi menuju dimana sopirnya menunggu, yakini di pelataran rumah Damar."Hati-hati di jalan, Ma," ucap Damar sambil melakukan cipika cipiki.".jaga istrimu baik-baik, ya, kamu sudah memilihnya jadi kamu harus merawatnya dengan baik," balas Bu Margaret.Damar mengangguk tanda menyetujui apa yang dikatakan oleh Mamanya. Setelah selesai bercakap sebentar Bu Margaret langsung masuk mobil dan pergi meninggalkan kediaman Soraya dan Damar.Damar melambaikan tangan ke arah Mamanya lalu naik ke atas lantai dua
"Nomor baru?" ucap Damar lalu meletakkan ponselnya lagi."Yuk tidur lagi," ajak Damar pada Soraya.Soraya dan Damar langsung tidur lagi tidak menghiraukan telepon itu karena tidak ada nama di ponsel Damar.Soraya mengikuti Damar saja karena dia juga sudah mengantuk. Tapi ponsel itu terus berdering membuat Damar maupun Soraya tidak bisa memejamkan mata. Damar bangkit dari rebahannya lalu meraih ponselnya dan mengangkat dengan kesal."Siapa sih malam-malam begini menelpon. Tidak tahu waktu saja kamu!" bentak Damar.["Kamu enak sekali sedang berbahagia Menikmati hidup bersama istrimu,"] ucap seorang wanita di seberang sana."Tentu saja aku harus bahagia hidup bersama istriku sendiri. Memangnya kamu siapa sampai tidak tahu aturan menelponku di jam malam seperti ini," bentak Damar karena kesal waktunya istirahat malah menerima telpon dari orang yang tidak dikenal.["Tentu saja aku adalah orang yang membenci kebahagiaan kalian,"] balas orang yang ada di seberang sana.Damar menutup teleponn
Mata Damar membelalak kaget, melihat siapa yang ada di depan matanya. Bukannya manusia itu sedang di penjara kenapa bisa ada di resepsionis kantornya."Seperti yang kamu lihat. Aku sangat sehat dan masih kaya raya," jawab Damar dengan sinis. Dia menyembunyikan dengan baik rasa kagetnya."Kalau dilihat dari mata telanjang memang seperti itu. Tapi aku tahu pasti di hatimu sedang bertanya-tanya kenapa aku bisa bebas dari penjara," ucap Sabrina dengan percaya diri."Itu tidak penting bagiku. Karena tidak ada hubungannya dengan pundi-pundi kekayaan yang aku dapat," balas Damar lalu mendorong Sabrina agar menjauh darinya. Damar meninggalkan Sabrina begitu saja menuju ruang kerjanya. Dia meminta resepsionis untuk mengusir Sabrina dari kantornya. Melihat wajah Sabrina membuat suasana hatinya berubah menjadi tidak beraturan."Apa Cakra tidak menepati janjinya?" gumam Damar lalu mengambil ponsel dan menelpon Cakra. Dia akan sangat marah kalau Cakra ternyata mengkhianati dan mengingkari semua ke
Sabrina menertawakan Cakra, bagaimana bisa sang suami sangat tidak memahaminya."Kamu sangat penasaran dengan itu? Aku rasa kamu hanya terkejut karena aku keluar dari penjara dan kamu tidak bisa bermesraan dengan sekretarismu itu," balas Sabrina menyangkal."Aku tidak akan tergoda dengan rekan kerjaku," ucap Cakra."Bohong!" seru Sabrina.Dia berdiri dan menggebrak meja dia menatap Cakra tajam. Penuh tekanan kepada Cakra karena dia cemburu dengan Sekretaris baru Cakra."Kalau kamu percaya padaku dan hatimu masih ada aku. Kamu tidak akan mengganti seluruh orangku di kantor ini," ucap Sabrina."Ini kantorku, terserah aku mau mengganti semua karyawan juga. Aku mengganti semua karyawan yang tidak kompeten," balas Cakra.“Bukan karena kamu ingin membuangku?” tanya Sabrina.“Tidak, sekarang kita itu harus berpikir realistis saja. Orang yang tidak becus bekerja akan aku ganti dengan orang yang bagus kerjaannya. Karena perusahaanku harus maju,” jawab Cakra.Sabrina duduk kembai, raut wajahnya
Soraya memandangi Damar yang ada di sampingnya. Dia tampak ragu untuk mengatakan apa yang dirasa. "Anu, Dok," jawab Soraya terbata. "Bersin- bersin, gejala flu, Dok," ucap Damar. "Sudah minum obat apa, Bu? Jangan minum obat sembarangan ya Bu," ucap Dokter sambil melihat ke arah Soraya. Soraya menggelengkan kepalanya, tanda dia belum meminum obat apapun. "Saya hanya minum vitamin dari Dokter dan belum minum obat flu apapun. Suami saya langsung mengajak ke sini untuk mendapatkan obat yang tepat," balas Soraya. "Yuk, di periksa dulu. Perut, janin, baru ibunya," ajak Dokter sambil tangannya menunjuk ranjang periksa. Soraya mengangguk lalu menuju ranjang periksa. Dokter memeriksa detak jantung bayi, denyut nadi sang ibu, dan USG. Barulah memeriksa menggunakan stetoskop dan memeriksa tekanan darah sang ibu.Setelah pemeriksaan mereka kembali duduk di bangku periksa."Semua sehat-sehat saja, janin juga berkembang sesuai usia kehamilan,". ucap Dokter."Syukurlah," ucap Damar."Tapi bag
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas