Seorang wanita paruh baya tapi masih berpenampilan menarik. Dari ujung kepala sampai kaki dia memakai barang ternama.yang harganya tak murah "Ka-mu baru saja keluar penjara sudah mengusik menantuku!" seru Bu Margaret."Nyo-nya," ucap Sabrina terbata dia takut dengan wajah barang Bu Margaret."Hais, ternyata nyalimu kecil juga," ledek Soraya.Soraya sengaja meledek Sabrina yang sejak tadi mengusiknya. Entah kenapa melihat Sabrina yang ketakutan membuatnya bahagia."Sabrina biar aku beritahu padamu kami semua tidak ada yang berpikir sempit sepertimu," ucap Damar."Kalau kamu tak mengerti apa yang dimaksud anakku, biar aku perjelas. Kami tidak hanya menginginkan anak dari perut Soraya. Melainkan kami benar-benar menerimanya sebagai keluarga," balas Nyonya Margaret."Itu betul, aku sangat mencintai Soraya sejak pertama kali bertemu," imbuh Damar.Damar menatap Sabrina tajam. Dia menunjukkan sisi jahatnya kepada wanita itu agar dia tahu betapa Damar mencintai Soraya dan keluarganya tidak
Soraya menggelengkan kepalanya, dia malah belum kepikiran untuk berbelanja keperluan bayi. Dia dan Damar hanya sibuk minum vitamin dan kecerdasan bayi."Ya Tuhan, kami sama sekali belum membeli apa-apa," jawab Damar."Tidak masalah, luangkan waktu saja nanti mama akan menemani kalian berbelanja," ucap Nyonya Margaret."Oke kalau begitu," balas Damar bersemangat.Tak hanya Damar, Soraya juga sangat bersemangat untuk membeli perlengkapan bayi. Apalagi saat dia melihat di toko online semuanya sangat lucu dan ingin dia beli. Soraya sangat antusias menyambut calon bayi yang ada di dalam perutnya."Bolehkah aku membeli semua barang yang lucu?" tanya Soraya."Bukan yang lucu tapi yang bermanfaat," jawab Nyonya Margaret."Yang bermanfaat dan bentuknya lucu, iya 'kan sayangku," ucap Damar sambil mengelus rambut Soraya."I-ya," jawab Soraya terbata. Dia sangat malu karena hanya memikirkan kelucuan barang dan tidak memikirkan manfaatnya."Maklumlah, saat Mama seusia kamu juga seperti itu, memiki
Soraya tersenyum melihat Damar yang sensitive sekali hari ini. Soraya menghela nafasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan dari Damar.“Aku melihat-lihat keperluan bayi di online shop,” jawab Soraya.“Benarkah demikian?” tanya Damar agak mereda emosinya.“Iya, tuh lihat,” balas Soraya sambil memperlihatkan ponselnya.Memang betul dia melihat online shop mengenai keperluan bayi. Damar tersipu malu, dia sudah salah menilai istrinya.“Maaf, aku berpikir yang bukan-bukan,” ucap Damar yang wajahnya sudah memerah menahan malu.“Aku juga sedang membaca artikel keperluan bayi yang kepakai dan tidak terpakai,” sahut Soraya.“Aku jadi malu,” ucap Damar sambil menutup wajahnya menggunakan satu tangannya karena yang satu lagi tangan fokus ke setir mobil.Soraya hanya tekekeh melihat suaminya yang tersipu malu itu. Sampai di rumah mereka masih tersenyum riang gembira membicarakan tentang Damar yang tidak jelas cemburu saat di mobil tadi.“Sudahlah, kamu jangan meledekku terus begitu. Nanti anak kit
Soraya mengangguk tanda dia menyanggupi apa yang di minta oleh Damar."Pria lain?" ucap Soraya sambil menggigit satu jarinya."Iya," jawab Damar sambil mengangguk."Kamu sudah sempurna. Aku mana mau mengkhianati kamu yang sudah sangat sempurna ini," balas Soraya.Sekejap saja Damar memeluk Soraya dengan erat. Baru pertama kali ini ada wanita yang tulus mencintainya. Dia sama sekali tidak napsu menggunakan harta berlimpah yang dimiliki oleh Damar barang sedikitpun."Kamu adalah wanita spesial yang pernah aku miliki," ucap Damar."Sama seperti apa yang kamu rasakan. Kebahagiaan ini hanya kamu yang menciptakan," balas Soraya."Terima kasih sudah hadir dalam hidup ini," ucap Damar."Seharusnya aku yang mengucapkan itu," sahut Soraya.Suasana mendadak melow. Damar dan Soraya saling menguatkan sama lain, merasa saling membutuhkan juga saling melengkapi satu sama lain."Aku ingin kamu tidak mau yang lain," ucap Damar."Kenapa tidak sejak dulu saja Tuhan mengirimkan kamu untukku," balas Soray
Damar menatap Soraya dengan tatapan teduh, lalu dia mengecup kening Soraya dengan lembut.“Sekarang kamu sudah tidak ada di sana, aku sudah berkali-kali mengingatkanmu untuk tidak mengingat lagi kehidupan di rumah keluarga Kwong,” ucap Damar.“Ya, aku tahu. Tetap saja aku mengingat kejadian pahit itu. Aku selalu membandingkan saat hidup bersamamu,” balas Soraya.“Soraya, aku tahu melupakan hal pahit itu susah. Maka dari itu aku berusaha memberikan kenangan manis untukmu,” ucap Damar sembari memainkan rambut indah Soraya.Soraya tersenyum lalu dia memejamkan matanya sambil memeluk Damar. Lelaki yang sudah merubah hidupnya dari sengsara menuju bahagia.“Terima kasih, Damar,” ucap Soraya sambil memejamkan matanya.“Iya, tidurlah. Besok akan menjadi hari yang indah untuk kita lalui bersama,” balas Damar lalu memeluknya.Pasangan suami istri itu tidur sambil berpelukan. Dari malam hingga menjelang pagi hari.Soraya yang bangun lebih dulu, seperti biasa dia menyeduh susu hamil untuk dia kon
Wanita itu sengaja ingin memeluk Damar, tapi dia merasa jijik dan mendorongnya. Lalu Damar mengelap tangannya menggunakan tissue dan melempar tisu itu kepada wanita itu."Dia bukan siapa-siapa," jawab Damar lalu memeluk Soraya."Siapa yang mengijinkan dia masuk?" tanya Damar geram."Ampun Tuan, sa-ya pikir nona bukanlah orang asing di rumah ini," jawab pelayan itu terbata.Damar geram dia langsung memecat pelayan itu karena telah lancang memasukkan wanita lain ke rumah tanpa seijin tuan rumah."Apa kamu lupa aku sudah mempunyai istri. Kalau istriku tidak suka bagaimana?" tanya Damar geram."Tolong jangan pecat saya Tuan," ucap pelayan itu sambil memohon."Sudahlah, kesalahanmu sangat fatal, pergi!" bentak Damar.Wanita yang tadi ingin mendekap Damar berdiri lagi dan memperlihatkan rasa ketidaksukaannya pada Soraya.“Damar, apa betul kamu sudah menikah?” tanya Wanita itu.“Iya, memangnya kenapa. Mulai sekarang kamu dilarang masuk sembarangan di rumah ini,” jawab Damar dengan wajah yang
Soraya agak kesal dengan pertanyaan wanita itu. Untuk apa mempertanyakan kerinduan terhadap suami orang. Percaya diri sekali wanita itu."Rindu?" tanya Damar."Iya," ucap Wanita itu."Aku tidak bisa merindukan wanita lain selain istriku," jawab Damar.Soraya merasa lega atas jawaban Damar. Tapi Tisya masih tidak percaya dengan ucapan Damar karena bisa jadi dia berbohong."Damar, bukankah kamu dulu mencintaiku, padahal kamu berjanji akan menungguku kembali," ucap Tisya sambil mengelap air matanya."Itu dulu, tapi kamu lebih memilih untuk mengejar mimpimu di luar negeri. jadi mulai saat itu aku dan kamu tidak memiliki hubungan apapun. Bukankah di luar negeri kamu sudah mempunyai seorang kekasih dan menikah di sana. Jadi aku sudah tidak bisa lagi mencintaimu," jawab Damar.Sungguh tidak tahu malu Tisya ini. Sudah menikah di luar negeri tahu-tahu kembali ke negara asal dan datang ke rumah mantan kekasih yang dulu dia tinggalkan."Apa karena wanita itu?" tanya Tisya. "Kalau hanya melahirka
Damar menatap Soraya tajam, namun Soraya tak dapat memastikan apa yang ada di pikiran Damar saat ini."Tidak sering tapi pernah," ucap Damar."Tapi dia seperti sudah biasa masuk rumah ini, dia menganggap diri sendiri sebagai tuan rumah," jawab Soraya.Damar terdiam lalu setelah Soraya duduk di ranjang kamarnya. Damar juga ikut duduk disampingnya lalu mulai sedikit berbicara."Dia teman kecilku, kami tumbuh bersama. Dia sering datang ke rumah keluarga, bukan rumahku sendiri yang ini," ucap Damar."Rumah yang ditempati mama?" tanya Soraya."Iya, ada kakek juga. Kamu jangan marah, ya. Dia sudah memilih pergi ke luar negeri saat itu dan menikah dengan pria lain di sana," jawab Damar.Soraya mengerti sekarang. Wanita itu adalah kekasih sejak kecil Damar. Mungkin mereka tumbuh bersama dan saling mengejar mimpi saat dewasa, atau bisa saja Damar memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan."Damar, kamu mencintainya pada saat kecil tidak?" tanya Soraya."Iya, tapi itu dulu. Sekarang ada kamu,