Soraya tersenyum melihat Damar yang sensitive sekali hari ini. Soraya menghela nafasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan dari Damar.“Aku melihat-lihat keperluan bayi di online shop,” jawab Soraya.“Benarkah demikian?” tanya Damar agak mereda emosinya.“Iya, tuh lihat,” balas Soraya sambil memperlihatkan ponselnya.Memang betul dia melihat online shop mengenai keperluan bayi. Damar tersipu malu, dia sudah salah menilai istrinya.“Maaf, aku berpikir yang bukan-bukan,” ucap Damar yang wajahnya sudah memerah menahan malu.“Aku juga sedang membaca artikel keperluan bayi yang kepakai dan tidak terpakai,” sahut Soraya.“Aku jadi malu,” ucap Damar sambil menutup wajahnya menggunakan satu tangannya karena yang satu lagi tangan fokus ke setir mobil.Soraya hanya tekekeh melihat suaminya yang tersipu malu itu. Sampai di rumah mereka masih tersenyum riang gembira membicarakan tentang Damar yang tidak jelas cemburu saat di mobil tadi.“Sudahlah, kamu jangan meledekku terus begitu. Nanti anak kit
Soraya mengangguk tanda dia menyanggupi apa yang di minta oleh Damar."Pria lain?" ucap Soraya sambil menggigit satu jarinya."Iya," jawab Damar sambil mengangguk."Kamu sudah sempurna. Aku mana mau mengkhianati kamu yang sudah sangat sempurna ini," balas Soraya.Sekejap saja Damar memeluk Soraya dengan erat. Baru pertama kali ini ada wanita yang tulus mencintainya. Dia sama sekali tidak napsu menggunakan harta berlimpah yang dimiliki oleh Damar barang sedikitpun."Kamu adalah wanita spesial yang pernah aku miliki," ucap Damar."Sama seperti apa yang kamu rasakan. Kebahagiaan ini hanya kamu yang menciptakan," balas Soraya."Terima kasih sudah hadir dalam hidup ini," ucap Damar."Seharusnya aku yang mengucapkan itu," sahut Soraya.Suasana mendadak melow. Damar dan Soraya saling menguatkan sama lain, merasa saling membutuhkan juga saling melengkapi satu sama lain."Aku ingin kamu tidak mau yang lain," ucap Damar."Kenapa tidak sejak dulu saja Tuhan mengirimkan kamu untukku," balas Soray
Damar menatap Soraya dengan tatapan teduh, lalu dia mengecup kening Soraya dengan lembut.“Sekarang kamu sudah tidak ada di sana, aku sudah berkali-kali mengingatkanmu untuk tidak mengingat lagi kehidupan di rumah keluarga Kwong,” ucap Damar.“Ya, aku tahu. Tetap saja aku mengingat kejadian pahit itu. Aku selalu membandingkan saat hidup bersamamu,” balas Soraya.“Soraya, aku tahu melupakan hal pahit itu susah. Maka dari itu aku berusaha memberikan kenangan manis untukmu,” ucap Damar sembari memainkan rambut indah Soraya.Soraya tersenyum lalu dia memejamkan matanya sambil memeluk Damar. Lelaki yang sudah merubah hidupnya dari sengsara menuju bahagia.“Terima kasih, Damar,” ucap Soraya sambil memejamkan matanya.“Iya, tidurlah. Besok akan menjadi hari yang indah untuk kita lalui bersama,” balas Damar lalu memeluknya.Pasangan suami istri itu tidur sambil berpelukan. Dari malam hingga menjelang pagi hari.Soraya yang bangun lebih dulu, seperti biasa dia menyeduh susu hamil untuk dia kon
Wanita itu sengaja ingin memeluk Damar, tapi dia merasa jijik dan mendorongnya. Lalu Damar mengelap tangannya menggunakan tissue dan melempar tisu itu kepada wanita itu."Dia bukan siapa-siapa," jawab Damar lalu memeluk Soraya."Siapa yang mengijinkan dia masuk?" tanya Damar geram."Ampun Tuan, sa-ya pikir nona bukanlah orang asing di rumah ini," jawab pelayan itu terbata.Damar geram dia langsung memecat pelayan itu karena telah lancang memasukkan wanita lain ke rumah tanpa seijin tuan rumah."Apa kamu lupa aku sudah mempunyai istri. Kalau istriku tidak suka bagaimana?" tanya Damar geram."Tolong jangan pecat saya Tuan," ucap pelayan itu sambil memohon."Sudahlah, kesalahanmu sangat fatal, pergi!" bentak Damar.Wanita yang tadi ingin mendekap Damar berdiri lagi dan memperlihatkan rasa ketidaksukaannya pada Soraya.“Damar, apa betul kamu sudah menikah?” tanya Wanita itu.“Iya, memangnya kenapa. Mulai sekarang kamu dilarang masuk sembarangan di rumah ini,” jawab Damar dengan wajah yang
Soraya agak kesal dengan pertanyaan wanita itu. Untuk apa mempertanyakan kerinduan terhadap suami orang. Percaya diri sekali wanita itu."Rindu?" tanya Damar."Iya," ucap Wanita itu."Aku tidak bisa merindukan wanita lain selain istriku," jawab Damar.Soraya merasa lega atas jawaban Damar. Tapi Tisya masih tidak percaya dengan ucapan Damar karena bisa jadi dia berbohong."Damar, bukankah kamu dulu mencintaiku, padahal kamu berjanji akan menungguku kembali," ucap Tisya sambil mengelap air matanya."Itu dulu, tapi kamu lebih memilih untuk mengejar mimpimu di luar negeri. jadi mulai saat itu aku dan kamu tidak memiliki hubungan apapun. Bukankah di luar negeri kamu sudah mempunyai seorang kekasih dan menikah di sana. Jadi aku sudah tidak bisa lagi mencintaimu," jawab Damar.Sungguh tidak tahu malu Tisya ini. Sudah menikah di luar negeri tahu-tahu kembali ke negara asal dan datang ke rumah mantan kekasih yang dulu dia tinggalkan."Apa karena wanita itu?" tanya Tisya. "Kalau hanya melahirka
Damar menatap Soraya tajam, namun Soraya tak dapat memastikan apa yang ada di pikiran Damar saat ini."Tidak sering tapi pernah," ucap Damar."Tapi dia seperti sudah biasa masuk rumah ini, dia menganggap diri sendiri sebagai tuan rumah," jawab Soraya.Damar terdiam lalu setelah Soraya duduk di ranjang kamarnya. Damar juga ikut duduk disampingnya lalu mulai sedikit berbicara."Dia teman kecilku, kami tumbuh bersama. Dia sering datang ke rumah keluarga, bukan rumahku sendiri yang ini," ucap Damar."Rumah yang ditempati mama?" tanya Soraya."Iya, ada kakek juga. Kamu jangan marah, ya. Dia sudah memilih pergi ke luar negeri saat itu dan menikah dengan pria lain di sana," jawab Damar.Soraya mengerti sekarang. Wanita itu adalah kekasih sejak kecil Damar. Mungkin mereka tumbuh bersama dan saling mengejar mimpi saat dewasa, atau bisa saja Damar memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan."Damar, kamu mencintainya pada saat kecil tidak?" tanya Soraya."Iya, tapi itu dulu. Sekarang ada kamu,
Soraya mengangguk, sepertinya memang Soraya harus ikut Damar ke perusahaan. Bisa jadi saat di rumah ada seorang pengkhianat yang memuluskan rencana Tisya untuk menyakiti Soraya."Baik, ayo jalan. Aku memang butuh refreshing," ucap Soraya."Dandanan yang cantik,". ucap Damar lalu mengecup kening Soraya."Baiklah," balas Soraya bersemangat.Tapi saat Soraya sudah berganti pakaian dan juga berada di depan cermin. Soraya merasa mual saat melihat perlengkapan kosmetiknya. Entah apa yang terjadi, yang jelas Soraya tidak bisa mendekat ke kosmetiknya."Kenapa?" tanya Damar sambil memijat lembut pundak Soraya."Tidak apa-apa, aku hanya ingin berdandan tapi aku tidak bisa melakukan itu," balas Soraya."Tidak usah dipaksakan, mungkin pengaruh hormon kehamilanmu. Ayo berangkat, senyaman kamu saja, sayangku," ucap Damar."Tapi aku takut membuatmu malu," balas Soraya."Tidak," ucap Damar."Kamu tetap cantik apapun keadaannya. Kamu sedang mengandung calon anakku jadi aku tetap akan menerimamu apa ad
"Kenapa kamu melihatku seperti itu, Damar?" tanya Tisya sambil menyibak rambutnya.Damar semakin kuat menggenggam tangan Soraya. Dia tidak ingin terpancing amarah oleh Tisya."Kenapa ekpresimu seperti itu Damar?" tanya Nyonya Margaret."Mungkin Damar terkejut melihat kedatangan ku, Tante," tanya Tisya."Oh, iya. Kalian memang sudah lama tidak bertemu. Wajah saja Damar kaget melihatmu," ucap Nyonya Margaret.Nyonya Margaret mendekat ke arah Soraya dan duduk di sampingnya. Soraya menyalaminya dengan hormat seperti biasa dan Nyonya Margaret memeluknya penuh kasih sayang seperti biasanya juga. Pemandangan ini membuat Tisya penasaran sekaligus terkejut. Kenapa Nyonya Margaret bisa tenang dan tidak jijik dengan Soraya yang merupakan wanita dari kalangan biasa."Soraya, perkenalkan dia, Tisya. Teman Damar sejak kecil. Tapi kamu tidak perlu khawatir, Tisya sudah mempunyai suami," ucap Nyonya Margaret."I-ya, Ma. Aku sudah melihatnya tadi pagi. Dia membuatku terkejut karena tiba-tiba ada di da