Mata Damar membelalak kaget, melihat siapa yang ada di depan matanya. Bukannya manusia itu sedang di penjara kenapa bisa ada di resepsionis kantornya."Seperti yang kamu lihat. Aku sangat sehat dan masih kaya raya," jawab Damar dengan sinis. Dia menyembunyikan dengan baik rasa kagetnya."Kalau dilihat dari mata telanjang memang seperti itu. Tapi aku tahu pasti di hatimu sedang bertanya-tanya kenapa aku bisa bebas dari penjara," ucap Sabrina dengan percaya diri."Itu tidak penting bagiku. Karena tidak ada hubungannya dengan pundi-pundi kekayaan yang aku dapat," balas Damar lalu mendorong Sabrina agar menjauh darinya. Damar meninggalkan Sabrina begitu saja menuju ruang kerjanya. Dia meminta resepsionis untuk mengusir Sabrina dari kantornya. Melihat wajah Sabrina membuat suasana hatinya berubah menjadi tidak beraturan."Apa Cakra tidak menepati janjinya?" gumam Damar lalu mengambil ponsel dan menelpon Cakra. Dia akan sangat marah kalau Cakra ternyata mengkhianati dan mengingkari semua ke
Sabrina menertawakan Cakra, bagaimana bisa sang suami sangat tidak memahaminya."Kamu sangat penasaran dengan itu? Aku rasa kamu hanya terkejut karena aku keluar dari penjara dan kamu tidak bisa bermesraan dengan sekretarismu itu," balas Sabrina menyangkal."Aku tidak akan tergoda dengan rekan kerjaku," ucap Cakra."Bohong!" seru Sabrina.Dia berdiri dan menggebrak meja dia menatap Cakra tajam. Penuh tekanan kepada Cakra karena dia cemburu dengan Sekretaris baru Cakra."Kalau kamu percaya padaku dan hatimu masih ada aku. Kamu tidak akan mengganti seluruh orangku di kantor ini," ucap Sabrina."Ini kantorku, terserah aku mau mengganti semua karyawan juga. Aku mengganti semua karyawan yang tidak kompeten," balas Cakra.“Bukan karena kamu ingin membuangku?” tanya Sabrina.“Tidak, sekarang kita itu harus berpikir realistis saja. Orang yang tidak becus bekerja akan aku ganti dengan orang yang bagus kerjaannya. Karena perusahaanku harus maju,” jawab Cakra.Sabrina duduk kembai, raut wajahnya
Soraya memandangi Damar yang ada di sampingnya. Dia tampak ragu untuk mengatakan apa yang dirasa. "Anu, Dok," jawab Soraya terbata. "Bersin- bersin, gejala flu, Dok," ucap Damar. "Sudah minum obat apa, Bu? Jangan minum obat sembarangan ya Bu," ucap Dokter sambil melihat ke arah Soraya. Soraya menggelengkan kepalanya, tanda dia belum meminum obat apapun. "Saya hanya minum vitamin dari Dokter dan belum minum obat flu apapun. Suami saya langsung mengajak ke sini untuk mendapatkan obat yang tepat," balas Soraya. "Yuk, di periksa dulu. Perut, janin, baru ibunya," ajak Dokter sambil tangannya menunjuk ranjang periksa. Soraya mengangguk lalu menuju ranjang periksa. Dokter memeriksa detak jantung bayi, denyut nadi sang ibu, dan USG. Barulah memeriksa menggunakan stetoskop dan memeriksa tekanan darah sang ibu.Setelah pemeriksaan mereka kembali duduk di bangku periksa."Semua sehat-sehat saja, janin juga berkembang sesuai usia kehamilan,". ucap Dokter."Syukurlah," ucap Damar."Tapi bag
Seorang wanita paruh baya tapi masih berpenampilan menarik. Dari ujung kepala sampai kaki dia memakai barang ternama.yang harganya tak murah "Ka-mu baru saja keluar penjara sudah mengusik menantuku!" seru Bu Margaret."Nyo-nya," ucap Sabrina terbata dia takut dengan wajah barang Bu Margaret."Hais, ternyata nyalimu kecil juga," ledek Soraya.Soraya sengaja meledek Sabrina yang sejak tadi mengusiknya. Entah kenapa melihat Sabrina yang ketakutan membuatnya bahagia."Sabrina biar aku beritahu padamu kami semua tidak ada yang berpikir sempit sepertimu," ucap Damar."Kalau kamu tak mengerti apa yang dimaksud anakku, biar aku perjelas. Kami tidak hanya menginginkan anak dari perut Soraya. Melainkan kami benar-benar menerimanya sebagai keluarga," balas Nyonya Margaret."Itu betul, aku sangat mencintai Soraya sejak pertama kali bertemu," imbuh Damar.Damar menatap Sabrina tajam. Dia menunjukkan sisi jahatnya kepada wanita itu agar dia tahu betapa Damar mencintai Soraya dan keluarganya tidak
Soraya menggelengkan kepalanya, dia malah belum kepikiran untuk berbelanja keperluan bayi. Dia dan Damar hanya sibuk minum vitamin dan kecerdasan bayi."Ya Tuhan, kami sama sekali belum membeli apa-apa," jawab Damar."Tidak masalah, luangkan waktu saja nanti mama akan menemani kalian berbelanja," ucap Nyonya Margaret."Oke kalau begitu," balas Damar bersemangat.Tak hanya Damar, Soraya juga sangat bersemangat untuk membeli perlengkapan bayi. Apalagi saat dia melihat di toko online semuanya sangat lucu dan ingin dia beli. Soraya sangat antusias menyambut calon bayi yang ada di dalam perutnya."Bolehkah aku membeli semua barang yang lucu?" tanya Soraya."Bukan yang lucu tapi yang bermanfaat," jawab Nyonya Margaret."Yang bermanfaat dan bentuknya lucu, iya 'kan sayangku," ucap Damar sambil mengelus rambut Soraya."I-ya," jawab Soraya terbata. Dia sangat malu karena hanya memikirkan kelucuan barang dan tidak memikirkan manfaatnya."Maklumlah, saat Mama seusia kamu juga seperti itu, memiki
Soraya tersenyum melihat Damar yang sensitive sekali hari ini. Soraya menghela nafasnya kasar sebelum menjawab pertanyaan dari Damar.“Aku melihat-lihat keperluan bayi di online shop,” jawab Soraya.“Benarkah demikian?” tanya Damar agak mereda emosinya.“Iya, tuh lihat,” balas Soraya sambil memperlihatkan ponselnya.Memang betul dia melihat online shop mengenai keperluan bayi. Damar tersipu malu, dia sudah salah menilai istrinya.“Maaf, aku berpikir yang bukan-bukan,” ucap Damar yang wajahnya sudah memerah menahan malu.“Aku juga sedang membaca artikel keperluan bayi yang kepakai dan tidak terpakai,” sahut Soraya.“Aku jadi malu,” ucap Damar sambil menutup wajahnya menggunakan satu tangannya karena yang satu lagi tangan fokus ke setir mobil.Soraya hanya tekekeh melihat suaminya yang tersipu malu itu. Sampai di rumah mereka masih tersenyum riang gembira membicarakan tentang Damar yang tidak jelas cemburu saat di mobil tadi.“Sudahlah, kamu jangan meledekku terus begitu. Nanti anak kit
Soraya mengangguk tanda dia menyanggupi apa yang di minta oleh Damar."Pria lain?" ucap Soraya sambil menggigit satu jarinya."Iya," jawab Damar sambil mengangguk."Kamu sudah sempurna. Aku mana mau mengkhianati kamu yang sudah sangat sempurna ini," balas Soraya.Sekejap saja Damar memeluk Soraya dengan erat. Baru pertama kali ini ada wanita yang tulus mencintainya. Dia sama sekali tidak napsu menggunakan harta berlimpah yang dimiliki oleh Damar barang sedikitpun."Kamu adalah wanita spesial yang pernah aku miliki," ucap Damar."Sama seperti apa yang kamu rasakan. Kebahagiaan ini hanya kamu yang menciptakan," balas Soraya."Terima kasih sudah hadir dalam hidup ini," ucap Damar."Seharusnya aku yang mengucapkan itu," sahut Soraya.Suasana mendadak melow. Damar dan Soraya saling menguatkan sama lain, merasa saling membutuhkan juga saling melengkapi satu sama lain."Aku ingin kamu tidak mau yang lain," ucap Damar."Kenapa tidak sejak dulu saja Tuhan mengirimkan kamu untukku," balas Soray
Damar menatap Soraya dengan tatapan teduh, lalu dia mengecup kening Soraya dengan lembut.“Sekarang kamu sudah tidak ada di sana, aku sudah berkali-kali mengingatkanmu untuk tidak mengingat lagi kehidupan di rumah keluarga Kwong,” ucap Damar.“Ya, aku tahu. Tetap saja aku mengingat kejadian pahit itu. Aku selalu membandingkan saat hidup bersamamu,” balas Soraya.“Soraya, aku tahu melupakan hal pahit itu susah. Maka dari itu aku berusaha memberikan kenangan manis untukmu,” ucap Damar sembari memainkan rambut indah Soraya.Soraya tersenyum lalu dia memejamkan matanya sambil memeluk Damar. Lelaki yang sudah merubah hidupnya dari sengsara menuju bahagia.“Terima kasih, Damar,” ucap Soraya sambil memejamkan matanya.“Iya, tidurlah. Besok akan menjadi hari yang indah untuk kita lalui bersama,” balas Damar lalu memeluknya.Pasangan suami istri itu tidur sambil berpelukan. Dari malam hingga menjelang pagi hari.Soraya yang bangun lebih dulu, seperti biasa dia menyeduh susu hamil untuk dia kon
Orang yang mengetuk kaca mobil Damar adalah Kanaya adik dari Pak Kwong. Damar membuka kaca mobilnya dengan rasa malas meladeni perempuan itu. Tapi dia penasaran juga mau bertingkah apa lagi wanita ini "Ada apa?" tanya Damar. "Boleh kita bicara sebentar?" ucap Kanaya dengan lembut "Tidak usah berbasa basi, aku suka pembicaraan yang langsung ke intinya," tegas Damar. Kanaya menyelipkan rambut ke telinga. Dia tersenyum ke arah Damar mencoba untuk menggodanya. "Apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Kanya. "Tidak," jawab Damar tegas, dia sudah terbiasa menghadapi wanita murahan seperti ini. "Aku sangat terhina ditolak mentah-mentah olehmu. Padahal aku sangat ingin membicarakan hal yang serius mengenai orang tua kandung Soraya," ucap Kanya. Merasa hal itu sangat penting baginya, Damar turun dari mobilnya. Dia menatap tajam Kanaya yang tampak sumringah karena bisa memancing Damqr keluar dari mobilnya untuk berbicara dengannya. "Jangan membohongiku. Karena aku tak akan segan-
Pak Kwong yang menghampiri Damar. Dia terlihat pucat karena takut Damar akan melepaskan kekesalannya karena sikap Mama dan adiknya yang kurang ajar. "Ada Apa?" tanya Damar. "Mereka tidak ada hubungannya denganku, bahkan aku susah melarang mereka melakukan itu. Perilaku mereka diluar tanggung jawabku," jawab Pak Kwong tegas. Pernyataan dari Pak Kwong membuat mereka berdua menganga karena tidak percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Pak Kwong. "Ini tidak mungkin, bagaimana bisa kakak tega pada kami," ucap Adik Pak Kwong lirih. "Aku sudah memperingatkan kamu sebelumnya," balas Pak Kwong. Bu Liliana menunjukkan aksinya. Dia langsung menangis sesenggukan di depan banyak orang. Biasanya kalau sepeti ini Pak Kwong langsung menghiburnya dan menenangkannya bahkan Pak Kwong langsung menuruti apa yang Bu LiLiana inginkan. "Terserah kamu mau apakan mereka," ucap Pak Kwong lalu pergi, meninggalkan Mama dan Adiknya yang melakukan drama. Sudah lelah sepertinya Pak Kwong meladen
Adik dan mama Pak Kwong saling pandang lalu mereka tampak terbata menjawab pertanyaan Pak Kwong. "Bukan urusanmu," ucap Mama Pak Kwong ketus. "Aku akan memutus semua uang bulanan untuk kalian kalau tidak mau menjawab," ucap Pak Kwong. "Jangan jadi anak durhaka!" seru Mama Pak Kwong. Mereka menggertakkan giginya kesal karena ancaman Pak Kwong bisa-bisanya dia seperti itu kepada ibu dan adiknya sendiri. Kenapa harus mengancam tidak memberi uang bulanan. "Aku akan menjadi anak durhaka kalau kalian menggagalkan rencanaku," balas Pak Kwong. "Rencana apa yang kami gagalkan, Kak?" tanya Adik dari Pak Kwong. "Aku tahu kalian itu sedang berencana untuk menyerang Soraya dengan meminta bantuan seseorang yang berpengaruh di kalangan atas. Aku tak akan membiarkan itu!" gertak Pak Kwong. "Memangnya kenapa? Dia pantas mendapatkan rumor jelek, anak tidak tahu berterima kasih, kamu menghalangi mama tak akan gentar," ucap Mama Pak Kwong. "Kalau begitu, aku betulan akan menyetop kebutu
Tentu saja semua itu sudah atas kehendak Tuhan yang maha esa. Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberikan keputusan apapun yang kita rencanakan. "Jangan tanya kenapa. Mungkin semua itu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Seharunya kamu banyak instrospeksi diri kenapa Soraya lebih unggul daripada kamu," jawab Bu Amber. "Jadi ibu membela anak itu?" tanya Sabrina. "Tidak juga, ibu tetap berada dipihakmu apapun yang terjadi. Tapi saat ini ibu mohon kepadamu, bersabarlah. Kita mengalah saja sedikit saja agar bisa satu langkah di depan atau minimal setara dengan Soraya," jawab Bu Amber. Cakra menghembuskan nafasnya. Mempunyai istri yang manja sepeti ini membuatnya kesal juga Lama-lama. Tidak bisa menahan diri karena melihat orang lain lebih unggul. "Sabrina, aku mohon kepadamu turuti saja perintah Ibu. Aku yakin kita bisa melewati semua ini. Tapi untuk saat ini kita hanya bisa bergantung kepada Soraya. Jangan gegabah menuruti nafsu untuk melawan orang yang tidak
Tante merenung sebentar lalu berkata, "Kita mulai dari rumor yang mengatakan bahwa Soraya melupakan keluarga yang sudah mengasuh dan membiayai hidupnya dari kecil," Nenek Sabrina mengangguk pelan, sepertinya rumor seperti ini akan cepat menyebar luas kalau di ucapkan oleh orang yang tepat. "Kita harus mencari sumber gosip yang dipercaya," ucap Nenek Sabrina."Maksud mama orang besar yang selalu di percaya kalau menyebarkan rumor?" tanya Tante."Ya, begitulah. Siapa ya Kira-kira orang yang tepat untuk menyebarkan rumor tentang Soraya yang tidak mempedulikan orang tua yang sudah susah payah mendidiknya, mengeluarkan biaya untuk sekolahnya," jawab Nenek Sabrina."Aku tahu siapa dia. Serahkan saja masalah ini padaku. Aku akan segera menemui beliau," balas Tante.Mereka lalu pergi meninggalkan kediaman Pak Kwong sambil tertawa dan merasa akan menang melawan Soraya yang sudah berada di atas angin itu. Sedangkan di kediaman Pak Kwong sendiri. Cakra mengingatkan agar mengawasi Tante dan Ne
Keluarga Huang susah di hadapi, Bu Amber menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan permintaan sang mertua "Kita pikirkan hal lain," ucap Bu Amber."Apa kalian takut? Kita tinggal sebarkan rumor yang tak sedap kepada masyarakat mengenai hal itu," ujar Mertua Bu Amber.Bu Amber lagi-lagi menggelengkan kepalanya lalu sesekali memijit kepalanya yang sakit."Ibu tidak tahu betapa mengerikannya keluarga Huang kalau kita mengingkari janji yang kita sepakati," ucap Bu Amber."Kalau kamu tidak berani, biar ibu saja," balas Mertua Bu Amber.Brak! Pak Kwong menggebrak meja. "Kalau tidak tahu seperti apa kejamnya kelurga Huang lebih baik Ibu diam saja," ucap Pak Kwong yang terlihat jelas wajahnya sangat marah."Kenapa Kalian tidak berani menghadapi wanita tidak tahu diri itu, padahal dia tidak punya orang tua!" seru Ibu Pak Kwong."Dia memang tidak punya orang tua atau keluarga, tapi sekarang dia menjadi bagian dari keluarga Huang. Masih mending keluarga Huang mau memberikan bantuan mo
Pak Darius tersenyum tipis, lalu dengan sigap mengatakan, "Kalian harus tunduk dengan aturanku," "Kami akan tunduk dengan semua aturan Pak Darius," balas Pak Kwong. Pak Darius tersenyum licik, "Kalau begitu, kalian harus menandantangani perjanjian di atas kertas, jika kalian sejengkalpun kalian menyakiti menantuku, maka kalian harus mengganti sepuluh kali lipat dari modal yang kalian terima. Satu lagi, aku bebas menghukum apa saja siapa pun keluarga Kwong yang menyakiti menantuku," Semua langsung berdetak kencang jantungnya. Perjanjian ini terlalu berbahaya tapi kalau tidak diterima mereka sedang membutuhkan bantuan keuangan. Pak Kwong melirik Bu Amber yang sepetinya juga kebingungan termasuk para nenek yang tidak ingin mengambil resiko sepeti ini. Mereka tidak akan bisa menindas Soraya lagi kalau menandatangani perjanjian itu. Mereka lebih khawatir ke Sabrina yang selalu tidak bisa menahan emosinya melihat keberuntungan Soraya."A-pa tidak bisa perjanjiannya di ubah sedikit?"
"I-tu," ucap Pak Kwong terbata. Waktu itu memang beliau dan Bu Amber mengatakan hal itu. Setelah menikah Soraya tidak akan lagi mendapatkan bantuan finansial dari keluarga Kwong. Tapi saat ini mereka menyadari bahwa saat Soraya meninggalkan Keluarga Kwong, bisnis keluarga Kwong sudah tidak stabil lagi seperti saat Soraya yang menghandle. Sabrina yang tumbuh dengan sikap manja itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa marah dan membuat pelanggan kecewa. "Apa betul kalian mengatakan hal seperti itu?" tanya Pak Darius."Kami menyesal mengatakan itu," ucap Pak Kwong."Maksud kami saat itu adalah, tidak lagi memberikan bantuan uang jika dia memilih menikah dengan seorang pelayan. Waktu itu Damar menyamar sebagai pelayan di pesta pernikahan putri kami, Sabrina. Kami tidak tahu kalau ternyata Damar adalah pewaris sah keluarga Huang, maafkan kami Soraya," jelas Bu Amber panjang lebar.Keluarga yang lain juga mengiyakan ucapan Bu Amber. Pasalnya Soraya menikah dengan seorang pelayan, lag
Mereka bersamaan saling tatap, tidak ingin dicap sebagai orang yang menelantarkan Soraya dimata Pak Darius. Pak Wong langsung menyangkalnya."Soraya, kami selalu menganggap mu anak kandung, walau kenyataannya tidak seperti itu. Maafkan Tantemu karena tidak bisa menjaga sikap," ucap Pak Kwong."Maaf?" tanya Pak Darius. "Begitu enteng tangannya menyakiti menantuku, sekarang hanya minta maaf?" imbuh pak Darius."Aku mohon maafkan aku, aku mengaku bersalah, tapi aku hanya mengingatkan Soraya agar tidak berlagak dan sombong karena Kakakku lah yang membawanya dari tempat kotor dan merawatnya menjadi barang yang indah sehingga dia bisa dinikahi oleh keluarga kaya. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak lupa darimana dia berasal dan siapa yang menolongnya!" tegas Tante membela diri.Pak Darius semakin geram dengan ucapan Tante, dia sama sekali tidak tulus minta maaf, hanya menekankan mereka telah berjasa merawat Soraya sehingga layak menjadi barang jual yang mahal."Sampai detik ini kalian mas