Hari yang sebenarnya membuat Kinanti bosan sudah datang, bagaimana tidak ia harus kembali berpose manis dan bahagia di depan para tamu. Apalagi keluarga mertuanya adalah teman akrab Mamanya sendiri. Rasanya pernikahan yang semula hanya nikah kontrak itu akan berlanjut entah sampai kapan. Meski saat ini Wisnu lebih memperhatikan dirinya di banding Miranda, tapi ia belum merasakan apa yang di katakan dari kata nyaman. Bagaimanapun ia tak pernah membayangkan akan nikah dengan seorang lelaki beristri. Dulu ia hanya membayangkan hidup bahagia berdampingkan seorang suami yang ia cintai dan tentu mencintai dirinya juga, tapi ... sungguh ia merasa malang tak dapat di tolak dan mujur tak dapat di raih. Ia justru di pertemukan oleh takdir, menikah dengan Wisnu, pria yang terkenal arogan dan dingin. Kinanti masih mondar-mandir di dalam kamar, sedang Wisnu juga masih diam, matanya tak bisa berpaling dari Kinanti yang sejak tadi menekuk wajahnya, sehingga terlihat tidak bersemangat s
Miranda perlahan membuka matanya, ia tidak sadar hingga ketiduran seperti itu. Ada sepasang kekasih yang sedang duduk di dekat meja di mana ia tertidur.“Yang ... bukankah wanita ini adalah istri pertama Bos muda ya, kasihan sekali sial sekali nasibnya, bahkan dia tidak terlihat seperti keluarga Hermawan.” Bisik sang wanita yang ada di dekat meja itu.“Hus, jaga ucapan kamu, jika terdengar oleh keluarga Hermawan kita bisa kena masalah.” Jawab sang laki-laki dengan suara pelan juga.“Kalian ini berani sekali membicarakan aku, apa masalah kalian?!” Kata Miranda sedikit pedas.“Eh, maaf Mbak ... kamu hanya tidak percaya saja, mbaknya kok tidak ikut andil dalam pesta, mana lagi Mbak di tinggalkan menikah, tentu susah ya Mbak, atau bahkan mbaknya sakit hati, iya kan?”“Sssstttt, kamu ini!” kata sang lelaki sambil menarik tangan pasangannya.“Maaf Mbak, permisi ....” lanjutnya kemudian berbaur dengan para tamu.Miranda merasa wajahnya agak berat, ia kemudian pergi ke kamar mandi, saa
“Aku tidak mungkin melakukan itu!” Jawab Kinanti ketika Wisnu menuduh dirinya yang melakukan sesuatu yang tidak di lakukan olehnya.“Tapi buktinya, Miranda mengalami luka bakar itu, tidak ada orang lain yang pantas di curigai kecuali dirimu.” Tak peduli airmata Kinanti yang semakin deras.30“Atas dasar apa kamu mencurigai aku, aku terus bersamamu, sama sekali aku tidak pernah dekat dengan Miranda, lagi pula apa untungnya untukku?”“Agar aku tidak lagi dekat dengan Miranda!”“Sudah sewajarnya bukan jika kamu dekat dengan dia, dia itu istrimu, sedangkan aku ini apa? Aku hanya istri kontrak buat kamu, aku sadar posisi aku bagaimana.”“Nah atas dasar itulah aku menuduhmu, kamu cemburu pada Miranda!”“Apa? Aku cemburu ? Yang bener saja! Aku sama sekali tidak pernah akan melakukan itu, aku masih waras, lagipula aku lebih baik mengakhiri pernikahan ini, daripada harus terus engkau tuduh seperti ini!”“Kamu tidak memikirkan nama baik keluargamu? Silakan jika seperti itu.”“Oke, aku ak
“Aku hanya ingin bertemu dengan Kinanti, aku mohon Soraya!” Kata Sukma memohon pada besannya.“Iya, aku mengerti maksudmu, tapi tidak sekarang Sukma, mengertilah pasti Kinanti sangat kecewa di tuduh seperti itu, dia saat ini tidak ingin bertemu dengan siapapun. Lain kali mungkin!”“Kamu tidak ingin rumah tangga kita berakhir kan? Tidak Soraya, aku tidak ingin persahabatan kita hancur karena hal ini, semuanya bisa kita luruskan.”“Aku tidak bisa menjaminnya, kamu sendiri pasti kecewa jika di perlakukan seperti itu, tuduhan itu sangatlah menyakitkan, jadi aku tidak bisa janji akan tetap mempertahankan pernikahan mereka.”“Jangan bilang kamu mendukung perpisahan terjadi antara mereka?” kata Sukma tidak percaya.“Jika perpisahan memang satu hal yang bisa membuat putriku tenang dan bahagia, aku tidak punya pilihan lain, meski harus mempertaruhkan nama baik keluarga kami, untuk apa tetap memaksakan jika aku tidak melihat anakku hidup bahagia?”“Aku yakin ini hanya salah paham!”“Semo
Wisnu meremas rambutnya, penyesalan itu benar hadir dalam hatinya, ia telah melakukan kesalahan, menuduh Kinanti yang sama sekali tidak bersalah, meragukan ketulusan dan kejujuran wanita yang telah ia nikahi beberapa Minggu ini.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuat dia kembali kerumah ini lagi?” Kata Wisnu pelan.“Bukankah kamu sudah berjanji, meski harus sujud sekalipun padanya?” Jawab Bu Sukma yang tidak ia ketahui kedatangannya.“Aku ....” Wisnu berucap tanpa sadar.“Kenapa? Menyesal? Makanya sebelum bertindak itu kamu harus memikirkannya, seharusnya kamu sudah mengenal Miranda, sudah dua tahun kamu hidup bersamanya, apakah sekalipun kamu tidak bisa membedakan antara Kinanti dan dia?”“Apa yang bisa bedakan, Miranda selalu baik di hadapanku!”“Baik? Dia kamu bilang baik? Sebaik apa? Bukankah kamu bisa membandingkan ada kelebihan pada diri Kinanti?”“Iya Ma, iya! Oke aku ngaku salah!”“Jika kamu ngaku salah, jemput Kinanti sekarang, Mama tak mau tahu, dia harus kembali
Wisnu duduk dengan santai di kursi kamar, di Villa di mana kini Kinanti berada.Kedua orang tuanya telah pulang setelah mengantarnya, mereka menuruti kemauan Kinanti dengan alasan untuk menenangkan diri.Tanpa sepengetahuan mereka jika Wisnu telah sampai menyusul ke Villa itu.Kinanti menatap Wisnu dengan tatapan kesal, karena Wisnu tak menggubris sama sekali meski ia telah mengusirnya berulang kali.Ia duduk di kursi yang satunya lagi, Wisnu terlihat menatap Kinanti dalam.Ia bertekad tak akan pulang jika Kinanti tidak bersamanya. Ia ingin membuktikan pada Mamanya jika ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan maaf dari Kinanti.Gawai yang kini tengah ada di genggaman Wisnu tiba-tiba berbunyi, ia melirik layar gawai tersebut, tak ada reaksi sama sekali, ia justru mematikannya.“Pasti dari Miranda, bukan?” kata Kinanti ketus.“Ya!”“Kenapa tidak di angkat? Bukankah dia saat ini sedang membutuhkan dirimu?” sahutnya lagi tambah kesal.“Mulai detik ini tidak ada yang lebih pen
Wisnu melihat ujung kaki Kinanti, tatapannya beralih ke pemilik wajah cantik yang kini sembab itu, tanpa berpikir panjang, Wisnu langsung berdiri dan memeluk Kinanti dengan erat.“Maafkan aku, sungguh aku tidak pernah bermaksud membawamu dalam masalah sepelik ini, aku tidak ingin sedikitpun menyakiti perasaanmu.” Kata Wisnu masih tetap memeluk Kinanti, bahkan kali ini dengan begitu tulus ia mengecup kening Kinanti dengan begitu hangat, bahkan masih dengan linangan air mata di pipinya.“Bisakah kamu menyahut? Jangan biarkan aku dengan diammu, aku tidak sanggup jika kamu abaikan seperti ini, ayo bicara untukku, bicara Kinanti, ku mohon....”“Apa yang harus di bicarakan, semuanya sudah berlalu, antara kita mungkin sudah di takdirkan seperti ini, jadi aku akan menerima takdirku, semoga aku cepat hamil dan kita akan segera berpisah.”Wisnu menatap wajah Kinanti, ia tidak menyangka jika Kinanti akan kembali mengatakan hal itu kembali.“Jika aku mengakui rasa nyaman ketika bersamamu, ap
“Mas ... kok tidak pernah datang ke sini?” Tanya Miranda dengan ponselnya.“Apakah kamu masih punya muka untuk bertanya seperti itu padaku?”“Kenapa? Tentu pantas, kamu itu suamiku Mas, jadi sudah sewajarnya jika kamu bersamaku, Ibu menanyakan kamu terus.”“Bilang sekalian sama Ibu, salamku, aku tidak bisa pergi ke sana, aku akan pergi keluar negeri.”“Apa Mas Wisnu lama di sana?”“Mungkin seminggu.”“Jangan lupa oleh-olehnya ya Mas?”“Kamu bisa minta pada Kinanti, tentu dia lebih paham dengan selera kamu.”“Apa? Kamu akan pergi sama Dia Mas?”“Iya, ada yang salah? Kamu baru meresmikan pernikahan kami, jadi sudah sepantasnya kamu pergi untuk bulan madu bukan?”“Kamu serius ?”“Apa suaraku terdengar bercanda? Aku serius Miranda!”“Nggak , kamu tidak boleh pergi, Mas!”“Apa kamu masih punya hak melarang kami, setelah kamu melakukan semuanya?”“Melakukan apa?” Miranda masih tidak tahu kemana arah pembicaraan Wisnu.“Jika kamu tidak pelupa, maka kamu pasti ingat kamu yang m