“Aku hanya ingin bertemu dengan Kinanti, aku mohon Soraya!” Kata Sukma memohon pada besannya.“Iya, aku mengerti maksudmu, tapi tidak sekarang Sukma, mengertilah pasti Kinanti sangat kecewa di tuduh seperti itu, dia saat ini tidak ingin bertemu dengan siapapun. Lain kali mungkin!”“Kamu tidak ingin rumah tangga kita berakhir kan? Tidak Soraya, aku tidak ingin persahabatan kita hancur karena hal ini, semuanya bisa kita luruskan.”“Aku tidak bisa menjaminnya, kamu sendiri pasti kecewa jika di perlakukan seperti itu, tuduhan itu sangatlah menyakitkan, jadi aku tidak bisa janji akan tetap mempertahankan pernikahan mereka.”“Jangan bilang kamu mendukung perpisahan terjadi antara mereka?” kata Sukma tidak percaya.“Jika perpisahan memang satu hal yang bisa membuat putriku tenang dan bahagia, aku tidak punya pilihan lain, meski harus mempertaruhkan nama baik keluarga kami, untuk apa tetap memaksakan jika aku tidak melihat anakku hidup bahagia?”“Aku yakin ini hanya salah paham!”“Semo
Wisnu meremas rambutnya, penyesalan itu benar hadir dalam hatinya, ia telah melakukan kesalahan, menuduh Kinanti yang sama sekali tidak bersalah, meragukan ketulusan dan kejujuran wanita yang telah ia nikahi beberapa Minggu ini.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuat dia kembali kerumah ini lagi?” Kata Wisnu pelan.“Bukankah kamu sudah berjanji, meski harus sujud sekalipun padanya?” Jawab Bu Sukma yang tidak ia ketahui kedatangannya.“Aku ....” Wisnu berucap tanpa sadar.“Kenapa? Menyesal? Makanya sebelum bertindak itu kamu harus memikirkannya, seharusnya kamu sudah mengenal Miranda, sudah dua tahun kamu hidup bersamanya, apakah sekalipun kamu tidak bisa membedakan antara Kinanti dan dia?”“Apa yang bisa bedakan, Miranda selalu baik di hadapanku!”“Baik? Dia kamu bilang baik? Sebaik apa? Bukankah kamu bisa membandingkan ada kelebihan pada diri Kinanti?”“Iya Ma, iya! Oke aku ngaku salah!”“Jika kamu ngaku salah, jemput Kinanti sekarang, Mama tak mau tahu, dia harus kembali
Wisnu duduk dengan santai di kursi kamar, di Villa di mana kini Kinanti berada.Kedua orang tuanya telah pulang setelah mengantarnya, mereka menuruti kemauan Kinanti dengan alasan untuk menenangkan diri.Tanpa sepengetahuan mereka jika Wisnu telah sampai menyusul ke Villa itu.Kinanti menatap Wisnu dengan tatapan kesal, karena Wisnu tak menggubris sama sekali meski ia telah mengusirnya berulang kali.Ia duduk di kursi yang satunya lagi, Wisnu terlihat menatap Kinanti dalam.Ia bertekad tak akan pulang jika Kinanti tidak bersamanya. Ia ingin membuktikan pada Mamanya jika ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan maaf dari Kinanti.Gawai yang kini tengah ada di genggaman Wisnu tiba-tiba berbunyi, ia melirik layar gawai tersebut, tak ada reaksi sama sekali, ia justru mematikannya.“Pasti dari Miranda, bukan?” kata Kinanti ketus.“Ya!”“Kenapa tidak di angkat? Bukankah dia saat ini sedang membutuhkan dirimu?” sahutnya lagi tambah kesal.“Mulai detik ini tidak ada yang lebih pen
Wisnu melihat ujung kaki Kinanti, tatapannya beralih ke pemilik wajah cantik yang kini sembab itu, tanpa berpikir panjang, Wisnu langsung berdiri dan memeluk Kinanti dengan erat.“Maafkan aku, sungguh aku tidak pernah bermaksud membawamu dalam masalah sepelik ini, aku tidak ingin sedikitpun menyakiti perasaanmu.” Kata Wisnu masih tetap memeluk Kinanti, bahkan kali ini dengan begitu tulus ia mengecup kening Kinanti dengan begitu hangat, bahkan masih dengan linangan air mata di pipinya.“Bisakah kamu menyahut? Jangan biarkan aku dengan diammu, aku tidak sanggup jika kamu abaikan seperti ini, ayo bicara untukku, bicara Kinanti, ku mohon....”“Apa yang harus di bicarakan, semuanya sudah berlalu, antara kita mungkin sudah di takdirkan seperti ini, jadi aku akan menerima takdirku, semoga aku cepat hamil dan kita akan segera berpisah.”Wisnu menatap wajah Kinanti, ia tidak menyangka jika Kinanti akan kembali mengatakan hal itu kembali.“Jika aku mengakui rasa nyaman ketika bersamamu, ap
“Mas ... kok tidak pernah datang ke sini?” Tanya Miranda dengan ponselnya.“Apakah kamu masih punya muka untuk bertanya seperti itu padaku?”“Kenapa? Tentu pantas, kamu itu suamiku Mas, jadi sudah sewajarnya jika kamu bersamaku, Ibu menanyakan kamu terus.”“Bilang sekalian sama Ibu, salamku, aku tidak bisa pergi ke sana, aku akan pergi keluar negeri.”“Apa Mas Wisnu lama di sana?”“Mungkin seminggu.”“Jangan lupa oleh-olehnya ya Mas?”“Kamu bisa minta pada Kinanti, tentu dia lebih paham dengan selera kamu.”“Apa? Kamu akan pergi sama Dia Mas?”“Iya, ada yang salah? Kamu baru meresmikan pernikahan kami, jadi sudah sepantasnya kamu pergi untuk bulan madu bukan?”“Kamu serius ?”“Apa suaraku terdengar bercanda? Aku serius Miranda!”“Nggak , kamu tidak boleh pergi, Mas!”“Apa kamu masih punya hak melarang kami, setelah kamu melakukan semuanya?”“Melakukan apa?” Miranda masih tidak tahu kemana arah pembicaraan Wisnu.“Jika kamu tidak pelupa, maka kamu pasti ingat kamu yang m
“Kinanti, Kin ... kamu dimana?” Wisnu berkeliling ruangan kamar hotel, namun ia tidak menemukan sosok Kinanti.Wisnu terus keluar dari kamar, ia turun ke lantai dasar, di sana ia melihat Kinanti sedang tertawa kecil namun terkesan santai, ia bersama denganmu seorang lelaki asing yang tidak di kenalinya, tapi sepertinya dari Indonesia juga.Ada rasa cemburu menghampiri dadanya, bisa-bisanya sepagi ini ia di tinggalkan begitu saja, apalagi ini bukan Indonesia dan ini adalah hal pertama kali untuk Kinanti datang ke Paris.Wisnu mengulurkan tangannya, dan laki-laki yang sedang asik bercengkerama dengan Kinanti itu terkejut dan langsung menatap Wisnu.Ia membalas jabatan tangan Wisnu yang dirasa kurang bersahabat itu.“Aku Wisnu dari Indonesia, kamu sendiri siapa?”“Aku Willi, teman sekelas Kinanti dulu, senang bertemu dengan Anda di sini.”Kinanti menatap Willi dengan rasa bersalah, kemudian ia memperkenalkan Wisnu.“Dialah suamiku!” Kata Kinanti agak gugup.“Suami? Kamu sudah ni
Segelas air tiba-tiba mendarat di wajah Kinanti, ketika ia menolehkan kepalanya, ia melihat Miranda dengan gelas kosong di tangannya.“Mira!”“Apa? Kurang tegaskah aku peringatkan sama kamu? Aku akan lakukan apapun untuk memisahkan kalian berdua.”“Dan asal kamu tahu, aku tidak akan terpisah meski usaha apapun kamu lakukan!” Sahut Wisnu yang kini ada di sisi Kinanti dan mengeringkan wajah Kinanti dengan sapu tangan dari saku jaketnya.Pemandangan itu kian membuat Miranda sakit hati.“Kamu tega Mas, dalam keadaan seperti ini meninggalkan aku seorang diri di rumah.”“Tapi kamu sudah sehat bukan? Buktinya kamu sudah bisa pergi sendiri ke sini?”“Aku terpaksa!”“Oh ya?” “Aku nggak suka melihat kalian di sini, aku tidak akan membiarkan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, aku tidak mau kamu di sini, cepat pulang atau aku akan tetap di sini, pulanglah!” bentak Miranda.“Pulang? Apa aku tidak salah dengar? Aku tidak akan pulang karena kamu yang minta, aku tidak akan pulang hanya
Uhuk uhuk, suara batuk Wisnu terdengar serak, ia membuka matanya, setelah sekitar tiga puluh menit tidak sadarkan diri.Sudah bermacam cara ia lakukan, mulai menghubungi Mama mertuanya yang sejak tadi tidak tersambung sampai dokter setempat, yang mengatakan jika Wisnu alergi dengan udang.Ini terbukti kini seluruh tubuh Wisnu bengkak karena alergi tersebut, selain membuat Kinanti merasa bersalah juga ingin tertawa melihat wajah Wisnu yang kini terlihat lucu itu. Tapi ia itu terjadi setelah beberapa saat Wisnu tersadar, sebelumnya ia hanya bisa khawatir atas apa yang terjadi pada suaminya itu.“Mas ....” panggil Kinanti.“Kinanti? Ada apa ini? Badanku gatal-gatal semua?”“Maafkan aku Mas ... aku tidak tahu jika Mas Wisnu alergi udang, jadi aku tidak sengaja memasukkan makanan yang mengandung udang di dalamnya, sungguh aku minta maaf.” Tulus Kinanti.“Nggak apa-apa, namanya saja kamu tidak tahu, jadi aku maafin kamu.” Jawab Wisnu sambil tersenyum dengan sudut bibir yang terasa kak