Emily awalnya yang sangat sibuk, ketika menjawab telepon dari Revia itu tiba tiba sadar jika dia belum memberitahu teman temannya."Aku tidak ingin banyak bicara tentang Felix. Karena jika aku bicara terlalu kejam, artinya aku sama saja dengannya. Bagaimanapun juga dia adalah mantan Tunanganku." Jawab Emily dengan santai."Ada apa Emily? Bicara yang sebenarnya agar kami tidak salah paham begini?""Hah.. Aku tidak tahu harus bicara apa. Yang jelas, Felix selama denganku, memiliki hubungan dengan wanita lain, bahkan lebih dari tiga wanita sekaligus. Bagaimana aku bisa menikah dengan pria seperti itu?""Hah! Kamu bicara apa Emily? Benarkah begitu? Padahal Setahuku, Felix begitu mencintaimu.""Ya, kamu tidak salah Revia. Dia memang sangat mencintaiku. Tetapi ketika aku tidak bisa melakukan hubungan yang ia inginkan, kemudian dia mencari banyak wanita, dan,... Ah, aku tidak ingin membahas ini. Aku ingin melupakan luka yang dia berikan. Sudahlah!""Emily, Baiklah. Sekarang aku mengerti dan
Pesta besar telah diadakan,Di gedung termewah dan termegah.Di ruangan khusus mempelai pria.Kurang dari Satu jam lagi.Aaron, Pria keturunan Singa Ganas ini akan mengucapkan janji suci. Melepas masa lajangnya dan merubah statusnya di hadapan Publik secara langsung.Orang orang sudah berkumpul sejak tadi. Para tamu undangan, kolega dari pihak keluarga Aaron dan juga Kerabat dari pihak keluarga Emily. Mereka sudah berkumpul dengan suka cita untuk menyambut acara besar ini.Di ruangan khusus mempelai Pria. Khale mendekati Kakak sepupunya itu.Aaron Albarez, Pria dingin keturunan Fic yang mewarisi sifat ganas dan brutalnya Singa terdahulu itu tampak gelisah.Sesekali membetulkan dasinya yang sebenarnya sudah rapi.Khale terkikik melihatnya."Kak Aaron, apa kamu gelisah?"Aaron menoleh sedikit dan langsung membuang muka. "Siapa bilang? Aku tidak gelisah.""Hanya Gugup?" Sela Khale."Tidak juga, hanya, hanya… ya.. Sedikit saja." Aaron tidak bisa memungkiri lagi. Jika dia sebenarnya sangat
Tonny juga pernah melihat sekali wajah Aaron di sebuah perjamuan. Walaupun hanya sekali dan itu pun hanya sekilas, Tonny bisa melihat sendiri bagaimana Kesan Orang orang pada saat itu terhadap Aaron.Aaron adalah Pria yang sangat ditakuti dan semua orang tidak ingin ada masalah sedikitpun dengan orang ini."Kamu ini! Ya sudah jelas dia akan menikah dengan Aaron Albarez! Memang dengan siapa lagi?" Revia yang menjawab sambil memukul kepala pacarnya."Bukan begitu? Emily," Tonny kembali menatap Emily."Kamu.. Apa kamu terpaksa? Apa keluarga Albarez memaksamu? Atau kamu sedang diancam? Bicara saja, kami akan menolongmu,""Heh, kamu bicara apa Tonny?" Revia memotong ucapan Tonny."Revia, kita harus menyelamatkan Emily? Ayo, Kita bawa dia kabur? Dia pasti sedang tertekan." Tonny berbicara kepada Revia dengan nada cukup serius."Kamu Gila ya?" Revia kembali memukul kepala Tonny.Emily malah tertawa, menertawakan wajah Tonny yang tegang."Emily, kenapa tertawa? Apa kamu sadar, siapa Pria yang
Alan menepuk halus bahu Aaron."Aku sekarang telah menyerahkan Putriku kepadamu. Tepati janjimu untuk membuatnya terus bahagia, atau aku akan mengambilnya kembali." Sebenarnya jika bukan di hari spesial ini, mana mungkin Alan berani berkata demikian, tetapi sebagai Ayah, tetap dia harus bicara seperti itu demi Putrinya."Baik Ayah." Aaron menundukkan kepalanya.Alan mendekati Chloe yang terisak."Jangan menangis.Putri kita sudah bahagia." Alan menyeka air mata Chloe."Ayo.." kemudian mengajaknya untuk melangkah.Lamois kembali memandu acara, membumbui sedikit tentang drama seorang Ayah yang mengantar Putrinya sampai ke Pelaminan.Kemudian acara berlanjut, dengan rentetan adat kebudayaan Kepercayaan Keluarga Albarez.Semua orang bernafas lega setelah acara berjalan lancar tanpa hambatan.Aaron menatap Emily dengan senyum bahagia. Emily pun tersenyum menatap Aaron. Benar benar terpancar kebahagiaan dari keduanya.Erina terlihat memeluk suaminya, dia menangis sesenggukan saking bahagianya
Pesta besar sudah selesai.Semua tamu sudah meninggalkan gedung Pernikahan.Fic dan Erina mengantar besan kesayangan mereka ke mobil dengan mata yang berbinar bahagia, tetapi tidak seperti Alan dan Chloe, nampak ada kesedihan karena harus pulang tanpa Emily lagi.Namun kebahagian menyertai langkah Lelah keduanya. Tetapi ada pertanyaan yang belum terjawab dalam kedua benak Orang tua Emily ini, itu tentang ucapan Aaron dalam janji suci yang mereka dengar.Alan menoleh kepada Fic yang berjalan di sampingnya."Tuan besan. Ah, apa sebelum ini, Menantuku Aaron pernah bertemu Emily seperti yang dikatakannya dalam janji suci?"Fic tersenyum, menyandarkan tubuhnya di badan mobil."Aaron tidak mungkin mengatakan hal yang tidak ada ke dalam janji suci bukan?""Ah, ya. Anda benar besan. Hanya saja, ah, mungkin aku yang kurang teliti." Sahut Alan sedikit tersipu.Fic menepuk pundak Alan dengan lembut."Ada sebuah sebab yang membuat kami terkenal sebagai Singa Ganas. Jika tidak, mana mungkin kami i
Emily melihat tubuh Aaron dan atas sampai bawah. Dia menelan ludahnya sendiri.Masa iya? Keluarga Singa Ganas ini mempunyai aturan minum susu sebelum tidur?Emily ingin tertawa tapi menahannya dengan menutupi mulutnya dengan tangannya. Merasa lucu membayangkannya."Aaron.. ternyata keluargamu mempunyai sisi yang begitu lembut ya.? Aku tidak menyangka."Aaron hanya tersenyum, dia meletakan gelas ke meja, lalu kembali ke ranjang.Aaron menarik bantal yang menutupi tubuh Emily yang didekap dengan erat."Kamu mau menyembunyikan apa?" Aaron membuang bantal dengan begitu saja di ujung ruangan. Itu membuat Emily seketika panik kembali."Aaron.." Emily sekarang menarik selimut."Kenapa kamu tutupi? Kan aku sudah pernah melihatnya dengan sangat jelas."Emily langsung menaruh tangannya ke mulut Aaron. Takut dia berlanjut dan itu akan membuatnya semakin malu.Membuat Aaron terdiam. Ketika Aaron menjatuhkan tubuhnya di Ranjang dia sambil menarik tubuh Emily hingga terjatuh kaget ke atas tubuhnya.
Aaron menggeram kesal. Kenapa dia tadi lupa mematikan ponsel? Ini benar-benar momen yang tidak baik!Lagian, siapa yang berani mengganggunya sih?Cari mati!Dengan sangat kesal, dia menyambar Ponselnya. Ingin segera memaki sang Pemanggil yang sudah lancang. Sementara Emily hanya tersenyum dengan wajah memerah melihat kekesalan Aaron.Ketika menatap nomor pemanggil, Aaron tercengang. Meskipun masih kesal, tetapi mentalnya langsung menciut.Jika begini, Mana berani Aaron untuk memaki sang pemanggil seperti niatnya tadi.Yang menelpon ini adalah gurunya Pawang Singa alias Sang Ketua!Mana Aaron berani? Bapaknya Singa saja, akan tunduk jika sama orang ini.Ada apa ini? Kalau tidak penting, tidak mungkin menelepon kan? Dia tahu kalau ini adalah malam Ritual penting Putranya!Buru buru Aaron menyisih turun untuk mengangkat panggilan."Ibu, kenapa mengganggu? Ada apa?" Dia berbisik pelan namun mendengarkan nada kesal."Aaron.. Maafkan ibu. Tapi ini penting. Menjauhlah." Disana juga berbisik.
Ini masih berada di kamar Aaron. Masih di malam yang sama yaitu, malam Pertama setelah mereka menikah.Semalam, tidak tahu mereka berangkat tidur jam berapa, dan tidak sadar sudah berapa jam lamanya tertidur. Tapi rasanya memang masih sebentar saja.Emily membuka mata karena merasakan sesuatu yang menggerayangi tubuhnya, dan ini terlihat jika belum Waktunya pagi. Dia tidak bisa melihat waktu, karena tidak ada jam yang menggantung seperti di kamarnya.Tapi dengan melihat remang lampu tidur, Emily bisa tahu jika ini belum lah pagi.Rasa yang menggerayangi tubuhnya tadi semakin terasa, hingga seperti menembus alam mimpinya. Entah ini nyata atau dia sedang bermimpi. Tapi terasa sekali kulitnya."Aaron." Emily membuka matanya. Sedikit terkejut ketika melihat ada Aaron juga di atas Ranjang dan sedang tengkurap di atas tubuhnya.Untung Emily segera ingat, jika mereka telah menikah. Wajar kan, kalau Aaron berada disini dengannya.Namanya juga suami istri.Mata Emily benar benar masih mengantu