Aaron menggeram kesal. Kenapa dia tadi lupa mematikan ponsel? Ini benar-benar momen yang tidak baik!Lagian, siapa yang berani mengganggunya sih?Cari mati!Dengan sangat kesal, dia menyambar Ponselnya. Ingin segera memaki sang Pemanggil yang sudah lancang. Sementara Emily hanya tersenyum dengan wajah memerah melihat kekesalan Aaron.Ketika menatap nomor pemanggil, Aaron tercengang. Meskipun masih kesal, tetapi mentalnya langsung menciut.Jika begini, Mana berani Aaron untuk memaki sang pemanggil seperti niatnya tadi.Yang menelpon ini adalah gurunya Pawang Singa alias Sang Ketua!Mana Aaron berani? Bapaknya Singa saja, akan tunduk jika sama orang ini.Ada apa ini? Kalau tidak penting, tidak mungkin menelepon kan? Dia tahu kalau ini adalah malam Ritual penting Putranya!Buru buru Aaron menyisih turun untuk mengangkat panggilan."Ibu, kenapa mengganggu? Ada apa?" Dia berbisik pelan namun mendengarkan nada kesal."Aaron.. Maafkan ibu. Tapi ini penting. Menjauhlah." Disana juga berbisik.
Ini masih berada di kamar Aaron. Masih di malam yang sama yaitu, malam Pertama setelah mereka menikah.Semalam, tidak tahu mereka berangkat tidur jam berapa, dan tidak sadar sudah berapa jam lamanya tertidur. Tapi rasanya memang masih sebentar saja.Emily membuka mata karena merasakan sesuatu yang menggerayangi tubuhnya, dan ini terlihat jika belum Waktunya pagi. Dia tidak bisa melihat waktu, karena tidak ada jam yang menggantung seperti di kamarnya.Tapi dengan melihat remang lampu tidur, Emily bisa tahu jika ini belum lah pagi.Rasa yang menggerayangi tubuhnya tadi semakin terasa, hingga seperti menembus alam mimpinya. Entah ini nyata atau dia sedang bermimpi. Tapi terasa sekali kulitnya."Aaron." Emily membuka matanya. Sedikit terkejut ketika melihat ada Aaron juga di atas Ranjang dan sedang tengkurap di atas tubuhnya.Untung Emily segera ingat, jika mereka telah menikah. Wajar kan, kalau Aaron berada disini dengannya.Namanya juga suami istri.Mata Emily benar benar masih mengantu
Pada akhirnya, Aaron membalikan tubuhnya."Aaron, bagaimana memijatnya kalau begini? Kembali lah ke posisi semula!" Protes Emily."Tidak usah. Tidak perlu lagi. Sepertinya ini sudah membaik.""Benarkah? Cepat sekali?" Tanya Emily."Apa kamu berbohong? Apa tadi sebenarnya tidak sakit?" Emily mencoba menebak.Aaron tertawa kecil, menarik tubuh Emily hingga jatuh ke atas tubuhnya. Dua tubuh itu kini menempel tanpa jarak.Nafas mereka kembali berkejaran, sambil menatap dengan cukup dalam.Tubuh Aaron bergerak memutar tubuh Emily. Sekarang, posisi tubuh Emily berada di bawahnya.Aaron menunduk untuk memberi kecupan di kening Emily."Apa kamu tahu Emily, aku begitu menggilaimu. Apa kamu tahu, aku begitu mencintaimu." Aaron membisikan kata cinta kembali, itu membuat wajah Emily memerah.Sebenarnya Emily mulai panik. Tetapi dia berusaha tenang. Menarik nafas dalam dalam.Dia menatap Wajah Aaron. Ini adalah wajah singa Ganas Suaminya yang akan berubah manis jika di hadapannya.Aaron Albarez ad
Emily memang merasakan Semua itu. Ketika bangun tadi pagi, dia terkejut ketika merasakan seluruh tubuhnya terasa ngilu. Persendiannya terasa lemah, dan tenaganya hilang entah kemana.Matanya juga sangat susah untuk dibuka secara normal.Emily tidak sadar, jika itu adalah tandanya dia kelelahan, Emily tidak ingat jika semalaman mereka terjaga dan terus bergerak menguras tenaga.Aaron tertegun sejenak menatap istrinya. Dia paham apa yang terjadi pada Emily. Ini pasti karena ulahnya. Aaron bersedih dan dia merasa bersalah sekarang."Sayang. Ibu membuatkan sarapan khusus untukmu, ayo dimakan dulu." Aaron mengelus kepala Emily, lalu menaruh nampan makanan itu di atas tempat tidur.Emily mengangkat kepalanya untuk mengintip menu apa yang dibuat Madeline untuk dirinya.Itu hanya Jus buah, sandwich dan sayuran?"Bolehkan aku meminta nasi? Aku juga ingin meminum kopi hitam."Emily berpikir, Tubuhnya tidak punya tenaga, kalau hanya makan itu tidak akan mengembalikan tenaganya. Dia butuh kopi ju
Ketika Aaron keluar meninggalkan Emily, Emily rasanya ingin tertidur lagi. Rasa kantuk kembali menyerangnya hingga dia menguap beberapa kali.Terdengar Ponselnya berbunyi. Ada notifikasi pesan masuk."Aku masih ingin tidur."Emily mengeluh, kemudian berguling dan merayap untuk mengambil ponselnya.Pesan chat dari Revia rupanya.Revia: Emily! Bagaimana Malam Pertamamu dengan singa itu? Apa kamu baik baik saja?Apa kamu masih bisa berdiri dengan baik? Dia tidak membantingmu kan?Emot tertawa dikirim oleh Revia.Emily ingin mengetik balasan, tetapi rasanya tangannya sangat berat. Akhirnya dia mengirim pesan suara."Aku baik baik saja. Aaron memang singa, tapi di hadapanku bisa menjadi kucing imut. Kamu tenang saja."Revia: Ya Ampun! Emily, kamu sampai tidak kuat untuk menggerakkan jarimu ya?Emot orang menutup mulut sekarang yang dikirim Revia.Emily akhirnya menggerakkan tangannya dengan malas dan mengetik.Aku sangat mengantuk! Jangan menggangguku dulu.Ditambah emot orang menangis.Re
"Bibi. Tapi Emily tidak ikut campur masalah Perusahaan. Apalagi ini tentang Keluarga Albarez, maaf. Aku tidak bisa membantu.""Emily, ini adalah Aaron. Aaron Albarez suami kamu. Orang yang menghadapi Felix Adalah Aaron Albarez. Waktu itu, Felix pernah berbicara buruk, dan didengar oleh-nya. Bibi yakin Felix telah menyinggungnya. Dia langsung membuat Keluarga Lewis kesulitan. Emily, Bibi mohon. Selama kamu bersama Felix, Bibi memperlakukanmu dengan baik bukan? Bibi menyukaimu. Bibi tahu, hubungan kalian berakhir juga karena kesalahan Felix. Kami sudah menghukum Felix dan tidak pernah sedikitpun menyalahkan kamu. Kamu bantu Bibi ya?"Emily terdiam sejenak,"Baiklah Bibi, Emily akan mencoba, tapi aku tidak bisa menjamin.""Tidak apa apa, kamu cukup mengungkit ini saja kepada Suamimu, itu sudah cukup. Emily, terimakasih atas pengertiannya."Setelah Telepon ditutup, Emily segera menoleh ke arah Aaron, meskipun dia masih sedikit bingung."Aaron, apa yang kamu lakukan pada mereka? Benarkah k
"Itu tandanya, Putra ku hebat! Bisa mendapatkan Istri seimut istri Ayahnya." Ucap Fic masih dengan tangannya yang menepuk nepuk kepala Erina.Erina makin marah."Turunkan tanganmu! Kamu kurang ajar sekali ya? Ini kepala, ku urus setiap hari! Malah ditepuk tepuk!""Hehe.. Itu tandanya sayang, istriku.." Fic menusuk pipi Erina."Halah! Aku ini sudah Tua! Bukan lagi bocah! Jangan menyentuh kepala!""Astaga! Ibu Singa Kenapa sekarang begitu galak?"Erina sudah hampir melotot kembali, tetapi seketika meredup ketika suara Lembut Emily menyapa mereka."Ibu, Ayah. Selamat malam.""Malam, malam. Hehe, selamat malam menantuku…" keduanya langsung berdiri. Bisa-bisanya mereka gugup di depan Emily dan salah tingkah.Khale yang ada di kursi lain terkikik kecil. Seharusnya menantu yang gugup didepan Mertua kan? Pemandangan ini sungguh terbalik.Kehadiran kakak ipar bisa membuat Dunia Keluarga Albarez jungkir balik.Fic dan Erina sama-sama terburu-buru ingin menarik kursi untuk Emily, mereka sampai b
Aaron sudah pergi ke Perusahaan bersama Ken. Sepanjang perjalanan mukanya terlihat lesu tidak bergairah. Mungkin dia masih berat meninggalkan kesayangannya dirumah.Kim menahan tawa melihat itu.Bahkan sampai di kantor pun dia tidak melirik siapapun yang berpapasan di sepanjang jalan menuju ruangannya.Biasanya juga memang seperti itu, yang ini dari dulu hingga sekarang tidak ada perubahan.Tiba di dalam ruangan, pertama kali yang ia lakukan, duduk bersandar di kursi kebesarannya dan mengambil ponselnya.Nomor Emily tentu yang jadi tujuannya.Kemudian baru terlihat tersenyum ketika wajah Istrinya sudah memenuhi layar Ponselnya."Sayang… Aku merindukanmu.." mimiknya begitu lucu membuat yang Disana ingin sekali meremas pipinya.Gemes…"Kan baru saja. Kamu juga baru duduk pastinya kan?""Bagiku sudah seperti satu tahun lamanya.""Iya sayang. Aku tahu itu. Tapi kamu harus kuat ya. Harus bertahan demi Perusahaan. Untuk masa depan kita."Ya Ampun! Emily benar benar geli. Sudah seperti pergi