Aaron tersenyum lembut. Kemudian meraih tangan Emily."Aku hanya menebak." Aaron tidak ingin merahasiakan sesuatu lagi."Selama aku mengingatmu, selama aku merasa begitu mencintaimu, selama itu secara alami, aku bisa tahu bagaimana bentuk tubuhmu dan berapa ukuranmu.""Aku juga sudah pernah bilang, aku mengutus banyak orang untuk menyelidiki kamu. Mengambil video dan foto foto dirimu. Bahkan jika kamu mau menghitungnya, mungkin foto dirimu yang kamu miliki, akan Lebih banyak Foto dirimu yang aku miliki di laci kamarku." Ucap Aaron.Emily terkejut. Itu sangat masuk akal, jika selama tiga tahun saja, Aaron mengutus orang untuk mengikutinya dan mengambil semua gambar tentang dirinya."Kamu benar benar hebat ya." Ucap Emliy."Kamu tidak marah?" Aaron sedikit heran."Kenapa harus marah?""Karena aku sudah, menyelidiki privasimu.""Bukankah dari awal terhadapmu, aku memang sudah tidak punya Privasi? Kamu terlalu merobek privasiku!" Jawab Emily.Hati Aaron mendadak seperti terangkat."Sayang
Emily awalnya yang sangat sibuk, ketika menjawab telepon dari Revia itu tiba tiba sadar jika dia belum memberitahu teman temannya."Aku tidak ingin banyak bicara tentang Felix. Karena jika aku bicara terlalu kejam, artinya aku sama saja dengannya. Bagaimanapun juga dia adalah mantan Tunanganku." Jawab Emily dengan santai."Ada apa Emily? Bicara yang sebenarnya agar kami tidak salah paham begini?""Hah.. Aku tidak tahu harus bicara apa. Yang jelas, Felix selama denganku, memiliki hubungan dengan wanita lain, bahkan lebih dari tiga wanita sekaligus. Bagaimana aku bisa menikah dengan pria seperti itu?""Hah! Kamu bicara apa Emily? Benarkah begitu? Padahal Setahuku, Felix begitu mencintaimu.""Ya, kamu tidak salah Revia. Dia memang sangat mencintaiku. Tetapi ketika aku tidak bisa melakukan hubungan yang ia inginkan, kemudian dia mencari banyak wanita, dan,... Ah, aku tidak ingin membahas ini. Aku ingin melupakan luka yang dia berikan. Sudahlah!""Emily, Baiklah. Sekarang aku mengerti dan
Pesta besar telah diadakan,Di gedung termewah dan termegah.Di ruangan khusus mempelai pria.Kurang dari Satu jam lagi.Aaron, Pria keturunan Singa Ganas ini akan mengucapkan janji suci. Melepas masa lajangnya dan merubah statusnya di hadapan Publik secara langsung.Orang orang sudah berkumpul sejak tadi. Para tamu undangan, kolega dari pihak keluarga Aaron dan juga Kerabat dari pihak keluarga Emily. Mereka sudah berkumpul dengan suka cita untuk menyambut acara besar ini.Di ruangan khusus mempelai Pria. Khale mendekati Kakak sepupunya itu.Aaron Albarez, Pria dingin keturunan Fic yang mewarisi sifat ganas dan brutalnya Singa terdahulu itu tampak gelisah.Sesekali membetulkan dasinya yang sebenarnya sudah rapi.Khale terkikik melihatnya."Kak Aaron, apa kamu gelisah?"Aaron menoleh sedikit dan langsung membuang muka. "Siapa bilang? Aku tidak gelisah.""Hanya Gugup?" Sela Khale."Tidak juga, hanya, hanya… ya.. Sedikit saja." Aaron tidak bisa memungkiri lagi. Jika dia sebenarnya sangat
Tonny juga pernah melihat sekali wajah Aaron di sebuah perjamuan. Walaupun hanya sekali dan itu pun hanya sekilas, Tonny bisa melihat sendiri bagaimana Kesan Orang orang pada saat itu terhadap Aaron.Aaron adalah Pria yang sangat ditakuti dan semua orang tidak ingin ada masalah sedikitpun dengan orang ini."Kamu ini! Ya sudah jelas dia akan menikah dengan Aaron Albarez! Memang dengan siapa lagi?" Revia yang menjawab sambil memukul kepala pacarnya."Bukan begitu? Emily," Tonny kembali menatap Emily."Kamu.. Apa kamu terpaksa? Apa keluarga Albarez memaksamu? Atau kamu sedang diancam? Bicara saja, kami akan menolongmu,""Heh, kamu bicara apa Tonny?" Revia memotong ucapan Tonny."Revia, kita harus menyelamatkan Emily? Ayo, Kita bawa dia kabur? Dia pasti sedang tertekan." Tonny berbicara kepada Revia dengan nada cukup serius."Kamu Gila ya?" Revia kembali memukul kepala Tonny.Emily malah tertawa, menertawakan wajah Tonny yang tegang."Emily, kenapa tertawa? Apa kamu sadar, siapa Pria yang
Alan menepuk halus bahu Aaron."Aku sekarang telah menyerahkan Putriku kepadamu. Tepati janjimu untuk membuatnya terus bahagia, atau aku akan mengambilnya kembali." Sebenarnya jika bukan di hari spesial ini, mana mungkin Alan berani berkata demikian, tetapi sebagai Ayah, tetap dia harus bicara seperti itu demi Putrinya."Baik Ayah." Aaron menundukkan kepalanya.Alan mendekati Chloe yang terisak."Jangan menangis.Putri kita sudah bahagia." Alan menyeka air mata Chloe."Ayo.." kemudian mengajaknya untuk melangkah.Lamois kembali memandu acara, membumbui sedikit tentang drama seorang Ayah yang mengantar Putrinya sampai ke Pelaminan.Kemudian acara berlanjut, dengan rentetan adat kebudayaan Kepercayaan Keluarga Albarez.Semua orang bernafas lega setelah acara berjalan lancar tanpa hambatan.Aaron menatap Emily dengan senyum bahagia. Emily pun tersenyum menatap Aaron. Benar benar terpancar kebahagiaan dari keduanya.Erina terlihat memeluk suaminya, dia menangis sesenggukan saking bahagianya
Pesta besar sudah selesai.Semua tamu sudah meninggalkan gedung Pernikahan.Fic dan Erina mengantar besan kesayangan mereka ke mobil dengan mata yang berbinar bahagia, tetapi tidak seperti Alan dan Chloe, nampak ada kesedihan karena harus pulang tanpa Emily lagi.Namun kebahagian menyertai langkah Lelah keduanya. Tetapi ada pertanyaan yang belum terjawab dalam kedua benak Orang tua Emily ini, itu tentang ucapan Aaron dalam janji suci yang mereka dengar.Alan menoleh kepada Fic yang berjalan di sampingnya."Tuan besan. Ah, apa sebelum ini, Menantuku Aaron pernah bertemu Emily seperti yang dikatakannya dalam janji suci?"Fic tersenyum, menyandarkan tubuhnya di badan mobil."Aaron tidak mungkin mengatakan hal yang tidak ada ke dalam janji suci bukan?""Ah, ya. Anda benar besan. Hanya saja, ah, mungkin aku yang kurang teliti." Sahut Alan sedikit tersipu.Fic menepuk pundak Alan dengan lembut."Ada sebuah sebab yang membuat kami terkenal sebagai Singa Ganas. Jika tidak, mana mungkin kami i
Emily melihat tubuh Aaron dan atas sampai bawah. Dia menelan ludahnya sendiri.Masa iya? Keluarga Singa Ganas ini mempunyai aturan minum susu sebelum tidur?Emily ingin tertawa tapi menahannya dengan menutupi mulutnya dengan tangannya. Merasa lucu membayangkannya."Aaron.. ternyata keluargamu mempunyai sisi yang begitu lembut ya.? Aku tidak menyangka."Aaron hanya tersenyum, dia meletakan gelas ke meja, lalu kembali ke ranjang.Aaron menarik bantal yang menutupi tubuh Emily yang didekap dengan erat."Kamu mau menyembunyikan apa?" Aaron membuang bantal dengan begitu saja di ujung ruangan. Itu membuat Emily seketika panik kembali."Aaron.." Emily sekarang menarik selimut."Kenapa kamu tutupi? Kan aku sudah pernah melihatnya dengan sangat jelas."Emily langsung menaruh tangannya ke mulut Aaron. Takut dia berlanjut dan itu akan membuatnya semakin malu.Membuat Aaron terdiam. Ketika Aaron menjatuhkan tubuhnya di Ranjang dia sambil menarik tubuh Emily hingga terjatuh kaget ke atas tubuhnya.
Aaron menggeram kesal. Kenapa dia tadi lupa mematikan ponsel? Ini benar-benar momen yang tidak baik!Lagian, siapa yang berani mengganggunya sih?Cari mati!Dengan sangat kesal, dia menyambar Ponselnya. Ingin segera memaki sang Pemanggil yang sudah lancang. Sementara Emily hanya tersenyum dengan wajah memerah melihat kekesalan Aaron.Ketika menatap nomor pemanggil, Aaron tercengang. Meskipun masih kesal, tetapi mentalnya langsung menciut.Jika begini, Mana berani Aaron untuk memaki sang pemanggil seperti niatnya tadi.Yang menelpon ini adalah gurunya Pawang Singa alias Sang Ketua!Mana Aaron berani? Bapaknya Singa saja, akan tunduk jika sama orang ini.Ada apa ini? Kalau tidak penting, tidak mungkin menelepon kan? Dia tahu kalau ini adalah malam Ritual penting Putranya!Buru buru Aaron menyisih turun untuk mengangkat panggilan."Ibu, kenapa mengganggu? Ada apa?" Dia berbisik pelan namun mendengarkan nada kesal."Aaron.. Maafkan ibu. Tapi ini penting. Menjauhlah." Disana juga berbisik.
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H